12 : Flashback

12 1 0
                                    

Kamis, 20 November 2020

÷×÷

"Kau tidak akan datang ke acaranya, Sihoon?"

"Tidak. Maaf tidak bisa menemanimu. Ibuku menyuruhku untuk menemaninya ke salon."

Minwook menghela nafas tipis, "Iya, tidak apa. Aku mengerti."

"Sekali lagi maafkan aku, Minwook. Lain kali aku akan menemanimu." ucap Sihoon menyesal di seberang telepon sana.

"Tidak. Tidak perlu begitu, aku bisa meminta Yohan atau Yeonjun." ucap Minwook.

"Tapi tetap saja, aku ingkar janji."

Minwook tertawa geli mendengar suara temannya itu yang merengek. "Sudahlah. Aku juga tidak mempermasalahkan itu. Berhenti melakukan hal yang menggelikan."

"Hehe, baiklah. Kau memang yang terbaik. Ah sudah dulu ya, ibuku sudah mengaum." kata Sihoon panik.

Minwook kembali tertawa. "Ya, ya, matikan teleponnya."

Tut.

Panggilan itu berakhir. Minwook menghela nafasnya saat ia tidak bisa datang ke acara festival sekolah terkenal bersama Sihoon.

Sihoon memang sudah berjanji, dia juga bukan orang yang suka ingkar janji, tapi sepertinya urusannya memang lebih penting. Terlebih itu adalah Ibunya.

"Sudahlah. Aku pergi bersama Yeonjun saja."

Sesuai perkataannya, Minwook mengajak Yeonjun untuk melihat festival akhir tahun di sekolah ternama di kota mereka. Katanya akan ada pertunjukan band dan yang lebih hebatnya lagi, katanya lagu yang akan dibawakan oleh band tersebut ditulis dan di komposer langsung oleh salah satu anak murid kelas 11 di sekolah itu.

Tentu saja Minwook tidak ingin melewatkan kesempatan itu. Siapa tahu, hobinya itu menemukan teman baru disekolah tersebut. Minwook tidak mempermasalahkan umur, yang penting keharmonisan dalam pertemanan. Itu yang terpenting menurut kamusnya!

"Yeobeoseyo?" Diseberang sana, Yeonjun mengangkat panggilan tanpa melihat nama si pemanggil.

"Yeonjun-ah~" mendengar suara menggelikan itu, Yeonjun buru-buru melihat siapa si pemanggil.

Barulah ia sadar, jika yang menelepon adalah Minwook.

"Berhenti melakukan itu. Kau membuatku merinding!"

Minwook tertawa–yang menurut Yeonjun itu sangat menyebalkan. Temannya itu memang selalu bisa membuatnya kesal bahkan dengan suara menjengkelkannya itu. Tapi Minwook lah yang paling mengerti dirinya setelah Ibunya.

"Hahaha, aku sedang membayangkan ekspresi wajahmu sekarang. Pasti itu akan menjadi stok meme baruku," ucap Minwook.

Yeonjun mengerutkan keningnya sebal. "Yak! Berhenti berbicara begitu atau aku akan menutup teleponnya."

"Eh eh jangan dulu!"

"Makanya cepatlah! Aku tidak punya banyak waktu." Katanya bergurau.

"Gayamu."

"Aku ini memang orang sibuk tau!" Yeonjun berdecak sebal diseberang sana. "Cepat katakan, ada apa?"

Minwook mengembangkan senyumnya. "Temani aku ke festival akhir tahun di sekolah. Aku sangat ingin melihatnya. Temani aku, ya?"

Lama tak ada jawaban. Hingga akhirnya Yeonjun menghela nafas panjang di seberang sana.

Minwook langsung melunturkan senyumnya saat tau apa yang akan dikatakan Yeonjun selanjutnya.

"Maaf Minwook. Tapi aku harus membantu membuat video presentasi untuk adik sepupuku. Aku benar-benar tidak bisa pergi. Maaf..."

Minwook menghembuskan nafas kecewa. Ini sudah keempat kalinya dia ditolak. Tidakkah teman-temannya berpikir, jika dia bisa saja kesasar jika pergi sendirian?

"Ah begitu ya. Ya sudah tidak apa, aku pergi sendiri saja kalau begitu."

Yeonjun jadi merasa bersalah sudah menolak. Tapi disamping itu, adik sepupunya benar-benar membutuhkannya. Ah, Yeonjun jadi serba salah di situasi ini.

"Maaf. Lain kali, kita bisa pergi bersama."

Minwook memaksakan senyumnya, berusaha terdengar baik-baik saja demi teman-temannya agar tidak khawatir.

"Ya, tidak apa. Aku juga akan pulang saja kalau begitu."

Lalu sambungan diputus sepihak. Minwook memasukkan ponselnya pada saku celana. Menarik nafas panjang dan menghembuskannya dalam-dalam.

Dia harus memaklumi kesibukan teman-temannya meskipun dia sangat ingin pergi bersama mereka.

"Seharusnya aku mendengarkan kata Gyumin tadi."

Badannya berbalik, menurunkan kaki pada jalan setelah memastikan lampu untuk pejalan kaki menyeberang menyala, dan berjalan dua langkah.

Kejadiannya terjadi sangat cepat. Tubuhnya terasa melayang di udara sebelum akhirnya mendarat disisi trotoar dengan kepala menghantam keras pembatas jalan, disusul teriakan histeris memasuki indra pendengarnya dengan pandangan yang memburam.

Minwook dapat melihat orang-orang mengerumuninya dengan ekspresi panik dan terkejut luar biasa. Beberapa diantara mereka berusaha menelepon pusat bantuan untuk melaporkan ada kecelakaan disana.

Senyum miris tercipta, matanya tidak lepas dari mobil yang sangat dikenalnya melaju kencang menjauhi orang-orang yang mengumpatinya dan berusaha mengejar.

Detik-detik terakhir sebelum pandangannya menggelap, Minwook menangkap sosok pemuda berdiri dibawah pohon rindang dengan tatapan sendu.

Lalu setelahnya, ia tidak dapat melihat dan mendengar apapun lagi. Kesadarannya menghilang, bersamaan dengan bunyi sirine mobil polisi dan ambulance yang baru datang.

"Maaf, aku akan membereskan semuanya dengan cepat setelah rencanaku selesai."

—to be continue—
















































































































































Bentar lagi end :)

shiorenekim
—27 Mei 2022

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 27, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Soul Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang