Kaiyo is Sick (ii)

4 1 0
                                    

Rumah Tante Khiar,
16.00

"Dadah, Iyo... baik-baik ya disini." tangan halusnya membelai lembut bulu tebal seputih salju milik Iyo. Perlahan ia tegakkan tubuhnya dan membiarkan perawat membawa anabul satu-satunya itu ke area rawat inap binatang. Ternyata, setelah melewati berbagai pengecekan, Kairo harus dirawat inap. Sang pemilik tadinya menolak, karena ga tega lihat Iyo jauh dari rumah. Tapi, berkat bujukan dan tawaran jalan-jalan beli minuman sehabis ini dari Manuel, ia pun akhirnya merelakan Iyo menginap selama 3 hari di tempat Tante Khiar.

"Makasih banyak ya, Tante. Maaf datengnya tiba-tiba banget, aku juga kaget liat Iyo kayak gitu," matanya masih setia memandangi peliharaannya yang sedang dimasukkan dalam kandang. "Iya, nak...? Siapa ya tadi, Tante lupa namanya.." ujar Khiar sembari menggaruk kepala.

"Norabel, tan." jawabnya tersenyum memampangkan deretan gigi putih.

"Oh, iya-iya. Norabel. Sama-sama, nak. Kasus Iyo ini udah biasa, kok. Tenang aja, gak akan kenapa-napa." Tante Khiar melihat wajah perempuan yang sedari tadi menunjukkan raut gusar. Norabel memaksakan untuk senyum dan mengangguk pelan. "Iya, Tante."

"Yaudah, kalau gitu. Tante ke belakang dulu, ya biar Iyo cepet diurus. Kalian mau disini sampe sore juga enggak apa-apa."

"Eh, engga tan. Kita udah mau balik kok, ini." Manuel beranjak dari kursi tunggu, menghampiri Norabel dan Tante Khiar yang sedari tadi bercengkrama membicarakan Kairo dan penyakitnya.

Si Bau Aspal yang tidak sabaran itu sudah melesat pergi nongkrong bersama teman-temannya. "Lama banget elah si Nora. Gue cabut duluan, lah. Ikut ga, Nu? Ke coffeetalk sama anak-anak." Ajak Keenan sejam lalu ketika mereka masih menunggu Norabel bercakap-cakap dengan Tante Khiar. "Ngga. Jalan aja." Manuel menggeleng menolak.

"Oke, bilangin Nora sama tante lu gue cabut ya." Manuel mengangguk dan kedua anak adam itu pun melakukan fist bump ala anak muda sebagai tanda perpisahan. Setelah kurang lebih 30 menit Manuel duduk sendirian di kursi tunggu tanpa bantalan itu, akhirnya ia bisa beranjak dan meregangkan pantatnya yang jujur, kebas– karena menunggu hampir 2 jam.

"Jalan dulu ya, tan. Makasih banyak bantuannya," sahut Norabel sambil melambaikan tangan ke arah Tante Khiar dari luar pagar rumah sederhana itu. Keduanya pun berjalan masuk ke mobil dan mendudukkan diri tanpa bicara. Manuel menyalakan mesin dan sambil menunggu panas, ia berniat untuk mengecas handphone-nya yang sudah hampir sekarat karena dipakai nonton bola sembari menunggu tadi. Ia rogoh kedua saku celana jeans-nya namun tidak kunjung menemukan kabel untuk mengisi daya. Ia buka kotak penyimpanan di belakang hand-rem, tapi benda tersebut tetap tidak ada.

"Cari apa, kak?" Tanya Norabel penasaran akibat pergerakan Manuel yang terlihat mencari sesuatu dengan cukup terburu-buru. "Kabel. Coba, Bel, buka dashboard. Ada ga di situ." Namun benda yang terlihat hanyalah buku-buku manual mobil dan beberapa masker serta tissue basah.

"Ga ada." Manuel menghela nafas pasrah dan menghentikan pergerakan mencari kabel-nya itu. Kalau tidak ada di dashboard, berarti memang ia lupa membawanya hari itu. Yasudah, mau gimana lagi. Ia harus bertahan dengan baterai 13% sepanjang hari ini.

"Emang batre handphone lu habis kak?"

"Belom abis banget, sih. Masih ada 13 persen. Gapapa." Manuel pun menjalankan mobil keluar komplek perumahan dan menyalakan radio supaya suasana tidak terlalu sepi. Biasanya ia akan menyambungkan lagu lewat bluetooth. Tapi, karena ponselnya itu sudah di ambang kematian, ia harus rela mendengarkan lagu acak dan suara para penyiar sore yang acap kali terlalu menggebu-gebu.

Jalanan Jakarta Selatan hari itu cukup lengang. Mobil hitam miliknya melaju dengan kecepatan sedang menelusuri rongga aspal Jakarta dengan suguhan langit semburat jingga yang menjadi saksi bisu atas keberagaman kegiatan insan di bawahnya. Bangunan menjulang, gerobak kaki lima, anak-anak penjual tisu dan pemuda perokok menjadi pemandangan Norabel yang sedang menopang dagu, memperhatikan jalanan di hari Rabu sore itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 18, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SEMPRE AMORE [mark lee x oc]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang