Ting..ting..ting...
"Selamat datang~"
Lonceng kecil itu berbunyi kala sepasang pintu kaca tempatnya tergantung dibuka, pramusaji yang berdiri di belakang meja counter menyambut setiap pelanggan yang datang, setiap mereka yang datang akan melakukan pesanan langsung lalu membawa nampan berisikan makanan sesuai pesanan ke meja masing-masing.
Satu orang itu juga sama, menikmati setiap potongan roti berisikan berbagai bahan di mulutnya dalam gigitan kecil sambil melirik ke luar kaca. Sesekali ia menyesap minuman yang berwarna senada dengan bungkus sandwich yang sedang ia nikmati.
Lama ia melangkah di trotoar jalan bersama pejalan kaki yang lain, tak lupa sebuah map coklat serta bungkusan lain menggantung di tangannya. Winter, sudah bisa di tebak kemana tujuan wanita itu akan pergi, ia kembali berdiri di tempat yang sama seakan tempat itu sudah di klaim jadi miliknya. Ia mengunci pandangannya pada satu arah, arah dimana gadis edelweiss sedang duduk menjual bunga.
Ia diam saja memandangi gadis itu seperti yang biasa ia lakukan, tanpa sadar, menemui gadis edelweiss sudah menjadi kebiasaan baginya meski hanya dengan memandangi dari jauh seperti ini. Dalam beberapa waktu beberapa orang tiada henti membeli bunga darinya, setelah sepi barulah ia datang mendekat.
"Permisi..." ucapnya pertama kali dengan intonasi yang pelan.
Gadis edelweiss tersenyum, ia menengadah sedikit sebab ia tahu siapa yang datang.
"Kali ini kau ingin bunga apa? Aku tidak membawa edelweiss hari ini." Kata Gadis edelweiss sambil memandang Winter yang tak terlihat olehnya.
"Berikan bunga yang kau punya, tapi aku hanya punya sepotong sandwich."
Gadis itu terkekeh kecil menampakkan barisan giginya yang rapi, "Kau punya uang untuk membeli sandwich tapi selalu kehabisan setiap kali ingin membeli bunga?" Lagi ia tersenyum sambil memilah beberapa bunga yang ia jadikan satu lalu mengulurkannya pada Winter.
"Kau benar. Aku hanya orang egois yang menginginkan bunga meski sudah tidak punya uang." Ia letakkan sandwich sebagai gantinya di tangan gadis itu yang sebelumnya menggenggam bunga.
Sejenak ia menghirup wangi bunga mimosa di tangannya sebelum meletakkannya kembali ke dalam tas hitam yang selalu berada di samping gadis edelweiss.
Ia tak jadi melangkah begitu tangannya tertahan sesuatu, si gadis edelweiss lah pelakunya. "Maukah kau temani aku sebentar sembari aku menghabiskan sandwich ini?"
Winter duduk di sisi ujung kursi yang kosong berjarak satu meter dari gadis edelweiss, ia letakkan map coklatnya di tengah. Gadis edelweiss meletakkan bunga di tangannya tepat di atas map coklat itu, ia meraba sisi bungkusan roti untuk menemukan bagian yang terbuka, dengan hati-hati ia melepasnya sedikit demi sedikit, sementara Winter hanya memperhatikan apa yang gadis itu lakukan.
"Hey, Nona. Siapa namamu?"
Pertanyaan yang tak Winter sangka keluar dari bibir gadis itu.
"Kenapa kau ingin tahu namaku?"
"Selama ini tidak pernah ada orang yang sama membeli bungaku berkali-kali. Jadi aku ingin tahu siapa dirimu."
Winter melirik ke arah tas hitam berisikan bunga sekejap sebelum kembali menatap gadis di sebelahnya ini.
"Kau sudah menyentuh wajahku, apa itu tidak cukup?"
Gadis edelweiss tersenyum tipis, "Baiklah jika kau keberatan." Ucapnya sembari mengigit sandwich yang sempat ia anggurkan beberapa waktu.
"Winter."
"Emm?"
"Namaku....Winter."
"Nama yang lucu..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Flower of Ēvĺl [✔]
RomanceBaru pertama kali seumur hidup aku menyukai bunga. Hanya satu bunga~ Winter X Karina °Winter top °bahasa baku °gxg