Chapter 14

350 31 3
                                    

Whatsapp yoroubun...

Happy reading😘
Semoga suka guys😇
Jangan lupa vote guys🤗

Vote Vote Vote

Happy Reading Guys...



































   Setelah keluar dari ruangan gurunya, Lisa mengeluarkan ponsel dan menelepon Jennie. Tetapi gadis itu tidak mengangkat telepon. Lisa mencoba sekali lagi. Gadis itu tetap tidak mengangkat telepon. Nah, ada di mana dia sekarang? tanya Lisa dalam hati.






    Kenapa tidak mengangkat telepon? Lisa memasukkan ponselnya kembali ke saku celana jinsnya. Tadi gadis itu berkata bahwa ia juga ingin menemui beberapa orang sementara Lisa menemui gurunya.

     Mungkin gadis itu ada di studio tari di lantai tiga. Karena ia sedang tidak terburu-buru dan karena suasana hatinya juga sedang sangat baik setelah melewatkan siang yang menyenangkan bersama gurunya.
  

      Lisa memutuskan untuk berkeliling melihat-melihat gedung yang sudah lama ditinggalkannya sambil mencari Jennie. Lagi pula, ia belum pernah melihat-lihat divisi tari Juilliard. Dan siapa tahu ia bertemu dengan orang-orang yang dikenalnya.




    Gadis itu tidak ada di studio tari di lantai tiga. Tetapi salah seorang penari berwajah manis yang ditemui Lisa di sana berkata,
”Penari-penari senior sedang berlatih di teater untuk pertunjukan bulan depan. Mungkin orang yang kaucari ada di sana.”






Lisa tahu teater yang dimaksud. Setelah mengucapkan terima kasih, Lisa berjalan ke sana. Teater luas dan megah dengan kapasitas 993 penonton itu biasanya digunakan untuk pertunjukan-pertunjukan para murid Juilliard.




    Lisa sendiri pernah tampil di sini beberapa kali. Ia mendorong pintu dengan hati-hati dan alunan musik yang lembut langsung terdengar. Lisa melongokkan kepala ke balik pintu dan teater itu nyaris kosong selain belasan penari pria dan wanita yang sedang berlatih di panggung di bawah sana. Lisa menyelinap masuk dan berdiri di deretan kursi penonton paling belakang.




     Ia mencoba mencari gadis itu di antara para penari. Tetapi karena posisinya terlalu jauh, ia pun menuruni anak tangga dan berjalan lebih dekat ke arah panggung untuk melihat lebih jelas. Matanya menatap penari-penari itu satu per satu, tetapi gadis itu tidak terlihat. Lisa mengembuskan napas kesal dan baru hendak berbalik pergi ketika alunan musik mendadak berhenti.








”Oke, istirahat sepuluh menit,” seru seorang wanita yang memiliki suara menggelegar dari barisan pertama kursi penonton.
Lisa mendapati dirinya bertanya-tanya apakah semua instruktur tari memiliki suara sekeras itu.







Lisa sudah berjalan menaiki tangga ketika wanita dengan suara menggelegar itu kembali berkata,

”Dan aku ingin kalian berkenalan dengan Jennie.” Langkah Lisa terhenti dan ia berbalik.

”Dia salah seorang penari terbaikku ketika masih di sini. Kulihat beberapa di antara kalian sudah pernah mendengar namanya.”






Lisa melihat sosok Jennie berdiri di samping wanita bersuara keras itu. Sepertinya Jennie sudah berganti pakaian dan mengenakan jaket tipis untuk menari berwarna hitam, yang hampir diduduki Lisa di mobil tadi.

  

”Karena kebetulan dia datang berkunjung ke sini, aku berhasil membujuknya untuk menunjukkan beberapa gerakan kepada kita,” lanjut wanita itu lagi.

   ”Kalian bisa belajar banyak darinya. Jadi perhatikan dan pelajari.”






Semua penari yang berada di panggung duduk bersila di tepi panggung dan mengamati Jennie dengan tatapan kagum. Lisa mendapati dirinya kembali menuruni tangga ke deretan tengah kursi penonton dan duduk di sana. Ia penasaran.


  
Sebenarnya rasa penasarannya sudah timbul sejak ia tahu Jennie Kim lulusan Juilliard. Sekarang rasa penasarannya bertambah setelah mendengar pujian yang dilontarkan instruktur tari tadi.






Jennie menyerahkan sesuatu kepada si instruktur, yang menyerahkan apa pun itu kepada seorang pria di sisi panggung.


CD? Entahlah, Lisa tidak bisa melihat dengan jelas. Lalu Jennie naik ke atas panggung dengan kaki telanjang dan itulah pertama kalinya Lisa melihat Jennie dalam pakaian menarinya. Jaket ketat lengan panjang dan celana pendek ketat seperti yang dikenakan kebanyakan penari lain.




   Di atas panggung, beberapa orang penari melambaikan tangan dan mengatakan sesuatu kepada Jennie. Jennie membalas lambaian mereka dan balas mengatakan sesuatu sambil tertawa. Setelah itu ia mengambil posisi di tengah-tengah panggung. Dan musik pun mulai mengalun di seluruh penjuruteater. Lisa langsung mengenali lagu itu. Una Favola.






   Begitu nada pertama terdengar, Jennie mulai bergerak mengikuti alunan lagu. Gerakannya halus, namun terkendali.




    Ayunan tangan dan kakinya anggun, namun juga kuat. Seluruh tubuhnya bergerak. Seluruh tubuhnya menari. Dari ujung jari tangan sampai ujung jari kakinya. Bahkan raut wajahnya berubah mengikuti emosi tariannya.





    Teknik Jennie tanpa cela. Ia melompat tinggi seolaholah melayang, ia berputar tanpa goyah sedikit pun. Singkatnya, itu tarian yang indah. Lisa belum pernah melihat seseorang menari seperti itu.

Ia bisa merasakan kisah yang ingin diceritakan Jennie melalui tarian itu. Ia bisa merasakan emosi gadis itu. Jiwanya. Hatinya. Seperti semua orang yang ada di teater itu, Lisa tidak bisa mengalihkan tatapannya dari gadis yang sedang menari di atas panggung. Gerakan gadis itu seolah-olah memiliki kekuatan yang menyihir semua orang yang melihatnya. Membuat semua orang terpaku.






Ketika alunan lagu berhenti dan gerakan Jennie berhenti, selama beberapa detik tidak terdengar apa pun di teater itu. Segalanya hening. Lalu, seolah-olah baru tersadar dari mimpi, semua orang mulai bertepuk tangan dan bersorak.





Lisa  masih menatap sosok Jennie di atas panggung, yang kini dikerumuni para penari lain. Mia terlihat agak terengahengah, tetapi ia tersenyum lebar kepada orang-orang yang mengelilinginya.







Lulusan Juilliard memang pasti bisa menari dengan indah.Lisa masih menatap sosok Jennie di atas panggung, yang kini dikerumuni para penari lain. Jennie terlihat agak terengahengah, tetapi ia tersenyum lebar kepada orang-orang yang mengelilinginya.





Lulusan Juilliard memang pasti bisa menari dengan indah. Dan Jennie menari dengan sempurna. Terlihat jelas sekali bahwa ia menari dengan seluruh jiwa dan raganya. Ia berhasil membuat Lisa yakin bahwa ia memang penari yang sangat berbakat.








Namun ia juga membuat Lisa bertanya-tanya. Seorang penari sehebat itu seharusnya bergabung dengan kelompok tari terkenal dan menari dalam pertunjukan-pertunjukan besar di seluruh dunia. Lalu kenapa Jennie memilih mengajar di studio tari kecil yang tidak terkenal?













To be continue.......





Next chapter...
See u yoroubun

Sunshine Becomes youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang