S.1 : Chapt. 9

2.6K 292 5
                                    

Nanti malam party ulang tahunnya Patricia dan aku masih dibuat pusing oleh Gaby yang sedari tadi bingung ingin pakai apa. Dia beli tiga pakaian baru dan masih belum menentukan pilihannya. Aku dan Alya duduk di atas tempat tidurnya hanya diam memperhatikan Gaby yang sejak tadi mondar mandir seperti setrikaan di depan cermin.

"Gaby, black dress itu cocok buatmu, padankan dengan mules shoes. Trust me," ucapku menghentikan langkah Gaby.

"Are you sure?"

"YES!!" sahutku dan Alya bersamaan. Kami sudah benar-benar capek melihatnya sejak tadi. Alya seketika merebahkan dirinya sembari menghela nafas, "Aku pikir ini akan berlangsung hingga sore hari," ucapnya dengan tatapan menerawang ke langit-langit kamar. Aku terkekeh mendengarnya.

"Kamu jadi kan pakai yang navy blue itu?" tanyaku padanya sembari memperhatikan Gaby yang sedang merapikan kembali dress-nya ke dalam lemari.

"Iya, lengkap dengan chelsea boots hitam," sahutnya sambil tertawa.

"Kakiku pasti akan pegal malam ini karena memakai ankle t-strap," erangku frustasi.

"Serius? Astaga Agni, badanmu akan semakin tinggi," sahut Alya menatapku putus asa.

"Maureen mana?" tanyaku karena dia belum nampak kehadirannya.

"Dia nanti menyusul ke salon, masih belum bisa meninggalkan rumahnya," jawab Gaby seraya duduk di hadapanku.

"Berapa banyak tamu undangan yang akan datang? Apakah dia mengundang seluruh sekolah?" tanyaku seraya memainkan rambut Alya kemudian mengacak-acaknya.

"Sepertinya cuma yang seangkatan, guru, dan keluarganya. Mungkin relasi orang tuanya juga," jawab Alya sembari memukul tanganku yang mengacak-acak rambutnya, "kamu bikin rambutku kusut, bego," imbuhnya pura-pura kesal sembari merapikan kembali rambutnya.

"Kenapa dia mengundangku? Aku tidak termasuk dalam empat kategori itu," ucapku bingung. Aku tidak mengenal siapa Patricia.

"Sepertinya dia suka denganmu. Di kantin waktu itu, dia memandangmu dengan tatapan penuh cinta. Huek," sahut Gaby sembari pura-pura muntah. Alya terkekeh melihatnya.

"Itu makanya kamu menatap Patricia seolah ingin membunuhnya?" tanya Alya yang langsung membuat Gaby menerjangnya. Mereka bergulat di atas tempat tidur sambil tertawa tanpa henti. Aku hanya tertawa memerhatikan tingkah mereka yang terkadang seperti Tom & Jerry.

"Mau ke salon jam berapa?" tanyaku yang langsung menghentikan pergulatan mereka.

"Kita makan siang dulu. Aku sudah booking di salon langganan kok," jawab Gaby seraya bangkit dari tempat tidur dan membantu Alya yang terjatuh ke lantai untuk berdiri.

Kami keluar kamar menuju meja makan. Aku mendapati Clara, kakak Gaby sedang menonton TV di ruang tengah yang merangkap ruang tamu. Aku sudah beberapa kali bertemu dan ngobrol dengannya. Kakaknya ramah dan menyenangkan, tidak seperti adiknya yang menyebalkan. Aku segera duduk di sampingnya, sementara Gaby dan Alya menyiapkan makan siang.

"Hei, aku mau minta izin," ucapku dengan suara pelan. Clara memalingkan wajahnya padaku dengan kening mengernyit bingung.

"Izin apa?" tanyanya.

"Aku belum bilang sih dengan Gaby, tapi aku ingin mengajaknya ikut ke kotaku saat libur sekolah nanti. Bulan depan. Boleh, ya?" sahutku dengan wajah memelas berharap dia mengizinkan aku menculik adiknya saat liburan nanti.

"Oke, nanti aku yang bicara dengan Papa kalau Gaby mau ikut kamu," ucapnya sambil tersenyum.

"Ahhh thank you," ucapku seraya memeluknya. Dia balas memelukku seraya berbisik, "Awas kalau kamu macam-macam dengan adikku. Aku hajar kamu."

You Took My Heart (GxG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang