Sang barista melipat kedua tangannya di depan dada. Angin kecil tercipta dari tubuhnya yang gagah.
"Bola itu hanya bisa dibuka oleh orang yang tepat. Meskipun kata sandinya sudah benar. Dan kamu bukanlah orang yang tepat."
Aku terdiam. Sang barista dengan sangat cepat mengambil Tricky ball menggunakan kekuatan elektromagnetik. Aku tersentak kaget.
"Hei! Kembalikan! Itu milikku!" aku berseru panik. Bagaimana jika Tricky ball itu tidak akan kembali dalam genggamanku. D-Te akan langsung memusuhiku dan tidak akan dianggap temannya lagi.
"Tidak usah berbohong, anak lemah. Bola ini milik negara. Aku harus mengambilnya sebelum disalahgunakan." Ujarnya.
Kali ini aku berpikir bahwa Sang Barista adalah orang baik. Aku juga tidak ingin menaruh emosi berlebihan pada manusia ini dan berdamai dengannya.
"Lalu bagaimana kau bisa mengambil itu tanpa kuketahui bahwa kamu adalah orang legal?"
Sang barista meneliti setiap senti dari wajahku. Tangan kekarnya memain-mainkan Tricky ball. Dia terlihat seperti ninja namun lebih tertutup, hanya terlihat mata dan tangan.
"Bukankah kamu sudah tahu dari temanmu itu jika aku adalah pemain FTG?" ledeknya dengan nada dingin. Aku mengangguk kecil. Lalu aku kembali sadar bahwa aku harus merebut bola itu kembali dari genggamannya.
Tanpa basa-basi aku berlari cepat mengunci tangan kanannya yang memegang bola, "AAAAA...!!!" Namun sebelum aku meraihnya, angin besar dari tubuh Sang Barista menghempaskanku sepuluh meter darinya.
Aku cepat-cepat bangkit kembali, lalu kembali menerjangnya dengan tangan kosong. "BERIKAN BOLA ITU! ATAU KAMU AKAN TERJEBAK DI SINI SELAMANYA!"
Oke tetapi ini semua terlihat konyol. Aku sudah meniru perkataannya barusan dan aku seharusnya malu.
Aku mendorong Sang barista dengan kekuatan penuh. Sang barista tidak bereaksi apa-apa. Tangannya masih memainkan Tricky ball sambil mengucapkan sesuatu.
Aku hendak meraih Tricky ball. Namun sedetik kemudian, cahaya terang dari bola itu menyinari seluruh ruangan gelap ini. Aku menutup mata dan merutuki Sang barista. "JANGAN BAWA LARI BOLA ITU, KONYOL!"
Sang barista terbalut oleh sinar putih. Kostum bertarung perak yang menyatu dengan kulitnya berubah menjadi kostum serba putih. Penutup kepalanya tergantikan dengan rambut abu yang menjuntai ke pundak.
Sesaat kemudian kurasakan diriku tak sadarkan diri.