2 || Pdkt : Pulang Bareng

66 5 6
                                    

☕+🍵
_
_
_
_
_
-

Kondisi sekolah sudah lumayan sepi. Hampir semua siswa telah pulang. Hanya ada beberapa siswa-siswi yang sedang mengikuti kegiatan ekstrakulikuler. Juga, satu ruangan yang sengaja ditutup karena sedang ada rapat pengurus OSIS di dalamnya.

Setelah rapat resmi diakhiri, gadis yang diketahui adalah Sandra segera mengemasi barang-barangnya. Ia keluar dari ruangan sambil menenteng tas punggung yang ia sampirkan di pundak kanannya.

"Sandra!" Seorang pemuda bertubuh tinggi, yang baru saja selesai melakukan satu shooting, memanggilnya. Ia mengoper bola basket ke tangan temannya. Lalu berlari kecil menghampiri Sandra. "Udah selesai rapatnya?"

"Hm, udah." Ia mengalihkan tatapannya sejenak ke arah lapangan, tempat lawan bicaranya itu melakukan latihan.

"Berarti sekarang mau pulang?"

Gadis itu membenarkan sampiran tas yang sedikit merosot dari pundaknya. "Iya." Tak ingin berlama-lama, Sandra menepuk pundak pemuda itu, Razel namanya. "Gue cabut duluan."

Belum lima langkah, Razel kembali memanggil Sandra. Tubuh gadis itu pun berbalik.

"Pulang bareng gue ya?" tanya Razel, berharap tidak berujung penolakan lagi.

Sandra menimang-nimang jawaban. Pemuda itu mulai merasa cemas ketika lawan bicaranya tak kunjung menjawab. Gadis itu menengok jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Detik berikutnya, sebuah senyum terbit di bibir Razel saat Sandra mengiyakan ajakannya.

Razel langsung kembali ke lapangan mengambil barang-barangnya seperti tas dan kunci motor. Tidak lupa, ia pamit terlebih dahulu pada teman-temannya.

"Bray, Pen, Dra, semuanya, gue balik dulu!" serunya riang. Razel tak dapat menahan rasa senangnya, bahkan di hadapan teman-temannya sekali pun. Penyebabnya adalah Sandra. Karena Sandra.

"Raz, latihan lo gimana?" tanya Pen, menunda kepergian Razel.

"Udah, tenang aja. Ketua sama dua anak buahnya aja nggak datang. Kalian kalau mau pulang, pulang aja."

"Kalau Pak Nanang ke sini gimana? Kita harus jawab apa?" tanya Drako.

"Lo lupa di grup Pak Nanang bilang apa?" Brayan menyahut.

"Bilang apaan emang?"

"Istrinya lagi lahiran. Jadi, kita disuruh latihan sendiri dulu."

"Emang iya? kok gue bisa lupa?"

Pen menghela napas sambil, mengambil bola. "Elo kapan sih mau inget? Semua-muanya aja lo lupa."

Drako, ia memang pelupa. Teman-temannya itu sudah hafal betul akan fakta itu.

Razel terkekeh. "Ya udah, gue cabut duluan!" pamitnya. "Udah ditungguin," imbuhnya setengah berbisik.

"Elah, giliran Sandra aja lo gercep!" Dengan senyum yang belum memudar, Razel berlalu.

"Baek-baek sama gebetan!"

"Ditunggu kabar bahagianya!"

Razel melambaikan tangan ke belakang sambil berlari kecil menyusul keberadaan Sandra. Melihat tingkah pemuda itu yang seperti bocah, membuat Sandra geleng-geleng kepala. Tapi, Razel tak peduli. Ia terlampau senang bisa pulang bersama dengan Sandra kali ini. Ia membimbing pundak Sandra agar berbalik dan mendorongnya pelan. Akhirnya, mereka berjalan dengan posisi seperti anak kecil yang sedang bermain dorong-dorongan sambil menyanyikan lagu naik kereta api.

Razel mengambil pelindung kepala sambil bersenandung kecil. Senyumnya belum pudar. Sandra yang melihatnya hanya bisa tersenyum tipis. Tipis sekali. Bahkan Razel pun tak menyadarinya.

It's OKAY to feel not OKAY.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang