Bagian 1

122 57 42
                                    

Author Pov..

Seorang gadis berparas cantik, dan bertubuh mungil masih terlelap di atas tempat tidurnya dan bergelung dengan selimut,dia Bianca Deltara Adisson. cahaya matahari mulai menelusup masuk dari celah gorden dan menerpa wajah, ia sedikit menggeliat, tapi enggan untuk membuka mata.

Jam kini telah menunjukan 06:15, ia harus bersiap untuk pergi ke sekolah, dengan rasa malas yang menyelimuti ia menuju kamar mandi, tak lama lagi pasti asisten rumahnya akan segera naik menuju kamarnya,untuk menyuruhnya sarapan.

Seorang pria dengan stelan jas biru dongker tampak berwibawa, garis wajah yang tegas terkesan tampan, kini ia tegah duduk di meja makan dengan secangkir kopi, yang biasa menemani pagi nya.

Tak lupa ponsel genggam yang selalu ia mainkan layaknya orang sibuk. ralat ia memang sibuk, tentu ia seorang CEO, siapa yang tidak mengenal Raditya Adisson pemilik perusahan Travel terbesar se Asia. Yaitu Graha Adisson. yang sedang ramai di gandrungi para petinggi petinggi.

Bianca Deltara Adisson telah siap dengan seragam sekolah kebanggannya ,di balut jas almamater High school international Elite. ia menuruni tangga satu persatu dan menuju meja makan, orang pertama yang ia temui di pagi harinya yaitu sang ayah. Bia enggan menyapanya, ia langsung duduk dan menyantap sarapan pagi nya dengan khidmat,tanpa menoleh pada sang ayah.

sudah tidak aneh lagi untuk nya, dan sudah seperti rutinitas pagi bagi keluarganya, semenjak kepergian ibunda Yaitu Brianna Deltara.
Brianna menghembuskan nafas terakhirnya di usia ke 27th cukup terbilang muda dan meninggalkan putri cantiknya Bianca di usia ke 6 th. kini sudah 12 tahun silam kepergiannya, suasana rumah pun menjadi redup.

"Ayah besok pergi ke jepang selama satu minggu, kamu baik- baik disini." Raditya membuka obrolan, tapi tatapannya tetap fokus pada ponsel

"Aku bisa jaga diri, ga perlu khawatir" ujar Bia dengan cuek.

"Ayah sudah ingatkan ini berkali- kali, kurangi bermain alat musik, dan fokus lah belajar Bia."

Sejak kecil ia memang menyukai musik dan yang berbau seni. tak heran, ia mewarisi kemanpuan bermain alat musiknya itu dari sang bunda. seperti piano, biola, gitar, bahkan ia punya kemampuan bernyanyi yang bagus. baginya musik seperti perasaan nada, yang setiap pikiran dan aksaranya selalu bisa mewakili ketenangan dalam diri, bahkan seperti rasa yang terus bereaksi disetiap aliran.

Tidak ada ucapan sepatah kata pun dari Bianca, seakan ia sudah jengah dengan ucapan pria itu. dia langsung terbangun dari kursinya meninggal kan sang ayah tanpa pamit, dan bergegas menaiki mobil dengan supir pribadinya.

High School International Elite

maaf yaa anggap aja visualisasi sekolahannya kaya gini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

maaf yaa anggap aja visualisasi sekolahannya kaya gini..

Saat mobil Bianca masuk ke pekarangan sekolah, semua murid tampak heboh.

My Love DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang