11 : Hantu penunggu jalan

8 1 0
                                    

"Memangnya kau tidak takut jalan sendirian begini?"

"Tidak. Aku sudah biasa jalan sendirian."

Keum Donghyun mengangguk menanggapi.

Kedua pemuda ini bertemu di minimarket. Donghyun bilang dia di usir dari rumah oleh bibinya. Entah apa yang dia lakukan hingga bibinya mengusir ia dari rumahnya sendiri seenaknya. Akan Donghyun adukan pada Ibunya nanti.

"Kau benar-benar diusir dari rumah?" tanya Dohyon.

Donghyun mengangguk. "Entah apa yang dia inginkan. Aku tidak peduli."

Dohyon jadi bertanya-tanya, apa hubungan bibi dan keponakan ini tidak baik? Atau bibinya tidak suka pada Donghyun? Atau mungkin saja, keluarganya memiliki masalah dengan Donghyun? Ah entahlah. Dohyon tidak akan ikut campur.

Jalanan yang mereka lewati begitu sepi. Tidak ada satupun kendaraan yang lewat, padahal ini baru jam 8 malam. Apa mungkin orang-orang enggan keluar rumah karena hawa dingin yang menusuk? Bisa jadi.

Ditengah langkah pelan keduanya, Donghyun menarik lengan Dohyon untuk berhenti. Si empunya tangan menoleh tidak mengerti. Si pelaku penarik tangan, menunjuk ke depan dengan dagunya.

Dohyon yang penasaran, menolehkan kepalanya lagi. Ia memiringkan kepala melihat jalanan yang mendadak ramai. Jelas-jelas mereka melewati jalanan dengan keadaan sepi tanpa satupun orang yang berlalu lalang. Tapi sekarang, jalanan begitu ramai oleh orang-orang dan kendaraan yang lewat di jalan raya. Ini pasti ada yang tidak beres.

"Keum–"

Si pemuda Keum tidak ada dimanapun. Kemana perginya pemuda itu?! Kenapa dia malah ditinggalkan sendirian?!

"Keum!"

"Yak! Keum Donghyun ini tidak lucu!"

"Keum!!"

Dohyon menekuk lututnya saat kepalanya terasa berputar. Pusing menyerangnya dan dunia seakan berputar tak tentu arah.

Ia tidak mengerti, apa yang sebenarnya terjadi?

Jalanan yang tadi ramai pun, tidak terlihat satupun orang yang berlalu-lalang. Tidak ada apapun kecuali tiang lampu jalan, pepohonan dan halte bus yang berada tak jauh dari tempatnya.

Sebenarnya, dimana dia berada?

"Akh! Kepalaku..."

Pusing yang tadi sudah mereda, kembali menyerang. Kali ini benar-benar menyakitkan. Rasanya kepalanya akan meledak karena rasa pusing ini.

"Nam Dohyon! Kau harus sadar!"

Samar-samar suara familiar itu terdengar. Bersahutan dengan teriakan penuh kesakitan yang memenuhi rungunya.

Mata sipitnya menatap jauh ke depan sana. Hingga pandangannya menggelap dan dia tidak ingat apa-apa.

"Yak! Dohyon! Yak! Bangunlah jangan membuatku takut!!"

Perlahan kelopak matanya terbuka, yang pertama dilihatnya adalah Donghyun yang menepuk pipinya tanpa perasaan.

"Yak! Auhh sakit..."

"Akhirnya kau sadar!" Donghyun menarik tangannya kembali. "Kenapa kau tiba-tiba pingsan? Aku sudah panik jika kau tidak bangun. Nanti siapa yang akan membawamu sampai rumah? Kau kan berat, aku tidak kuat."

Dohyon tidak memperdulikan Donghyun yang masih mengoceh. Ia berusaha mengingat kenapa dia pingsan tadi. Berawal dari minimarket, jalan berdua dengan Donghyun, lalu tiba-tiba tangannya ditarik begitu saja oleh pemuda itu. Lalu–

Dia tidak ingat lagi.

Aneh, ia tidak mengingat apapun lagi selain kejadian awal sebelum dirinya pingsan. Ini benar-benar aneh, pikirnya.

Soul Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang