Perpusnas,
13.00All my senses come to life
While I'm stumbling home as drunk as I
Have ever been and I'll never leave again
'Cause you are the on-Senandung lagu 'One' dari Ed Sheeran itu terputus secara paksa. Perempuan yang sedari tadi bergeming membuka lembar demi lembar buku di pojok meja panjang melonjak kaget tatkala airpods-nya dicabut oleh seseorang. Tangannya sudah membentuk kepalan siap meninju dan mulutnya sudah terbuka tanda serapahan telah berada di ujung pita suara.
Jika saja ia tidak mengingat bahwasanya ia sedang berada di ruangan penuh bacaan yang terkenal akan kesunyian, sudah pasti tinju dan serapah tadi akan dieksekusi. Pelan-pelan ia menurunkan tangan dan alisnya yang tadi menukik marah ketika obsidian coklat miliknya menangkap dua sosok familiar. Yang satu menutup mulut dengan telapaknya menahan tawa. Yang satunya melipat tangan di depan dada dengan senyum tipis namun menawan.
"Jangan berisik ini perpustakaan, Ra." kata salah satu dari kedua anak adam tadi. Tangannya menarik kursi di sebelah sang puan dan mendudukkan dirinya disitu. Senyum jahil masih terukir jelas di wajah tegasnya. "Sialan," sahutnya. Si Bau Aspal hanya mendengus ringan dan menggeser kursinya mendekat. "Baca apa sih? Serius amat," tanyanya. Pertanyaan retoris itu tidak dijawab. Lagian dia bisa lihat sendiri judul buku yang sedang dipegang itu, buat apa repot-repot menjawab si ngeselin. "Galak banget sih, lu." Keenan merengek singkat yang kemudian ditanggapi oleh tinjuan cukup keras di lengannya. "Sakit, Ra!"
"Salah lu sendiri, gangguin gue baca." jawab Norabel sambil mencebik. Yang di tinju tadi hanya bisa mengelus lengan kirinya dan melenguh. "KDRT lu.." Matanya beralih ke temannya yang sedari tadi tidak beralih dari posisinya. Masih saja berdiri menyenderkan bahunya ke meja belakang dan melipat tangannya di depan dada. Bedanya, senyum tipis yang tadi mengembang, tidak ada lagi. Diganti dengan tatapan kosong tanpa ekspresi yang akan membuat orang mengira dia sedang emosi.
"Duduk atuh ganteng, berdiri aje kayak satpam lu begitu," katanya sambil menarik kursi kosong di sebelah kanannya untuk Manuel duduki.
"Loh, iya.. Mana kak El?" Kepala perempuan itu berputar 180 derajat tatkala Keenan berbicara dengan orang lain. Tak lain tak bukan adalah Manuel, karena mereka selalu kelihatan bareng kayak pinang dibelah dua. "Hi, Bel." sapanya. Ia pun beranjak dari posisinya dan menarik kursi di sebelah kiri Norabel. Kini, perempuan itu diapit oleh dua anak adam dengan personaliti yang bertolak belakang, tapi sama-sama menghangatkan dengan caranya sendiri.
"A little life?"
"Yep, review di GoodReads bagus."
"Review lu?"
"Can't tell. Baru 20 halaman. But so far it's pretty insightful." Manuel mengangguk mengiyakan.
"Kata gue sih bagus. A mind opener," katanya lagi.
"Oh ya? Good then, gue ga meragukan review lu." jawab Rabel seraya menutup buku pinjamannya itu, tak lupa menaruh pembatas bergambar Princess Belle favoritnya yang didapatkan sebagai souvenir dari majalah Disney 15 tahun lalu.
"Actually, gue juga belum selesai bacanya, sih," ucapnya jujur.
"Oh.. udah berapa banyak?"
"Half ? Udah setengah tapi belum lanjut lagi."
"Kenapa nggak dilanjutin kak? Katanya bagus." Manuel mengangkat bahunya sebagai jawaban.
"Baca lagi, dooong." Senyuman kecil pun terukir di bibir tipis sang adam.
"Yaudah, iya. Bareng?"
"Ayo! Eh, tapi kak.. Tunggu sampe gue di halaman lu dong, jangan curi start."
KAMU SEDANG MEMBACA
SEMPRE AMORE [mark lee x oc]
Fanfic"Love is like a book with many possible endings. Banyak kemungkinan yang akan terjadi. Entah itu di tengah, di awal, atau bahkan saat lu siap untuk seal the deal. Tapi, lebih baik lu coba sekarang daripada nunggu lebih lama lagi. Besides, I can see...