19. Bother.

797 147 16
                                    

Sebelum baca, vote dulu, lalu komen, ok thanks.

***
Hanyoung berjalan-jalan di koridor sekolah yang sepi karena semua anak-anak sekolahan ini sudah kembali ke asrama.

Dia baru saja selesai dari ekskulnya dan ini mau kembali ke asrama, berbeda dengan anggota yang lain memilih untuk tidak masuk lagi ke gedung sekolahan dan berjalan lewat luar saja karena sekolahan sepi pada waktu sore hari seperti ini.

Apalagi ini bukan sore lagi sih, sudah mau masuk malam.

Hanyoung menoleh kearah setiap kelas yang ada di koridor yang dia sedang lewati, semuanya dikunci sih, jadi dia gak mungkin bisa masuk juga.

Jangan lupakan di dalam kelas ada lokernya, jadi anak-anak banyak menyimpan barang mereka seperti buku di loker agar tidak ketinggalan.

"Berasa uji nyali," ucap Hanyoung ketika mendengar suara benda jatuh dari kelas yang berada di sebelah kirinya.

Padahal jelas-jelas kelas itu terkunci, dia bahkan mencoba membuka pintunya dan beneran terkunci.

Hanyoung juga malas sih jika harus mengintip dari jendelanya, bisa-bisa nanti malah hantu yang muncul di hadapannya.

Baru dia membicarakan hantu, sudah ada hantu aja di hadapannya kali ini, namun Hanyoung mencoba biasa saja, dia gak boleh kalah sama kakaknya.

Kakaknya saja biasa aja lihat hantu, masa dia ketakutan terus setiap bertemu hantu.

"Kenapa kepalamu begitu?" tanya Hanyoung saat sadar jika hantu di sebelahnya itu kepalanya tampak seperti di sambung?

Wait, di sambung? Hanyoung menoleh sekilas untuk memastikan dan benar, kepala hantu di sebelahnya itu jelas-jelas tampak di sambung ke tubuhnya lagi.

Seperti habis di penggal, mengerikan.

"Ulah siapa lagi jika bukan ulah orang terdekatmu."

"Oh, papaku," ucap Hanyoung sambil tersenyum miring saat mendengar jawaban hantu di sebelahnya.

Kan semua hantu disini sepertinya benci sekali dengan papanya, karena mereka gak bisa melakukan apapun ke papanya.

Makanya mereka menganggu Hanyoung, buktinya Hanyoung hampir terbunuh oleh mereka.

Bukannya terbunuh, Hanyoung malah bisa melihat hantu.

"Aku tidak tau apa yang ada di pikiran papaku, karena aku tidak bisa membaca pikirannya, tapi sepertinya kamu membuat kesalahan yang bisa membuatmu sampai terbunuh seperti ini."

Hantu di sebelahnya itu malah berekspresi mengerikan saat ini, lalu dia menghilang dari sebelahnya.

Hanyoung melewati foto-foto murid terpintar lagi dan kembali melihat ada kertas yang tertempel di foto Minseo.

"Aneh, cowok itu dendam sekali dengan kak Minseo," ucap Hanyoung sendiri sambil melihat kearah kiri kanannya, bisa saja ada tangga atau sesuatu yang bisa membuatnya mengambil kertas tersebut.

"Hanyoung?"

Hanyoung menoleh kearah kanannya disana ada Minseo yang menatapnya dengan bingung dan berjalan dengan cepat kearahnya.

Minseo lalu menoleh kearah kertas yang lagi-lagi tertempel di fotonya.

"Serius, ada lagi?"

"Entahlah, aku berusaha mengambilnya namun aku tidak setinggi itu untuk menggapainya," balas Hanyoung sambil menoleh kearah Minseo yang mendecih saat ini.

Serius ada masalah apa cowok itu kepada dirinya.

"Lagipula kakak ngapain masih di sekolahan?"

"Aku habis dari ruang osis, ada barang yang ketinggalan disana," balas Minseo sambil menatap kearah Hanyoung mengangguk itu.

"Mau mengambil kertasnya?"

Minseo mengangguk, lalu Hanyoung melakukan hal yang sama seperti ada kertas di foto kakak kelasnya itu.

Iya, biarkan Minseo naik ke gendongannya dan mengambil kertas tersebut.

Minseo berhasil mengambil kertas tersebut, namun dia masih belum turun dari gendongan adik kelasnya itu.

Hanyoung juga tidak terlalu memperdulikan juga dan malah berjalan melewati koridor ini sebelum cuaca semakin gelap, mana ada suara gemuruh gitu, seperti menandakan kalau hujan akan segera turun.

Sebenarnya buat apa takut juga sih, koridor sekolahan ini juga terang, kalaupun hujan, jalan menuju ke asrama dari sekolahan mereka juga melewati sebuah jalan yang diatasnya tertutup jadi gak akan kena hujan.

Minseo baru saja mau membaca surat di tangannya reflek memeluk leher Hanyoung ketika tiba-tiba ada suara gemuruh yang sungguh besar.

Sebenarnya Hanyoung juga kaget, tapi gak sekaget Minseo yang masih di gendongannya itu.

Apalagi tangan Minseo masih memeluknya saat ini.

"Jangan bilang kakak takut sama suara gemuruh?"

"Enggak ya, aku mah biasa aja, tapi tadi suaranya besar sekali, siapa yang gak kaget," balas Minseo dengan cepat membuat Hanyoung cuma mengangguk saja.

Soalnya mamanya takut sama gemuruh, gimana mamanya bisa tahan di kamarnya sendiri disaat suara gemuruh terdengar sangat besar ya?

Oh iya, mamanya bilang, dia pernah sampai sembunyi di bawah ranjangnya, lucu sih jika membayangkan mamanya seperti itu.

Pantas saja di rumah tampak dibuat kedap suara karena ini demi mamanya.

"Jangan bilang kamu yang takut?"

"Kalau aku takut, kakak yang ada di gendonganku bisa-bisa sudah jatuh dari tadi."

Minseo saat mendengar itu reflek tersadar dan langsung turun dari gendongan adik kelasnya.

Malu, Minseo bego, dia memukul kepalanya sendiri dengan pelan, tapi lagi-lagi dia tersadar jika kertas di tangannya masih belum dia baca.

"Senyumanmu di foto itu akan aku ubah menjadi kesedihan, lihat saja nanti."

Hanyoung saat mendengar itu malah tertawa sebelum berakhir koridor sekolah ini langsung gelap karena lampu yang ada disini langsung padam.

Minseo memegang lengan Hanyoung langsung, dia mengepalkan tangannya saat ini, sialan apa-apaan coba.

Membuatnya menjadi sedih? Terus setelah dia sedih emangnya cowok itu kenapa? Senang? Mau mengantikan posisinya disana?

"Itu hanya dari orang yang gak mampu bersaing dengan kakak, makanya dia beraninya hanya buat tulisan-tulisan seperti itu untuk menganggu kakak, santai aja," ucap Hanyoung yang malah santai padahal disini gelap sendiri.

Ada ada jendela yang mengarah ke luarpun, tetap saja percuma karena diluar juga cuacanya sama saja, sama-sama gelap.

"Lagipula kalau aku jadi kakak sih, sudah aku pukul dia."

"Lalu beasiswaku di cabut? Aku tidak mungkin melakukan hal konyol seperti itu," balas Minseo membuat Hanyoung mengangkat bahunya.

Dia masih bisa merasakan lengannya dipegang oleh Minseo, mereka akhirnya keluar dari gedung sekolahan.

Anehnya di asrama malah listriknya tidak padam, kenapa di sekolah malah padam begitu.

Mereka berjalan melewati jalan yang memang mengarah langsung ke asrama, tidak perlu takut hujan juga.

Berbeda dengan Minseo yang sebelum sampai di asrama, membuang kertas di tangannya ke kotak sampah sebelum berakhir dirinya masuk ke dalam lift bersama Hanyoung yang baru masuk juga disana.

Hanyoung menatap kearah kaca di hadapannya sambil memikirkan apa jadinya kalau mamanya yang diteror seperti itu.

Ah gak jadi, dirinya gak perlu banyak berpikir, karena sudah tau jawabannya.

Karena dia tau, pasti papanya langsung akan menemukan orangnya dan juga langsung membunuhnya saat itu juga, mengerikan.

Tbc.

Aha, update lagi, xixixi.

Dahlah, semoga suka, vote dan komen jangan lupa.

Sampai jumpa di part selanjutnya.





















Salam,






Anaknya Taekook.

RecklessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang