"Kau...tidak apa-apa?" Gadis edelweiss menggerakkan kepalanya mencari suara Winter.
"Winter Unnie, benarkan???"
Perlahan nafas Winter mulai teratur, wajah paniknya juga perlahan mulai kembali tenang.
"Eoh, ini aku." Wanita itu meraih tas hitam serta tongkat magnet milik gadis edelweiss yang tergeletak di lantai lalu memberikannya pada gadis itu. Tak lupa ia juga membersihkan sisa-sisa kotoran yang menempel di baju serta tangan gadis edelweiss.
"Terima kasih sudah menolongku." Ucap gadis itu penuh tulus membuat Winter tak bisa berucap.
"Jika tidak ada kau, aku tidak tahu akan bagaimana...."
"Kau selalu pulang malam?"
"Hmm.."
"Lain kali pulanglah saat siang hari dengan begitu kau tidak perlu mengalami hal seperti ini. Bagaimana bisa tidak ada seorangpun yang menolongmu??!"
Gadis edelweiss tersenyum tipis, "Tidak banyak orang yang tertarik pada seorang gadis buta sepertiku. Namun aku tahu masih ada orang baik diantara mereka." Ia kembali tersenyum pada orang di depannya ini meski ia tidak yakin benarkah Winter berada di depannya atau tidak, namun kali ini ia merasakan kehadiran wanita itu disana.
Winter menghela nafas tanpa memudarkan raut khawatir dari wajahnya.
"Pulanglah, ini sudah terlalu malam."
Gadis itu mengikuti apa kata Winter, ia pergi tanpa kata akhirnya meninggalkan wanita berambut blonde itu, namun ia tidak sadar jika sebenarnya sejak tadi Winter selalu berada di belakangnya. Mengikuti dari kejauhan seperti yang ia lakukan beberapa hari terakhir.
Winter selalu ada di tempat itu, ia selalu melihat gadis edelweiss dari kejauhan, lebih jauh dari biasanya. Ia memang tidak datang mendekat, namun selalu memperhatikan seperti yang biasa ia lakukan. Ia juga mengikuti disetiap malam gadis itu pulang dalam kesendirian, entah sejak kapan ia menjadi pengawal bayangan namun ia sudah melakukan itu sejak preman yang sama pernah mengusiknya pertama kali.
Cukup lama ia berjalan mengikuti si gadis edelweiss hingga ia tiba di tempat biasa ia berhenti mengikutinya, toko bunga. Beberapa langkah lagi gadis edelweiss akan sampai di toko, namun Winter mendekat dan menghentikannya.
Gadis itu terhenti juga terkejut, "Hei, tunggu!"
Wajah takutnya berubah penasaran saat mendengar suara yang sama, dahinya berkerut lalu berkata, "Kau?"
"Tunggu, aku ingin bicara sebentar."
Perlahan Winter melepaskan genggamannya dari lengan gadis edelweiss yang sedang menunggu dirinya bicara.
"Siapa namamu?"
"Um?"
"Aku tanya, siapa namamu?" Ulang Winter sekali lagi sambil memandang iris tidak fokus gadis edelweiss. Cukup lama gadis itu diam sampai suatu saat ia kembali mengeluarkan suara.
"Jimin...Yu Jimin." Sebutnya perlahan.
"Kau mau apa setelah tahu namaku?"
"Cantik."
"Maaf?"
"Namamu cantik......seperti dirimu."
Gadis edelweiss terdiam sesaat setelah mendengar ucapan Winter, lagi-lagi ia tersenyum. Gadis itu merogoh ke dalam tas hitamnya lalu mengeluarkan satu buket edelweiss dan mengulurkannya pada wanita di hadapannya ini.
"Aku tidak ingin membeli bunga."
"Aku tahu. Tapi aku ingin memberikannya untukmu. Tidak pernah ada selama ini yang peduli padaku seperti yang kau lakukan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Flower of Ēvĺl [✔]
RomanceBaru pertama kali seumur hidup aku menyukai bunga. Hanya satu bunga~ Winter X Karina °Winter top °bahasa baku °gxg