9 : Arena Balapan Liar

11 1 0
                                    

Dohyon menghela nafasnya. Dia pergi ke suatu tempat yang biasanya diadakan balapan liar, dengan taruhan besar yang tidak main-main.

Itu wajar. Yang ikut balapan liar adalah orang-orang konglomerat yang hobinya menghamburkan uang.

Dohyon pergi sendiri. Naik bus, dengan tubuh terbalut hoodie abu-abu dan celana jeans.

Dia hanya penasaran dengan kalimat Minwook yang mengatakan jika dia selalu ikut balapan liar. Siapa tahu kan, Dohyon menemukan sesuatu disini.

Tempat itu cukup luas untuk menampung lebih dari tiga puluh orang. Banyak sekali orang-orang yang berada disini malam ini. Dan Dohyon harus mendecih berkali-kali melihat banyaknya gadis yang memakai pakaian minim.

Dan, hell, mereka minum-minum! Dohyon tidak yakin jika rata-rata yang berada disini itu sudah legal. Dia bersumpah untuk tidak menginjakkan kakinya ditempat seperti ini lagi.

Memuakkan!

Iris malamnya tanpa sengaja melihat seorang pemuda, berambut ash grey, berada tak jauh darinya. Tampak dari belakangnya sih, sepertinya pemuda itu seumuran dengan Minwook.

Tanpa disadari, kakinya melangkah mendekati pemuda itu.

"Ekhem, hei!"

Agak tidak sopan. Tapi Dohyon tidak punya pilihan lain.

Pemuda itu tersentak kecil, lalu melihat siapa yang memanggilnya dengan suara berat itu.

Matanya menelisik penampilan pemuda yang berada dihadapannya. Tubuh tinggi semampai, iris kelam malam, dan wajah seperti bayi.

"Siapa? Apa aku mengenalmu?" tanyanya seraya sedikit menjauh dari arena.

Dohyon menggelengkan kepalanya, "Tidak. Aku juga tidak mengenalmu."

Pemuda itu mengerutkan kening, "Lalu? Kenapa kau memanggilku tadi?"

"Aku hanya iseng datang kesini. Tapi, apa kau mengenal pemuda bernama Jeon Minwook?" tanya Dohyon.

Pemuda itu terkejut. Bahkan ia tidak sempat menyembunyikan raut terkejutnya. Terlalu tiba-tiba saat nama itu disebutkan oleh pemuda berwajah bayi didepannya.

"Kau temannya Minwook? Atau adik sepupunya?" tanya pemuda itu.

"Aku temannya. Tapi kita belum lama mengenal. Sudah lama aku tidak mendengar kabarnya, dia juga tidak bisa dihubungi."

Alasan yang bagus untuk membuatnya percaya, Dohyon-ah.

Pemuda itu menarik tangan si pemuda ber-hoodie, menjauhi arena.

"Akan sangat tidak nyaman, jika kita membicarakan hal ini ditempat ramai." ucapnya begitu menyadari raut tidak nyaman dari pemuda yang dibawanya.

Dohyon menurut saja. Asalkan ia mendapat keuntungan jika pemuda itu mengatakan semua yang dia ketahui.

.

.

.

.

.

Diwaktu yang sama dengan tempat berbeda.

Minwook menghembuskan nafas berat. Tangan yang menyangga tubuhnya, ia lepaskan. Memilih untuk duduk seraya menyandarkan punggungnya pada dinding dibelakangnya.

Angin malam menerbangkan helai rambutnya. Iris serupa madu miliknya menatap langit, seolah mengadu nasib pada Tuhan akan takdirnya.

"Aku enggan untuk menemuinya kembali..."

Soul Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang