2 : Ruh Menyebalkan

17 3 0
                                    

Have a nice day everyone~














"Hantu sialan! Pergi kau dari rumahku!"

"Aduh! Aduh! Tanganku sakit, huwee!"

Dohyon berdecak, mendorong ruh menyebalkan itu keluar dari rumahnya.

Entah bagaimana dia bisa masuk, mungkin menembus pintu atau apalah itu. Dohyon tidak peduli.

Karena yang ia tahu, bangun-bangun Minwook sudah ada di atas kasurnya sambil melompat-lompat seperti katak.

Beruntung kasurnya mehong, coba kalau enggak, sudah dipastikan itu kasur bolong besok-besok kalau dipakai lompat-lompat lagi :')

"Pergi! Kau merusak hari liburku hantu bodoh!"

"Sialan! Aku ini bukan hantu. Mana ada hantu setampan aku kan?" Ujarnya.

Dohyon tersenyum masam. Menutup pintu dengan keras dan berbalik menuju kamarnya kembali dengan kesal. 

Jarang-jarang ia mendapat hari libur, maka dari itu ia akan memanfaatkannya dengan sangat baik. Tidur seharian bukanlah ide yang buruk, hmm...

Omong-omong, Dohyon jadi kepikiran dengan ruh menyebalkan itu. Biasanya jika hantu, jika dia masih tertahan di dunia, itu artinya masih ada urusan yang belum dia selesaikan dengan baik. Makanya dia tidak bisa kembali ke alamnya dengan tenang.

Tapi, ini adalah ruh. Raganya masih terbaring di rumah sakit, tapi ruhnya malah berkeliaran di luar raganya. Itu artinya, sebelum dia koma, dia mengalami kejadian yang belum pasti dan penasaran kenapa dirinya koma?

"Gotcha! Itu bisa saja, bukan? Itu tandanya, dia masih belum tahu kenapa alasan dia koma, makanya dia tidak bisa kembali ke raganya,"

Sembari berpikir, Dohyon mengambil satu gelas berisi air dan meminumnya hingga tandas.

Rasa kantuknya hilang gara-gara memikirkan ruh menyebalkan itu.

"jika dipikir kembali, sepertinya Minwook belum lama koma. Ruh yang sudah bertahun-tahun berkeliaran, karena tidak bisa ke raganya, tidak akan semenyebalkan dia kan." gumamnya.

"Baa!~"

Dohyon hanya melirik sekilas, menaruh gelasnya di atas meja dan meninggalkan Minwook.

"Kau tidak menyeramkan, jadi aku tidak akan takut." ucap Dohyon santai.

Pemuda itu meninggalkan Minwook seorang diri di dapur—menuju ruang tengah.

Minwook menghembuskan nafasnya kesal, "padahal dia tidak tahu saja, jika dirumahnya banyak sekali yang menyeramkan,"

Dia terus saja menggerutu, hingga tanpa sengaja matanya bertemu tatap dengan salah satu penunggu dapur—yang merupakan penguasa dapur paling menyeramkan, "HUWAA! Dohyon tolong aku!"

Dohyon yang mendengar teriakan itu berdecak,

"Ckckck, makanya jangan menggerutu di rumahku, ruh payah."




.
.
.
.



"Dohyon,"

"Bukankah aku terlihat menyedihkan? Bagaimana jika kau membantuku untuk kembali ke ragaku?"

"Kau bisa membantuku kan?"

"Aku ingin merasakan kembali menjadi manusia dan beraktivitas sewajarnya, aku lelah terus menembus apapun yang aku lewati,"

"Aku ingin melihat cupang peliharaanku juga, aku ingin pergi bersama teman-temanku,"

"Aku ingin memeluk kakak menyebalkanku, aku ingin beradu mulut lagi dengan ayah, aku rindu dengan masakan ibu,"

"Aku rindu ingin memakai motor dan mobilku lagi. Aku rindu ingin kuliah dan pulang bersama dengan teman-temanku,"

"ah, aku ingin kembali ke ragaku dan  pulang kerumah."

"Huhu, mama papa, anakmu ingin pulang..."

Dohyon mengusak rambutnya frustasi, ocehan Minwook sungguh membuatnya jengah dan tidak bisa berfikir jernih. Apalagi ocehannya itu membuatnya ikut merasa sedih.

Ah, jika begini, Dohyon ingin menemui ayah dan ibunya juga. Andai saja...

"Bisakah kau diam? Aku ingin kembali tidur dan memanfaatkan waktu liburku," ucap Dohyon datar.

Minwook menundukkan kepalanya, "maafkan aku sudah mengganggumu, aku akan pergi."

Ruh itu menembus dinding dan menghilang. Dohyon mengatur nafasnya yang memburu. Rasa sesak mulai memenuhi rongga dadanya.

Tanpa sadar, setetes air mata keluar begitu saja dari mata sipitnya.

Tangisnya pecah begitu saja, mengundang kekhawatiran pada sosok yang belum berada jauh di luar sana.

Tangisan memilukan itu ikut mengiris hatinya. Sakit dan perih disaat bersamaan. Ia pun tidak mengerti mengapa hatinya ikut sakit mendengar tangisan itu.

Seperti ada yang membatasi walau hanya dinding tipis dengan si pemuda tinggi.

"Rasanya aneh, aku seperti pernah merasakan hal ini sebelumnya..."

—to be continued—

shiorenekim
-17 Feb 2022

Soul Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang