Cp.1

2.2K 301 190
                                    



Sepercik helaan nafas ku lakukan seiring dengan langkah gontai melangkah keluar lewat pintu putar, sebuah pintu yang sangat aku benci. Ku buka satu kancing kemeja yang terasa mencekikku sejak 2 jam yang lalu, ternyata berpakaian rapi tidak menjamin kau akan mendapatkan pekerjaan. Hari ini sungguh sial, 2 perusahaan lainnya kembali menolak bahkan sebelum aku memberikan resume.

Ku bawa kaki ini melangkah di sepanjang trotoar sambil menatap ke sekeliling, menulis daftar dengan mata perusahaan mana selanjutnya yang akan menolakku mentah-mentah. Untuk seseorang yang hanya tamat bangku SMP, sudah sewajarnya mengalami hal ini, tapi hampir saja membuatku menghancurkan mulut resepsionis laki-laki yang begitu cerewet dan sombong. Jika saja aku tidak dalam keadaan memperbaiki diri, sudah ku buat dia tak bisa mengucapkan sepatah katapun. Bagaimana bos perusahaan itu bisa mempekerjakan seseorang tanpa attitude seperti itu?

Sabar. Hanya itu yang bisa aku katakan pada diriku untuk menghibur diri. Aku tidak boleh kembali menjadi berandal yang suka berkelahi dimanapun dan kapanpun aku mau. Tidak boleh! Kau tidak mungkin selamanya hidup seperti itu.

"Winter Noona!!"

Ku alihkan pandangan begitu mendengar seseorang meneriakkan namaku. Seorang laki-laki bertubuh tinggi tidak gemuk mendatangiku dengan senyum lebar yang sangat tidak aku suka. Ia mendatangiku hingga kini sudah berdiri tepat di hadapanku.

"Kenapa kau mencariku?"

"Ani, aku hanya tidak sengaja melihatmu." Jawabnya yang masih saja menunjukkan senyum lebarnya yang membuatku ingin cepat-cepat pergi. Aku tidak menjawab, ku biarkan hingga ia jenuh dan akhirnya pergi dengan sendirinya, tapi aku salah, aku lupa sedang bicara dengan siapa.

"Bagaimana kabar Noona? Apa Noona sudah makan?"

Ku hela nafas pendek sambil menoleh ke arah lain lalu kembali menatapnya.

"Waeyo? Cepat katakan apa maumu?"

"Aniyaaa~ sudah ku bilang aku tidak sengaja melihatmu. Sejujurnya aku merindukan Noona." Laki-laki macam apa yang dengan mudahnya mengatakan rindu, hey! Itu membuatmu terlihat lemah, bodoh!

"Kau sudah makan?" Ku lihat ia menunduk dan menggeleng lemah, kembali aku menghela nafas. Anak ini tidak pernah berubah sejak aku mengenalnya, selalu saja manja dan terlihat lemah.

"Ayo." Aku melangkah pergi namun ku lihat ia masih diam di tempat.

"Kau sedang apa? Ayo!" Kini ia mengikutiku seperti anak kecil yang akan dibelikan permen oleh kakaknya. Begitu menjijikkan rasanya, namun dia adalah salah satu anak yang besar di jalanan sepertiku.

Cssss....

Matanya begitu berbinar melihat daging-daging yang
begitu menggiurkan diatas panggangan, seperti seekor elang yang siap menyantap mangsa. Ku lihat matanya bergerak mengikuti kemana tanganku bergerak, apa dia sangat kelaparan? Lihatlah bagaimana daging-daging itu masuk ke dalam mulutnya tanpa bersisa.

"Makanlah perlahan. Sudah berapa hari kau tidak makan?"

"3 hari." Mulutnya menjawab begitu cepat seakan tidak ingin waktu makannya terbuang barang sedetik. Hal ini membuatku menatapnya, anak ini belum pernah kelaparan selama ini, apa dia benar-benar tidak tahu arah setelah aku tinggalkan?

"Bibi~ tambah dagingnya lagi."

"Uhuk..uhuk..uhuk.." ku lihat ia terbatuk beberapa kali namun masih mempertahankan daging-daging di mulutnya, bahkan disekitar wajahnya di penuhi selada.

"N- Noona, sudah cukup- tidak perlu-"

"Tidak apa-apa." Aku kembali memanggang daging-daging segar itu di atas bara yang sangat merah, ini sudah piring ke tiga namun aku tidak tahu sejak kapan dia berubah menjadi kalem. Bahkan dia tidak menyentuh daging yang aku hidangkan untuknya.

Flower of Ēvĺl [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang