Hening.
Ruang interogasi yang berdinding gelap dan berlampu tak begitu terang, saat ini hanya dihuni keterdiaman antara Soora dan Jongin. Dua orang tersebut saling pandang, belum sempat saling bicara apalagi mengomeli satu sama lain.
Dengan kedua tangan yang masih diborgol, Soora meraih dan membuka sebuah map yang baru Jongin sodorkan di meja. Perempuan itu mulai membaca kertas yang ada di dalam sana. Pelan tetapi pasti, dahi mulai berkerut. Alis sudah berdekatan.
"Itu rekaman pesanmu dengan orang bernama Chanyeol dan Yoo Jin. Di sana tertulis jelas, kalau kau ingin Byun Baek-ah membayar yang dia lakukan," seloroh Jongin dengan tenang.
Soora menghela napas tak menyangka.
"Dan di sana," lanjut Jongin sambil menunjuk salah satu sisi dinding yang menampilkan proyeksi sebuah rekaman CCTV. "Itu adalah rekaman CCTV yang menunjukkan kalau kau keluar dari Byun's Florist pada pukul lima lebih lima belas, dan sampai di gedung apartemen pukul sepuluh lebih dua. Yang mana, itu adalah tepat setengah jam Byun Baek-guk meninggal menurut dokter. Dan waktu setengah jam itu, adalah waktu tepat untuk perjalanan dari Byun's Florist ke gedung apartemenmu."
Soora memperhatikan tampilan video dan menyimak apa yang Jongin jelaskan dengan raut setengah melongo. Lalu, dia tertawa kecil beberapa saat. Perempuan itu pun memandang Jongin dengan sorot makin tak habis pikir.
"Hanya ini?"
"Ah, dan kau diduga kuat, karena kau baru saja dipecat," imbuh Jongin, masih dengan pembawaan super tenang.
"Motif maksudmu?"
"Ya."
"Lalu menurutmu aku membalas dendam dengan bunuh-bunuh seperti ini? Pikirmu aku sakit jiwa? Atau tak punya hati? Ini tidak masuk akal. Aku saja tidak tahu bagaimana ruang tamu rumah itu. Pesan-pesan ini memang benar, tapi aku tidak ingin membunuh siapa pun. Dan rekaman CCTV itu, sama sekali tidak mendukung. Kenapa kau tidak sekalian mengikutiku sampai ke tempat yang aku kunjungi? Ah, yang benar saja. Kalian sungguh mengganggu tidur siangku dengan dua bukti ini?!"
Tok tok tok!
"Ada yang ingin masuk," ucap seseorang di luar pintu.
"Biarkan dia masuk," kata Jongin.
Tidak lama kemudian, pintu terbuka, menampilkan sosok Do Kyungsoo yang tampak membawa tas jinjing, juga seorang petugas yang membukakan pintu. Kyungsoo memasuki tempat remang-remang itu, membuat Soora dan Jongin memandangi sedikit lama.
"Kau siapa?" tanya Jongin.
Kyungsoo mengambil sebuah kartu dari dalam tas jinjing. Dia menunjukkan dan meletakkan kartu tersebut di atas meja dengan begitu santai. "Aku Do Kyungsoo, pengacara dari Firma Hukum Kangnam. Aku perwakilan dari Nona Eun."
"Mwo?" desis Soora.
"Dia tidak boleh ditanya tanpa ada aku di dekatnya."
Soora menatap Kyungsoo dengan tatapan aneh dan tak menyangka. Perempuan itu berpikir sejenak; mengapa seorang pengacara seperti Kyungsoo masih saja mencari pekerjaan dan muncul secara tiba-tiba. Sedetik kemudian, dia pun menyadari sesuatu, lalu segera berdiri.
"Pengacara Do," desis Soora.
"Ya?"
"Mari bicara sebentar."
Semenit setelahnya, mereka sudah ada di sudut ruangan. Soora tampak memastikan kalau Jongin tidak bisa menguping, menenangkan diri, lalu menghela napas panjang sambil melirik Kyungsoo dengan tajam.
"Ada apa?" tanya Kyungsoo.
"Kenapa kau tiba-tiba datang?"
"Aku hanya ingin membantu."
KAMU SEDANG MEMBACA
I Don't Need a Lawyer
FanficEun Soora adalah orang yang mungkin mencetak rekor terbanyak dalam hal dipecat. Dia pemarah, dan sok bisa melakukan segalanya seorang diri. Suatu hari, Soora terjebak dalam kasus kematian adik dari seorang model majalah. Namun, begitu pertolongan be...