Umm.. gak tau kenapa saya sebagai author gak bisa move on dari ff ini walaupun hanya hasil remake.
Padahal di versi aslinya saya gak se addicted ini, maybe karna alur endingnya yang benar-benar berubah dan itu membangkitkan imajinasi saya untuk nulis kelanjutan kehidupan Winter dan Jimin setelah peristiwa itu.
Sebenarnya saya udah coba komitmen sama diri sendiri untuk gak nulis kelanjutan apapun karna endingnya itu udah pas banget, tapi ide-idenya dengan kurang ajarnya berkeliaran di otak saya, malah pas saya lagi mandi itu idenya masih aja ngalir lancar kayak sower wkwkwk
Mungkin selama keramas itu kalau idenya dituangin ke dalam bentuk tulisan udah membentuk satu adegan utuh dengan narasi + dialognya, eww wkwk
Nah sampai hari ini saya makin gak nyaman dan makin gelisah pengen nulis, jadinya saya buka laptop dan memutuskan untuk nulis.
Semoga gak membosankan dan gak mengubah kesan indah kalian mengenai ending.
Ini hanya another story, sepenggal cerita singkat tentang kelanjutan kehidupan Winter dan Jimin setelah tragedy penculikan itu.
Janji cuma sampai di sini dan gak akan ada bonus chapter lainnya T.T
Oke, happy reading ya
At least, saya seneng aja bikin nama ganti Winter itu suami walaupun doi perempuan di sini ^^
Oke, let's see it...
***
Matahari terbit tidak begitu cerah, hawa mendung dan sedikit sejuk menyelimuti suasana pagi itu yang kelabu. Winter berada di tempat ini sejak pukul 6, ia memutuskan untuk membersihkan toko bunga yang sedikit berantakan kala matanya tak lagi bisa di ajak terlelap. Kondisi toko masih sama seperti terakhir kali ia lihat sore kemarin, beberapa barang terlihat berserakan sebagai bentuk perlawanan yang dilakukan sang istri saat orang-orang jahat itu menculiknya. Ia melepaskan beberapa benda ditangannya dan langsung datang menghampiri saat melihat kehadiran sang istri di area toko.
"Jimin-ah~ kenapa disini? Apa ada yang membangunkanmu?"
Winter menggenggam lembut kedua tangan istrinya ini yang berdiri dengan postur yang tidak tegap, wajah Jimin pucat seperti tak punya tenaga sama sekali namun hal itu tak sedikitpun memudarkan senyum lemah yang ia tunjukkan di wajahnya nan ayu.
"Aku mencarimu. Kau tidak ada disampingku dan ternyata suami tampanku ada disini..." tuturnya lemah dengan kurva senyum yang masih setia ia pertahankan menghias sepasang bibir pucatnya.
"Maaf, seharusnya aku tidak meninggalkanmu sendiri. Apa itu membuatmu takut?"
"Hmm...aku takut saat kau tidak ada.."
Winter sangat tahu peristiwa kemarin meninggalkan luka dan trauma yang teramat besar di hati Jimin, namun meski begitu istrinya ini tak menunjukkannya sama sekali, bahwa betapa takutnya ia saat ini. Mungkin ia bisa menekan rasa takutnya tetapi ia takkan bisa menipu ikatan batin yang mereka miliki, dari genggaman tangan mereka Winter bisa merasakan ketakutan yang luar biasa tengah menghantui Jimin saat ini.
"Sayang~ sekarang aku ada di sini bersamamu. Jadi jangan takut lagi..."
Winter menarik sang istri terkasih ke dalam pelukan hangatnya, tak terasa lelehan bening menghangatkan sudut matanya barang sekejap. Ingatannya kembali melayang ke waktu semalam, tak hanya Jimin, ia pun mendapat lubang yang sangat besar di dada, rasa takut itu masih menghantuinya hingga saat ini, ingatan itu terus bergerilya ramai memenuhi setiap sudut memorinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Flower of Ēvĺl [✔]
RomanceBaru pertama kali seumur hidup aku menyukai bunga. Hanya satu bunga~ Winter X Karina °Winter top °bahasa baku °gxg