Sabtu,
Angelo's Residence, Kemang
10.30 p.mAlunan senar gitar terdengar begitu merdu, memanjakan setiap telinga yang bisa mendengar. Jari-jari kokoh milik Manuel terlihat bergerak lincah di fret gitar elektriknya. Suasana dalam kamar lelaki berumur 20 tahun itu juga mendukung sesi jamming nya malam minggu ini.
Ia tidak suka cahaya yang menyilaukan mata, makanya dia hanya menyalakan lampu belajar sebagai penerangan. Manuel orang yang sangat menjaga kebersihan. Dilihat dari meja tidurnya yang hanya terdapat 2 buku, 1 lilin sandalwood, dan wireless charger. Tidak ada baju berserakan di lantai, botol mineral kosong, atau remahan chiki.
Pokoknya, tiap orang yang memasuki kamar Manuel pasti betah. Ditambah dengan adanya kasur empuk dan 4 bantal yang secara rutin diganti sarungnya oleh Mba Ida.
Lantunan lagu Playing On My Mind dari The 1975 yang sedari tadi dimainkan tiba-tiba terhenti. Gitar ditaruh kembali ke tempatnya setelah mencabut ampli dan mematikan sambungan ke speaker. Anak adam itu melangkahkan kakinya menuju kasur dan merebahkan kepalanya di headboard.
Ia mengambil handphone nya yang sejak 45 menit lalu mengisi daya dari atas nakas dan ibu jarinya bergerak naik turun diatas layar, membuka berbagai macam aplikasi untuk menghilangkan kegelisahannya.
Iya, Manuel masih gelisah karena kejadian kemarin. Dia masih merasa bersalah karena belum ganti uang Rabel. Memang anaknya nggak enakan. Padahal, Rabel udah bilang gak apa-apa. Tapi, tetap saja hatinya tidak tenang mengingat insiden Perpusnas dimana dia kesandung kursi yang berakhir Rabel harus bayar 250 ribu.
"Chat lagi kali ya." Setelah berkutat selama kurang lebih 15 menit, Manuel akhirnya memutuskan untuk mengirimkan pesan lagi kepada Rabel. Mungkin dia akan di cap bawel dan modus, tapi apa boleh buat. Manuel ini emang paling nggak suka berhutang sama orang lain. Sebenarnya ini hitungannya bukan hutang, sih. Tapi tetap saja itu kesalahannya, seharusnya dia yang bayar. Jadi, daripada gelisah melulu, mending cepat selesaiin urusan ganti-mengganti uang itu.
"Yaelah, dibaca doang. Ni anak kekeuh banget lagi ga mau diganti." Manuel berdecak sebal sebab adik tingkatnya itu tetap bersikeras menolak tawarannya untuk ganti rugi. Ia pun menaruh kembali ponselnya di nakas dan menghela nafas pelan. Tiba-tiba matanya membulat. Lelaki itu tertawa kecil karena menyadari satu hal. "Padahal tinggal minta Papa," katanya seraya menurunkan dirinya dari kasur.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEMPRE AMORE [mark lee x oc]
Fanfic"Love is like a book with many possible endings. Banyak kemungkinan yang akan terjadi. Entah itu di tengah, di awal, atau bahkan saat lu siap untuk seal the deal. Tapi, lebih baik lu coba sekarang daripada nunggu lebih lama lagi. Besides, I can see...