Biasa.
Firma Hukum Kangnam tampak beroperasi seperti biasa. Ada dua penjaga laki-laki di pintu utama. Ada dua resepsionis perempuan di meja depan. Beberapa orang berjas rapi berlalu-lalang. Tak ketinggalan, satu-dua cleaning services pun tampak membawa sapu pel dan ember. Semuanya beraktivitas seperti biasa, hingga kedatangan seorang Do Kyungsoo dapat menyita perhatian.
Tidak ada seorang pun yang menghalangi jalan Kyungsoo. Pengacara yang baru dipecat itu melangkah dengan bebas. Dia langsung menuju lift, mengincar sebuah ruangan dengan nama Park Minhyuk di papan depan pintu, ruangan yang Soora incar tujuh tahun lalu.
Kyungsoo membuka pintu kaca ruangan tersebut dengan kuat meski tidak menimbulkan bunyi gebrakan, membuat laki-laki yang menduduki kursi sana mendongak dengan raut heran. Kyungsoo segera mendekat, membiarkan pintu kaca menutup otomatis.
"Kyungsoo-ya, ada apa kau datang kemari?" tanya orang yang duduk itu, Park Minhyuk si kepala firma. "Apa kau sudah menemukan pelakunya?"
Kyungsoo berdiri di depan meja Minhyuk dengan tatapan kosong. Tidak ada ekspresi di wajah rupawan tersebut. Dengan perasaan yang tidak tertebak, dia mengangguk.
"Ya," jawab Kyungsoo.
Minhyuk tampak berbinar, lantas berdiri dengan ekspresi yang luar biasa bahagia. Dia berjalan memutar dan menyentuh kedua lengan Kyungsoo, membuat sang keponakan bertatapan dengannya.
"Siapa?" tanya Minhyuk dengan senyum lebar.
Kyungsoo tidak langsung menjawab. Laki-laki itu melihat mata Minhyuk dalam-dalam, berusaha menelisik sesuatu yang ada di balik sorot bahagia sang paman. Dia membuat suasana menjadi hening, membiarkan waktu berlalu, membiarkan sang paman menunggu.
"Kau," jawab Kyungsoo.
Hening.
"Mwo?"
"Berhenti membodohiku," kata Kyungsoo dengan penuh penekanan. "Kau memintaku memegang kasus Byun Baek-guk, tapi juga berusaha memasukkan Soora ke penjara. Sebenarnya apa yang kauinginkan?"
Minhyuk tampak heran. "Jadi kau bertemu Eun Soora?"
"Dan aku yakin, kau jugalah yang mengirim orang, untuk membunuh Soora malam itu," lanjut Kyungsoo.
Minhyuk menghela napas, lantas berjalan menjauh. "Hm, well, aku memang mengirim orang untuk menyakiti Eun Soora, setiap malam," ucap pria itu, membuat Kyungsoo membelalak. "Tapi aku tidak meminta orang itu membunuhnya."
"Apa?" Kyungsoo tidak mengerti.
Minhyuk menoleh ke arah Kyungsoo. "Kyungsoo-ya, apa kau lupa? Tujuh tahun yang lalu dia datang mengancamku dan membuat keuangan firma ini dan keuangan Kim Hyun menjadi berantakan. Dua tahun yang lalu dia juga merusuh di kampanye Kim Hyun, membuat Kim Hyun sekali lagi tidak terpilih menjadi presiden! Apa kau tahu berapa kerugian firma ini dan kerugian Kim Hyun? Sangat besar! Dan karena dia tidak punya uang, biar saja lebam dan rasa sakitnya yang membayar."
Kyungsoo menganga tak percaya. "Kau, aneh."
"Aneh?"
"Kenapa melakukan hal bodoh itu, yang sama sekali tidak menguntungkan? Apa lebam-lebam dan rasa sakit bisa diubah menjadi uang?"
Minhyuk diam sebentar. "Kau tidak mengenal Eun Soora. Dia tidak takut mati, tidak takut dibunuh. Baginya, membunuh adalah hal bodoh, tapi dibunuh adalah keberuntungan. Karena itu juga dia tidak membunuhku setelah tahu akulah pembunuh kedua orangtuanya. Dia bilang, tidak ada manusia yang mampu terbiasa dengan rasa sakit, malu, dan hina. Karena itu dia selalu mempermalukan dan menjatuhkanku, juga Kim Hyun. Dan, itu juga yang sedang kulakukan padanya."
KAMU SEDANG MEMBACA
I Don't Need a Lawyer
FanfictionEun Soora adalah orang yang mungkin mencetak rekor terbanyak dalam hal dipecat. Dia pemarah, dan sok bisa melakukan segalanya seorang diri. Suatu hari, Soora terjebak dalam kasus kematian adik dari seorang model majalah. Namun, begitu pertolongan be...