Cp.7

1.3K 258 278
                                    



"Toloooonngggg....lepaskan aku!!!"

"Hah!!!!!"

Winter terbangun dari tidur singkatnya akibat mimpi yang baru saja ia alami. Ia masih menggenggam setangkai edelweiss dan tertidur di meja, nafasnya memburu seakan habis berlari berkilo-kilo meter, kilasan mimpi yang memperlihatkan Jimin diganggu oleh beberapa preman kembali terulang dipikirannya membuat wanita itu menggeleng pelan diiringi dengan rasa nyeri yang cukup hebat ia rasakan menyerang kepalanya.

Winter menekan kepalanya sedikit hingga memperlihatkan wajahnya yang sedikit pucat. Ia tinggalkan edelweiss di atas meja lalu ia raih hody yang tergantung di belakang pintu, entah kemana ia pergi dini hari seperti ini, namun ia tetap melangkah sambil mengeratkan hodynya membuat tubuh panasnya sedikit menggigil.

Ia memandangi satu per satu jendela kamar apartement kecil di depannya, nafas sesak berhembus kencang di iringi keringat kecil membasahi poni-poni halus miliknya, ia melangkahkan kaki menaiki tangga saat melihat bunga edelweiss di salah satu jendela. Ia tiba di depan sebuah pintu yang ia yakini adalah kamar Jimin, ia tidak yakin apakah gadis itu yang akan membuka pintu ataukah orang lain.

Winter sudah mengetuk pintu sambil terus mengatur nafas serta menahan pusing di kepala, dan ia belum menerima jawaban. Ia mengetuk sekali lagi.

"Siapa itu?"

Ajaibnya, ia mendengar suara itu. Suara seseorang yang ingin ia pastikan keselamatannya.

"Ini aku. Winter~"

Pintu masih belum terbuka,

"Bagaimana aku bisa percaya padamu?" Tentu saja gadis itu takut, ia tidak bisa mengetahui siapa orang di luar apartementnya meski ada lubang kecil di pintu, ia juga tidak mendengar jelas suara siapa karena Winter berucap pelan.

"Aku melihat edelweiss.........di jendela kamarmu."

Kemudian perlahan pintu itu terbuka memperlihat seorang gadis yang mengenakan piyama tidur berwarna abu-abu. Seulas senyum tipis terukir di wajah pucat Winter mengetahui Jimin baik-baik saja.

Tangan Jimin terangkat menyentuh wajah Winter, 2 ekspresi yang ia tunjukkan, raut tenang mengetahui itu benar Winter dan raut khawatir saat merasakan wajah wanita itu sedikit hangat. Tangannya turun hingga leher, semakin panas yang ia rasakan.

"Kau....kenapa bisa tubuhmu sehangat ini????" Jimin menyentuh wajah serta dahi Winter berkali-kali untuk memastikan indra perabanya tidak salah.

"Aku tidak apa-apa."

"Tidak apa-apa bagaimana??? Suhu tubuhmu sangat panas!!!" Jimin terlihat begitu khawatir, ia tidak melepaskan kedua tangannya dari pipi Winter, bahkan ia lupa bertanya mengenai alasan wanita itu datang kemari pukul 3 pagi.

"Aku datang karena khawatir padamu."

"Aku mengalami mimpi buruk, kau dilukai seseorang."

"Bagaimana bisa kau bepergian dalam kondisi seperti ini???"

"Aku baik-baik saja—"

"Kau itu sedang sakit, Winter!!!!"

Jimin meninggikan suara tak peduli orang-orang akan terbangun, ia hanya khawatir.

Winter menarik nafas berat, kepalanya semakin terasa pusing.

"Aku senang kau baik-baik saja. Sekarang aku akan pergi."

"Kau tidak akan pergi sebelum demammu membaik."

Jimin menarik Winter masuk ke dalam apartement, bahkan ia baringkan wanita itu di ranjang miliknya.

Flower of Ēvĺl [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang