Menjadi pelajar kelas XII sungguh sangat melelahkan. Beban pikiran yang sungguh melelahkanku. Tidak hanya tentang pelajaran di sekolah, tapi juga keinginan untuk kuliah di Aussie. Aku harus belajar ekstra giat agar nilaiku memenuhi standar, belum lagi berbagai persyaratan lainnya yang harus aku penuhi. Semester depan akan semakin disibukkan dengan bimbel. Aku ingat bagaimana sibuknya Gaby dulu. Kadang aku dan dia hanya punya sedikit waktu untuk ngobrol karena dia fokus belajar.
Komunikasi dengan Gaby sejauh ini masih cukup lancar karena dia belum disibukkan dengan apapun. Perbedaan waktu tidak terlalu menjadi masalah bagi kami saat ini. Hanya saja rasa kangen ingin bertemu dan memeluknya seringkali membuatku frustasi. Aku membawa boneka raksasa yang dulu aku berikan untuknya ke kamarku dan menyemprotkan parfumnya. Aku selalu memeluk boneka itu kalau kangen dengan Gaby, dan itu artinya setiap kali hari.
"Halo, Honey," sapaku seraya menikmati roti di taman sekolah. Aku dan Gaby selalu menyempatkan untuk teleponan saat jam istirahat pertama karena masih belum terlalu malam di sana. Kami juga selalu teleponan saat di sini sudah malam tapi di sana masih pagi walau tidak terlalu lama. Kami sama-sama tidak ingin mengganggu jam tidur.
"Hai, Sayang. Makan roti lagi?"
"Iya. Maunya sih barbeque-an di sini tapi tidak dibolehkan. Sekalian bikin api unggun, bakar jagung bersama-sama."
"Untung kamu jauh, ya, Sayang."
Aku tertawa mendengar celoteh frustasinya. Aku suka sekali menguji kesabarannya. Aku bisa membayangkan dia memijat keningnya saat ini.
"Sayang, nanti sore aku--"
"Hai, Kak Agni," sapa seseorang memotong pembicaraanku dengan Gaby. Seorang perempuan yang sepertinya adik kelas sedang berdiri di depanku sambil tersenyum.
"Eh, hai," sahutku bingung. Gaby yang mendengar ada interupsi langsung bertanya siapa yang berani mengganggu, namun aku tidak bisa menjawab karena aku juga tidak tahu siapa perempuan satu ini. "Ada apa, ya?" tanyaku karena dia hanya diam saja.
"Hmm ini buat kakak," ucapnya seraya meletakkan sekotak cokelat di pangkuanku kemudian segera berlari pergi tanpa aku sempat mengucapkan apapun.
"Loh? Hey tunggu!" teriakku memanggilnya namun dia tidak memedulikanku.
"Ada apa, Sayang?"
"Entah. Aku tidak kenal dia siapa, tapi sepertinya adik kelas. Dia memberikanku sekotak cokelat kemudian langsung pergi begitu saja."
"Kamu tidak memerhatikan namanya?"
"Tidak. Cokelatnya diapakan dong ini?"
"Ya sudah, kamu makan saja. Kan dikasih, kalau dibuang kan mubazir."
"Tidak apa-apa nih?"
"Memangnya kamu baper gara-gara dikasih cokelat doang?"
"Hahaha ya nggak lah. Nanti aku kasih ke Alya juga. Nanti sore kan janjian pergi sama dia."
"Oh iya, mau kemana rencananya?"
"Ke mall doang, dia sekalian mau beli buku kuliah katanya. Aku kangen jalan berdua sama kamu."
"Aku juga kangen, Sayang. Hmm sepertinya bel masuk sudah bunyi tuh. Gih masuk kelas, aku juga mau tidur. Nanti kabarin kalau kamu sama Alya, ya."
"Oke, Love. Nanti pasti aku kabarin kamu. Good night, Love. I love you."
"I love you too much."
~
Hal pertama yang aku lakukan begitu bangun tidur adalah langsung menghubungi Gaby. Aku kembali memejamkan mataku menunggu dia mengangkat teleponku, setelah deringan ketiga barulah aku mendengar suaranya.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Took My Heart (GxG)
Romance"So you're a troublemaker, Agneta?" tanyanya sembari memegang nametag milikku. "And what are you, Gabriella?" tanyaku padanya yang membuatnya menyeringai padaku. This girl looks so adorable. "I. Am. Your. Nightmare," sahutnya seraya mengancingkan ke...