8 : Siapa sebenarnya dia?

9 1 0
                                    

Hari ini, Dohyon sudah siap untuk berangkat ke sekolah. Dia sudah menyelesaikan tali simpul sepatunya dan kemudian menutup pintu. Tak lupa menguncinya karena itu akan sangat berbahaya, sewaktu-waktu maling mengintai rumahnya yang besar ini dan menyelusup untuk mencuri barang-barang berharganya.

"Sarapan jangan ketinggalan."

Karena dia belum sempat sarapan dirumah, jadilah ia memilih untuk mampir sebentar di minimarket membeli roti dan susu kotak. Meskipun sebenarnya itu tidak cukup untuk mengganjal perutnya sampai jam istirahat nanti.

Minimarket terdekat dari rumahnya berjarak 769 meter dan membutuhkan waktu 6 menit lebih 29 detik untuk sampai jika berjalan kaki.

Cukup melelahkan memang, tapi tidak ada cara lain selain berjalan kaki supaya sampai ke minimarket itu.

Sebenarnya bisa saja Dohyon memakai sepedanya atau kendaraan lain–yang mungkin sudah berdebu–di garasi karena jarang dipakai. Tapi Dohyon terlalu malas menggunakannya dan membawanya ke bengkel untuk perawatan bulanan. Jadi dia lebih memilih jalan kaki saja sebagai alternatif.

Pemuda Nam itu sudah memasuki minimarket. Ia sedang memilih membeli roti rasa apa dan susu rasa apa. Ada banyak rasa yang enak. Dohyon ingin membeli semua rasa tapi uangnya tidak akan cukup sampai pulang sekolah.

Jadi ia memilih roti keju dengan susu kotak rasa coklat.

Selagi mengantri, matanya tidak sengaja bertemu dengan seorang wanita yang dikenalnya.

'Bibi'

Itu ibu Minwook, menghampirinya dengan senyum ramah menyapa. "Hai nak. Bukankah kau yang waktu itu datang menjenguk putraku?"

Dohyon mengangguk membenarkan.

"Ah, namamu Dohyon, ya." Ibu Minwook tampak mencurigakan. Dohyon sedikit menjauh melihat gerak-geriknya.

Wanita itu tersenyum, menarik Dohyon menjauhi kerumunan dan berbisik.

"Kau pasti tau sesuatu tentang putraku. Simpan itu sendiri, jangan sampai orang lain tau atau nyawamu adalah taruhannya. Berhati-hatilah, nak."

Deg.

Dohyon yakin tidak salah lihat. Wanita berusia diatas kepala tiga itu memiliki penjaga.

'Dia— siapa sebenarnya bibi itu? Dan apa hubungannya dengan Kak Hangyul?'







.

.

.








"Lee Sejin!"

Pria manis yang merasa terpanggil, menolehkan kepala dan tersenyum seraya melambai pada orang yang memanggilnya.

"Yo, Lee Jinhyuk! Sepupu tiangku yang aku rindukan, huhuhu." ujarnya seraya merangkul leher Jinhyuk dengan sedikit berjinjit.

Jinhyuk melepaskan rangkulan Sejin. Itu terasa sangat menyakitkan! Lehernya tercekik asal kalian tahu.

Sepupu menyebalkan!

"Kau semakin tinggi saja ya, aku harus tahu tipsnya agar aku bisa melampaui tinggimu!" ucapnya riang.

Senyum lebar itu bahkan tidak luntur dari wajahnya sedikitpun. Perasaan senang karena bertemu sang sepupu, melupakan segala kegelisahan yang menghampirinya beberapa hari  belakangan ini.

Ah, Sejin harus cepat-cepat memberitahu Jinhyuk soal kegelisahannya.

"Aku tidak suka ya, jika bertemu denganmu kau malah menarik leherku begitu." rengut Jinhyuk tidak suka.

Soul Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang