• Ikatan semakin erat

91 9 4
                                    

"Kenapa kamu baru bilang Fik? Kamu tahukan ini bukan yang pertama kalinya. Terus Shandy di mana sekarang?"

"Melihat Shandy yang keras kepala pasti sekarang dia minta pulang Tante," ujar Fiki menatap serius Ibu Shandy yang terlihat khawatir.

"Buat khawatir saja, sumpah tante pengen banget jenguk dia tapi kerjaan tante banyak banget Fik. Tante, titip kakak Shandy yah Fik," ujar Ibu Shandy membuat Fiki berdecak.

Sudah susah-susah dia datang ke Kantor Ibunya Shandy berharap sang Ibu mau menjenguk anak sulungnya. Tapi wanita yang sudah Fiki anggap keluarganya ini lagi-lagi lebih memilih pekerjaan dibanding anaknya sendiri. Rasanya sia-sia dia gak jenguk Shandy sekarang.

"Ya sudah deh Tante. Fiki cuman mau ngomong itu aja, kalau gitu Fiki pamit Tante," lesunya yang diangguki wanita itu.

Fiki melangkah dengan gontai keluar dari ruangan Ibu Shandy. Ia bisa dengan mudah masuk karena sudah dianggap anak oleh mereka. Ya walaupun harus izin dulu.

Setelah sampai di luar ia terkejut mendapati Ricky yang berdiri di depannya.

"Ngapain lu?" tanya Fiki menatap Ricky yang kini bersedekap dada.

"Menurut lu? Shandy minta paksa pulang karena lu njir," jengkel Ricky membuat Fiki terkejut.

"Lah anjing kok lu biarin sih? Ya janganlah, dia belum pulih. Gue juga belum liat kondisinya," sebal Fiki berlari ke motornya yang diikuti Ricky.

"Farhan sama yang lain sudah usaha, tapi lu tahukan Kak Shandy keras kepala. Sekarang dia ada di asrama," ucap Ricky setelah itu Fiki langsung menancapkan motornya pergi meninggalkan Ricky yang menatap dalam kantor Ibu Shandy.

"Sia-sia yah Fik? Pantesan kak Shandy gak berharap apapun lagi dari mereka."

£££££

"Lu yakin baik-baik aja?" tanya Farhan melirik Shandy yang sudah tiduran di kasurnya.

"Hmm, gak usah khawatir kan syaratnya gue gak boleh keluar asrama, lu jangan gusar gitu dong. Gue bisa jaga diri sendiri," ketus Shandy membelakangi Farhan yang menatap punggung ringkihnya dalam.

"Jam makan siang nanti Dokter datang, jangan banyak tingkah. Gue gak suka sama orang yang keras kepala kaya lo," ketus Farhan balik namun Shandy bergeming membuat Farhan memutuskan meninggalkan pasien itu sendirian.

"Gue mau pulang anjing. Gue merasa baik dan gak sakit ngapain dirawat segala," emosinya membuat Fenly kalang kabut.

"Kak Shan jangan gitu. Nanti kalau kakak drop lagi gimana?" khawatir Fenly membuat Shandy berdecih.

"Lebay banget sih. Gue gak serapuh itu yah, ini sama aja ngehina gue lemah bangsat," ngegas Shandy melepas paksa selang infus di tangannya membuat darah merembes. Zweitson buru-buru mengambil kain kasa di laci dan mengikatkan pada tangan Shandy.

"Tenang kak. Oke kita pulang, jangan marah lagi yah," bujuk Zweitson yang menatap tatapan nyalang teman-temannya.

"Zwei?"

"Gak bisa Zweitson!"

"Terserah deh, gue cape Shan mau pulang. Kalian juga biarin aja nih orang gila," ujar Farhan membuat Shandy bergeming, ia membuang muka ke arah lain saat Farhan menatapnya lama.

"Dan satu lagi lu boleh pulang tapi gue bakal panggil Dokter setiap 5 jam sekali. Gak terima penolakan!" Farhan lalu pergi meninggalkan Fenly, Fajri dan Zweitson di sana.

Adolescence [Un1ty]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang