• Terdapat Rahasia

142 35 4
                                    

Ricky mendongkak saat seseorang menyodorkan botol minum ke arahnya. Ia mengernyit bingung mendapati Shandy yang datang ke lapangan basket asrama mereka. Maksudnya karena Shandy orangnya malas gerak dia sedikit terkejut saat tahu anak itu mau panas-panasan sekarang.

"Pegel gue nih, gak mau minum lu yah?" Ricky tersadar cepat-cepat mengambil botol air minum itu.

Shandy mengambil alih bola basket tersebut dan memantulkannya dengan santai. Sedangkan Ricky fokus dengan minumannya.

"Gak papa bang?" tanyanya membuat pantulan bola basket terhenti.

"Apanya yang gak papa, ngelantur yah," Shandy berbalik menatap heran Ricky yang menatapnya serius.

"Kemarin lu di tampar kan? Gak papa?" tanya Ricky sembari bangkit dari duduknya.

Terdengar decihan dari Shandy membuat Ricky menghela nafasnya. Sudah kebal dengan judesnya Shandy.

"Basa basi mulu lu, ya jelas sakit," kesal Shandy sembari melempar bola basket ke arah Ricky yang dengan sigap menangkapnya.

"Soalnya kalau gak gitu kita bakal krik krik, oh iya Fiki mana tumben gak sama dia?" heran Ricky yang kembali melemparkan bolanya ke ring basket.

"Anak itu yah?"

___

"Woy ini bubur gue main nyerobot aja lu," ngegas Fiki mengambil alih mangkok bubur yang baru saja dipegang Zweitson.

"Lu rese kalau lagi laper, padahal kan bisa mesan lagi lu," jawab Zweitson ikut kesal.

"Nah lu tahu kan kalau gue rese kalau laper, makanya jangan ambil punya gue. Pesan lagi lu sana!"

"Pesanin nanti gue trak-"

"Ambil punya gue saja, yang penting lu traktir yah," ujar Fiki membuat Zweitson menatapnya malas.

"Yakali gue makan bekas mulut lu Fik, emang yah teman-teman gue gak punya adab. Nasib-nasib," cape Zweitson membuat Fiki terkekeh.

"Bercanda Son, sini gue pesanin. Bang pesan bubur spesial yah buat bang Soni," pesan Fiki mendapat tatapan julid dari Zweitson.

"Dih sejak kapan lu manggil gue abang?"

"Hehe sekali-kali, kenapa gak suka?" tanya Fiki balik.

"Yaelah terserah lu dah."

"Woy semuanya, lagi ngapain?" sapa Fajri yang tiba-tiba datang.

"Lagi beol, buta mata lu," jawab Zweitson membuat Fajri dan Fiki saling pandang.

"Wuss kenapa lu bro? Tumben ngegas," heran Fajri.

"Tahu tuh tumbenan banget ngegas, kaya perempuan akh ampun," ringis Fiki yang tiba-tiba mendapat jeweran di telinganya.

"Ngomong-ngomong lu dicariin kakak kesayangan lu tuh," ucap Fajri membuat Fiki mengernyit.

"Hah? Gue gak punya kakak padahal," bingungnya.

"Maksud gue bang Shandy lebih tepatnya bang Ricky, gue gak sengaja dengan percakapan mereka tadi," jelasnya membuat Fiki mengangguk.

"Oh ternyata mereka yah? Kalau gitu gue duluan," pamitnya langsung pergi membuat Fajri dan Zweitson menatap heran kepergian Fiki.












"Mencurigakan gak sih?" tanya Fenly membuat Gilang menatap bingung Fenly yang memandang ke arah lapangan basket.

"Y-ya mana gue tahu. Kenapa pula masih dibahas," heran Gilang mendapat dengusan dari Fenly.

"Gue cuman penasaran ya tapi berbagi rahasia itu biar kita cepat akrab kak. Melihat kalian yang mencurigakan semua gimana mau cepat akrab coba," unek-unek Fenly membuat Gilang terkekeh ia mengusap kepala adik kelasnya itu.

"Fen ingat rahasia tetaplah rahasia. Terkadang kita gak perlu tahu rahasia seseorang untuk menjadi dekat dengan mereka. Jalani saja Fenly toh kita bakal akrab seiring berjalannya waktu."

"Woy gue bawa ayam nih mau gak?" tawar Farhan yang tiba-tiba datang membawa dua bungkus ayam.

"Ckckck traktir lagi?"

Bersambung

16 - 02 - 2022 to 22 Maret 2022

Adolescence [Un1ty]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang