7 : Dia akan tetap membantunya

9 1 0
                                    

Suasana kafe di hari Senin itu begitu ramai. Mengingat Senin adalah hari yang benar-benar sibuk oleh pekerja kantoran dan para pelajar, juga mahasiswa.

Aktivitas di hari Senin benar-benar padat. Jalanan kota tidak ada sepinya dihari sibuk ini.

Begitupun kafe terkenal di tengah kota Seoul itu. Benar-benar padat dan sibuk. Sama seperti para pelanggan yang datang kemari.

Lee Jinhyuk–terus saja mondar-mandir membawa pesanan para pelanggannya.

Dialah si pemilik kafe, yang turun tangan karena para pekerjanya kewalahan, terlebih banyak pekerjanya yang cuti karena punya anak.

Wajar saja. Sebagian besar pekerjanya golongan wanita yang sudah menikah.

Sewaktu diseleksi, Jinhyuk pernah bertanya, "Kenapa kalian memilih bekerja, dibanding berdiam dirumah menunggu suami pulang?"

Lalu dijawab seperti ini, "Kami melamar bekerja disini karena kau tampan, hehe."

Rasanya Jinhyuk ingin tutup kafe saja saat itu juga. Tapi tidak jadi karena investasinya adalah kafe itu. Jinhyuk membangunnya sendiri hasil dari kerja kerasnya. Masa iya harus dia tutup karena yang melamar pekerjaan wanita yang sudah menikah semua.

Topiknya sudah melenceng, back to topic!

"Aish, melelahkan sekali. Lain kali, aku tidak akan menerima wanita yang sudah menikah bekerja disini." keluhnya.

"Kau selalu berkata begitu, tapi kau tetap menerimanya, bodoh." Sang teman–Cho Seungyeon–menyesap americanonya santai.

Pria sibuk yang kini sedang mengambil cuti seminggu, dengan alasan ingin refreshing, padahal kenyataannya—

—mengganggu Jinhyuk di kafenya.

"Aku tidak tega menolaknya. Ayolah, siapa yang tega membiarkan seorang wanita memelas padamu?" ujarnya.

"Tapi kau juga merepotkan ku dan Wooseok, paboya."

Jinhyuk mendengus keras mendengarnya. "Ya, ya, ya maafkan aku."

Seungyeon hanya mendengus mendengarnya.

Keheningan menyelimuti setelahnya. Jinhyuk terdiam cukup lama sambil mencermati berkas, saham kafenya bulan ini. Mulai dari dana pemasukan, pengeluaran, dana berdonasi dan lain sebagainya.

Sedangkan Seungyeon, melamun sambil mengetuk meja sampai rasanya ingin Jinhyuk banting sangking berisiknya.

"Berisik, pabo! Kau mengganggu konsentrasi ku tahu!"

"Hyuk, bagaimana keadaan sepupumu?" tanya Seungyeon tanpa peduli akan protesan Jinhyuk tadi.

Jinhyuk menghela nafasnya berat, "dia tidak juga menunjukkan tanda-tanda akan bangun."

"Apa kau tidak coba mencari tahu, siapa dalang dibalik komanya sepupumu?" tanya Seungyoun.

Jinhyuk terdiam. Dan menghela nafas lelah setelahnya.

"Sudah. Tidak ada hasil, seakan dia hilang dari bumi." ucap Jinhyuk.

Seungyeon ikut terdiam. Pikirannya mengarah pada sesuatu, yang bisa saja dapat membantu temannya itu.

"Tidak mencoba menghubungi seseorang?"

Jinhyuk menatap Seungyeon.

"Siapa?"

Senyum tipis terbit di sudut bibirnya.

"Detektif Han Seungwoo dapat di andalkan."

.

Soul Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang