MANUSIA BIASA

9 1 0
                                    

Holden masih sedikit tertawa dengan percakapannya bersama Dareen pagi tadi.

"Kira-kira, apa yang akan Dareen lakukan setelah tau dirinya ada di dalam tubuhku, ya?" Holden bermonolog. Ia memandangi langit-langit dengan mimik wajah yang susah untuk diartikan. Sambil merebahkan diri di atas kasur, Holden mengeluarkan sebuah kalung permata berwarna biru dari saku celananya. Ia memandanginya agak lama sambil senyum-senyum sendiri.

"Untunglah aku membawa kalung ini. Meski sekarang aku adalah seorang manusia, dengan kalung ini aku bisa menggunakan sihir," ucap Holden kemudian tertawa lepas. Ia bangkit dari tidur dan berjalan menuju cermin sambil memakai kalung itu di leher.

Di cermin itu, terpantul bayangan tubuh Dareen yang agak kusut. Sebuah pemandangan wajar bagi seorang pekerja kantoran yang sering lembur. "Dareen benar-benar tidak mengurus diri," ucap Holden. Ia memegangi bulu halus yang ada di sekitar dagu. Tak hanya itu ia meraba seluruh wajah Dareen yang terkesan menyedihkan karena kantung mata yang cukup tebal.

Kini Holden beralih pada rambut pendek Dareen. Ia mengacak-acak rambut yang seharusnya tak jadi miliknya itu. Namun karena saat ini jiwanya ada di tubuh Dareen, Holden berpikir akan melakukan apapun sesukanya pada tubuh barunya ini.

"Potongan rambutnya biasa banget, nggak keren kalau begini. Dareen benar-benar tidak mengerti gaya rambut yang bagus," lagi-lagi Holden bermonolog. Dari tadi ia terus mengomel dan mengomentari penampilan fisik Dareen. Hanya karena tidak suka, ia dengan sengaja menggunakan sihir dan memanjangkan rambut itu sebahu. Ia hanya sekedar mengusapkan tangan kanannya dan rambut itu mengikuti sesuai kemauannya.

"Hih, kayak cewek aja!" ucapnya jijik sendiri melihat perubahan rambut itu. Ia kemudian mengubah lagi rambut itu menjadi pendek, namun disertai sedikit poni di keningnya. Ia memiringkan kepala setelah mengubah gaya rambut itu. Ia makin terlihat aneh dengan rambut seperti mangkuk.

Masih berkutat dengan rambut, kini Holden puas dengan hasilnya. Ia sudah memutuskan akan memakai gaya rambut dengan poni menutupi sebagian keningnya. Ia membelah poni itu dengan belahan kanan di tarik ke belakang. Ia puas dengan gaya rambut belah pinggir yang agak tidak rapih itu. Menurutnya, itu keren.

"Wah wah. Tampan juga wajah Dareen dengan gaya rambut ini," Holden menatap bangga ke arah cermin. Setelah puas, ia mulai melangkah menuju lemari. Ia membuka lemari itu dan melihat-lihat isinya.

Baju kantor dan beberapa kaos, hanya itulah yang Holden jumpai di lemari Dareen. Ia mulai mengacak-acak lemari itu karena tidak menemukan baju yang ia inginkan. Ia melempar semua baju yang ada didalamnya. Baju-baju Dareen beterbangan dan mendarat di mana-mana. Alhasil, kamar Dareen sekarang jadi sangat berantakan dengan baju berceceran.

"Kenapa hanya ada baju-baju buluk di lemari ini? Apa Dareen tidak pernah mencoba untuk membeli baju model terkini? Untuk ukuran manusia Dareen sangat katrok sekali," komentarnya setelah tak ada satupun baju tersisa di lemari. Ia benar-benar mengeluarkan semuanya.

Usai membuat kamar menjadi layaknya kapal pecah, Holden beralih membuka-buka laci. Ia berniat mencari uang.

"Baiklah, aku akan belanja saja," ucapnya ketika menemukan dompet Dareen. Ia mengintip isi dompet itu. Beberapa lembar uang kertas dan kartu identitas, hanya itulah yang mengisi dompet kulit milik Dareen. Terlihat sekali dari dompetnya bila pemiliknya pasti jomblo.

"Apa uang segini cukup untuk beli baju? Ah, aku juga lapar loh," Holden menggerutu, memanyunkan sedikit bibirnya. Ia tidak terlalu mengerti tentang dunia manusia dan itu membuatnya agak jengkel. 

Dengan rasa bodoh amat, Holden langsung pergi ke luar. Tak lupa ia membawa dompet Dareen. Saat tiba di depan pintu, ia melihat seorang wanita yang juga baru keluar. Wanita itu adalah tetangga Dareen. Karena tidak tahu harus berjalan ke arah mana, Holden malah mengikuti wanita itu meski tidak mengenalnya. 

(Bukan) Pangeran IblisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang