Edelweiss | Bolos jam pelajaran

22 5 0
                                        

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Ada yang tahu kemana Shaka membawa Rana setelah memaksa untuk ikut dengannya?

Ke sekolah Freya.

Aneh bukan? Setidaknya itu yang sekarang tengah Rana pikirkan. Tadi setelah menggandeng tangan Rana dan keluar kelas, Shaka langsung mengajaknya ke parkiran. Rana yang tidak tahu maksud cowok itu hanya menurut, enggan bertanya lantaran masih kesal.

Dan sekarang Rana benar-benar tidak tahu apa yang sedang Shaka rencanakan. Tapi, yang pasti Rana ingin kembali ke sekolah. Lantas saja dia berbalik, hendak melangkahkan kakinya meninggalkan Shaka.

“Mau kemana lo?” tanya Shaka memegang bahu Rana.

“Balik ke sekolah.”

Mata Shaka membeliak. “Ngapain?!”

“Belajar lah. Emang lo pikir sekolah tempat nguli?” Rana membalasnya ngegas.

“Nggak boleh! Kita bolos sampe mau jam istirahat nanti.”

“Lo sinting? Jam pertama ada ulangan biologi, Shak! Gue nggak mau ya kalo harus ngerjain ulangan sendiri di ruang Bu Ayu!” ungkap Rana. Sumpah demi apapun jika diberi pilihan, Rana lebih baik mengerjakan soal ulangan biologi yang sulit di kelas asal bersama teman-temannya, daripada harus mengerjakan soal ulangan biologi yang gampang tapi di ruang Bu Ayu. Karena percuma, Rana ini termasuk salah satu manusia yang lemah dalam mapel biologi. Jadi, mau sulit atau mudah soalnya akan terlihat sama saja bagi Rana. Sama-sama tidak bisa ia kerjakan sendiri tanpa bantuan orang lain.

“Kan lo bolosnya sama gue, jadi nanti lo ngerjainnya sama gue dong di ruang Bu Ayu.”

“Ogah!” Yang benar saja Shaka berkata begitu. Bukannya mau meremehkan, tapi kenyataannya Rana dan Shaka memang sama-sama lemah dalam pelajaran biologi.

Sebenarnya Rana sih tidak masalah kalau sampai ulangannya mendapat nilai jelek. Tapi, yang masalah itu metode yang Bu Ayu terapkan dalam ulangan. Jika saja mendapat nilainya dibawa 78, diwajibkan bagi murid tersebut mengulangi ulangannya lagi dengan soal essay yang berbeda. Kalau belum mendapatkan lagi, ulangan tersebut akan diulang di jam istirahat sampai mendapatkan nilai di atas standar. Untungnya Rana tidak pernah mengalami hal tersebut. Ini berkat bantuan Karina––teman sebangkunya––yang merupakan si rangking dua di kelas setelah Raksa.

“Ran, ayolah plis ...” Shaka memohon dengan tampang memelasnya.

Rana lemah. Pertahanannya untuk marah runtuh. Sudah dibilang jika dia ini cinta banget dengan Shaka, jadi melihat tampangnya yang seperti itu membuat Rana jadi tidak tega.

Lantas cewek itu mengangguk.

“Nah, gitu! Ini baru namanya sahabat gue yang baik hati dan berbudi pekerti luhur,” ujar Shaka sembari merangkul pundak Rana.

Edelweiss Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang