Aku sebenarnya tidak peduli apakah akan ada yang memergokiku atau tidak, karena aku yakin tidak akan ada satu murid pun yang akan berani mengadukannya pada guru. Aku hanya harus berhati-hati agar tidak ketahuan oleh guru walau aku yakin mereka hanya akan menceramahiku saja. Menjadi cucu pemilik yayasan yang mendirikan sekolah, sekaligus salah satu calon penerus dari Ellard Group, memberikan keuntungan padaku. Itu makanya pihak sekolah tidak peduli dengan apa yang aku lakukan apalagi aku termasuk murid berprestasi di sekolah ini. Masalahnya, kenapa dari sekian banyak orang di sekolah ini justru makhluk menyebalkan itu yang memergokiku?
Dia berjalan mendahuluiku sambil membawa kursi plastik miliknya. Dia memegang dengan kedua tangannya dan menempelkannya tepat di belakangnya sehingga saat dia berjalan dia terlihat seperti bebek yang menggoyangkan ekornya. Aku sontak menahan tawa sambil menutupi mulutku. She's an idiot.
Aku mengikutinya berjalan masuk ke dalam lift. Dia segera menutup pintu lift tepat sebelum Putri tiba yang membuat perempuan malang itu terpaksa berlari ke lantai dua menuju kelasnya agar tidak terlambat masuk kelas dan Agneta melakukannya dengan senyum sinis di wajahnya. Dia menekan tombol lift lantai dua dan tiga kemudian menatapku. "I'm late because of you," ucapnya seraya melangkah keluar dari lift saat pintunya terbuka di lantai dua. Aku menatapnya heran. Bisa-bisanya dia menyalahkanku.
Aku segera melangkahkan kaki menuju kelasku begitu tiba di lantai tiga. Setelah mengetuk pintu, aku segera masuk dan berjalan menuju bangkuku di barisan tengah. Aku tidak memedulikan tatapan teman-teman sekelas ataupun tatapan kesal guru yang sedang mengajar di depan.
"Kamu terlambat masuk, ke mana saja?" tanya guruku yang berbadan tambun dan kepala setengah botak.
"Toilet," sahutku tidak peduli. Aku mengambil buku pelajaranku dengan malas dan bersiap mengikuti pelajarannya.
"Kamu terlambat hampir sepuluh menit," ucapnya lagi. Aku tahu dia tidak sabar untuk memberikanku hukuman.
"Hampir dan kalau Anda tidak segera melanjutkan pelajaran, Anda membuat kami semua terlambat untuk mempelajari materi baru," sahutku datar. Mood-ku sedang tidak baik untuk berdebat hal sepele seperti ini.
Beliau tidak lagi mendebatku dan segera melanjutkan pelajaran yang tertunda. Padahal dia bisa saja mengabaikanku dan tetap melanjutkan pelajaran, tapi guru mana yang tidak akan senang kalau mendapat kesempatan untuk menghukumku dengan tugas? Mereka tidak bisa menghukumku selain yang berhubungan dengan mata pelajaran mereka. Nilaiku hampir sempurna, aku selalu mengerjakan tugas tepat waktu, aku selalu bisa menjawab semua pertanyaan yang dilontarkan. Sikapku di kelas juga 'baik' kok.
Aku teringat kembali wajah menyebalkan Agneta saat aku bertemu dengannya di parkiran tadi. Dia menatapku dan Putri yang berada di belakangku bergantian. Bibirnya membulat menyuarakan 'Oooohhhh' tanpa bersuara sembari menganggukkan kepala, kemudian dia terkekeh pelan seraya menatapku dengan tatapan mengejek. Ingin sekali rasanya aku meninju wajahnya.
Dia selalu terlihat ceria meskipun sedang dikerjai oleh yang lain. Aku tidak tahu apa yang akan dilakukan murid lain padanya, aku rasa mengetahui bentuk perundungan yang dilakukan padanya jauh lebih menyenangkan kalau bisa melihat secara langsung. Minggu pertama, aku melihatnya ada di taman sekolah sambil menyeret meja. Dia menyiram meja tersebut dengan air dari keran dengan santainya. Sepertinya mejanya dikerjai oleh teman-teman sekelasnya. Dia menatapku yang berada tak jauh darinya sambil membersihkan mejanya. Aku tertawa sinis mengejeknya dan berlalu meninggalkannya. Tak lama aku mendengar suara tawanya yang membuatku segera berpaling dan aku hanya bisa menatap punggungnya dengan penuh emosi.
Ini merupakan minggu kedua, aku mengharapkan murid lain bisa lebih serius untuk merundung makhluk menyebalkan itu karena dia sepertinya tidak terpengaruh sama sekali. Aku tidak lagi melihatnya menyeret meja ke taman, apakah mereka sudah tidak lagi mengerjainya atau dia menyerah untuk membersihkan meja itu dan memutuskan untuk membiarkannya? Lantas bagaimana dia belajar di kelas? Aku hanya melihat dia membawa kursi plastik murahan itu kemana-mana namun tidak menjawab bagaimana dia bisa belajar di kelas tanpa meja.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Took My Heart (GxG)
Romance"So you're a troublemaker, Agneta?" tanyanya sembari memegang nametag milikku. "And what are you, Gabriella?" tanyaku padanya yang membuatnya menyeringai padaku. This girl looks so adorable. "I. Am. Your. Nightmare," sahutnya seraya mengancingkan ke...