5

264 31 17
                                    

"Apa kau senang hm?"

"Terima kasih sudah menemani ku,Ian." Jawab Gaeun dengan pertanyaan Ian.

Kali ini mereka berjalan menuju ke rumah Gaeun setelah dari pusat pemberlanjaan. Membawa sedikit tas belanja yang mereka beli dari sana. Malam itu setelah hujan reda, langit pun terlihat cerah. Genangan genangan air di trotoar memperlihatkan bayangan Bintang bintang berkelip yang bersinar di langit seperti menggambarkan hati mereka saat ini. Sayangnya bulan pada malam itu tidak nampak.

"Mau aku antar pulang?" Tanya Ian lagi. Ia memegang jari jemari Gaeun lalu menggenggamnya.

Gaeun menggeleng pelan "Tidak perlu,aku bisa pulang sendiri." Jawab Gaeun mengelak. Dia tidak ingin merepotkan Ian.

"Aku temani ya." Ucap Ian antusias. Ia menghentikan langkah Gaeun. Dengan ekspresi muka manja lalu mengedipkan matanya beberapa kali persis di depan muka Gaeun.

Gaeun tertawa kecil, lucu, merasa gemas dengan tingkah Ian barusan. Akhirnya ia mengangguk baiklah. Setelah itu Ian pun tersenyum senang lalu kembali menggenggam tangan Gaeun.

"Tahun ini jadi kau sudah umur berapa?" Ian bertanya ingin tahu.

"17 tahun." Gaeun menjawab pelan. Ia termenung menatap ke tanah, tak terasa kini ia akan menjadi semakin dewasa. Ia takut dengan ekspektasinya ketika dewasa.

"Wahh bayi ku ini ternyata sudah besar yaa." Ian mencubit pipi Gaeun gemas. Lalu tangan nya beralih ke pucuk kepala Gaeun lalu mengusak rambut nya.

Gaeun meringis pelan dengan cubitan Ian, lalu merapikan kembali rambutnya yang di acak acak oleh pria dihadapannya ini yang sedang tersenyum lebar.

Gaeun tertawa kecil " memang kau sekarang umur berapa?" Tanyanya menyelidik.  

Ian berpikir sejenak "Kalau tidak salah hampir 1000 tahun." Jawabnya.

"Dasar kakek kakek tua" ejek Gaeun. 

Ian menatap wajah Gaeun, Gadisnya ini sangat cantik dan lucu. "Meskipun umurku sudah tua tapi aku masih tetap tampan kan?!" Sahutnya percaya diri "Kau juga mau tuh dengan ku." Lanjutnya lalu terkekeh kecil.

"Iya iya kau benar." Gaeun memutar bola matanya malas "Kau memang vampir tertampan yang aku kenal." Ujarnya.

"Dan kau manusia paling sempurna yang aku temui. Vampir tua ini sangat bersyukur bertemu dengan gadis cantik nan imut ini." Jelasnya yang langsung membuat pipi Gaeun memerah.

Apartemen Gaeun terlihat di ujung jalan. Jalan saat itu sudah sepi, hanya beberapa mobil dan orang orang yang berlalu-lalang. mereka akhirnya menyebrang jalan. 

"Gaeun." Seseorang memanggil,dari balik pintu gedung apartemen suara yang Gaeun kenal, suara dari seorang yang tidak ingin lagi Gaeun dengar. Ian bingung dengan Gaeun yang tiba tiba melamun padahal seorang sedang memanggilnya.

Akhirnya Gaeun menoleh ke arah orang yang memanggilnya. Dan benar saja ia seorang yang Gaeun duga.

"A-ayah."

Itu ayah Gaeun, bagi Gaeun wajahnya sangat menyeramkan. Ia tidak ingin lagi melihatnya dan apalagi hawanya sangat terasa bahwa ayahnya ini sedang marah. Gaeun takut. Ia benar benar takut. Tubuhnya kini bergetar hebat. 

"Kenapa kau baru pulang, kau tahu ini sudah jam berapa? pergi dengan laki-laki larut malam seperti ini apa kau sudah tidak punya tata Krama?" Seru Ayah Gaeun. Matanya menatap Gaeun tajam. Itu mengerikan. Lalu beralih menatap Ian sinis.

Ayah Gaeun mendecak, memalingkan mukanya "Sekarang ayo masuk!" Dia menarik lengan Gaeun dengan paksa. Genggaman tangannya sangat kuat hingga Gaeun meringis kesakitan.

"Paman- " Ian mencoba menghentikan apa yang dilakukan pria paruh baya yang mengerikan ini.

"Kau jangan ikut campur ya, kau siapa?" Desis ayah Gaeun.

"Kau tidak perlu menyeretnya seperti itu, itu pasti sakit." Gumam Ian, Dia mencoba melepas genggaman pria ini dari tangan Gaeun.

Ayah Gaeun menghempaskan tangan Ian yang menyentuh lengan putrinya itu "Aku tidak peduli, sebaiknya kau pulanglah!" Dan akhirnya Ia tetap menyeret Gaeun yang kesakitan dan air matanya yang menolak untuk tidak keluar.

_________________

Brak..

Badan Gaeun terhempas begitu saja ke meja. Kepalanya menghantam keras ujung meja. Itu sangat sakit membuat kepalanya berdenyut kencang.

Gaeun mengerjap matanya berkali-kali. Ia melihat ayah nya didepannya membawa seutas sabuk kulit. Ia tahu sabuk itu akan mendarat tepat di tubuhnya. Seperti biasanya. Dan benar saja,Ayah Gaeun mengangkat sabuk itu tinggi  lalu mencambukkan ke tubuhnya begitu saja.

Cetar..

Sakit.

Cetar...

Ini sakit.

Cetar...

Kenapa ia mendapatkan siksaan ini lagi?

Ayah ku mohon berhenti! ini menyakitkan.

__________________

Hallo semua...

Apa kabar?

Maaf...

Di chapter sebelumnya saya nggak nyapa, kelupaan hehe..

Makasih banget yang udah nunggu cerita ini. Love kalian banyak banyak.😍😍

Walaupun saya lama banget ga up, hampir 2 bulan [cry] dan ternyata masih ada yang nungguin cerita ini. Saya terharu banget😓❤️

Gimana pendapat kalian tentang chapter ini?

Kalau kalian suka cerita ini, jangan lupa klik bintang nya yaa. Janji bakalan lebih sering up dehh😉

Terima kasih banyak❤️

Sampai jumpaa....

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 20, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

OUR NIGHT |Shinbi House: Gaeun And Ian|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang