Tiga orang insan berdiri di tengah guyuran hujan di malam hari, emosi janu seakan sudah meluap untuk menghakimi Bianca dengan sahabatnya, yang tengah berciuman di bawah derasnya hujan.
Janu melangkah perlahan kearah bianca dan sahabatnya,dengan sorot mata tajam dan tangan mengepal.
"Janu, ini ga seperti yang ka-" Bugh, Bugh... sebuah pukulan bertubi-tubi yang ia layangkan pada temannya penuh dengan amarah, sang lawan pun membalas pukulan itu tapi tidak sekuat pukulan janu.
bianca berusaha menghentikan janu yang sudah membabi buta memukuli sahabatnya, " Janu udah,stop!!" ia benar- benar ketakutan dan menangis
janu menghentikan pukulan itu, lantas ia mengalihkan pandangannya pada sang gadis yang tengah terduduk menangis merelai perkelahiannya.
"Stop, kamu bilang? aku liat sendiri dia lancang mencium kamu di depan mata aku bianca" ucap janu dengan menggebu menatap netra hazel milik Bianca penuh amarah "I can't just stand still, you're mine!!" Bentaknya.
"he's your best friend Janu, let's talk about this together." ucapnya sambil terisak "ayo,dan aku bisa jelasin kenapa aku bisa sama dia"
"ga ada yang perlu di bicarain bi , lo udah liat kan dan denger semua nya, tekad gue buat bahagia'in bia lebih kuat dari lo." ucap pria itu pada janu dengan berani.
Rahangnya mengeras dan siap melayangkan pukulan kembali, namun berhasil di tahan oleh bianca.
"Kenapa kamu tahan aku?"tanyanya pada gadis itu yang sedang menunduk menangis " kamu setuju sama ucapan dia, hah? Jawab bianca?!"bentaknya.
"Cukup!! kenapa jadi seolah kamu merasa paling tersakiti disini!"
"Kemana aja kamu jan? disaat aku butuh sandaran dan tempat untuk berbagi keluh kesah aja bahkan kamu ga ada untuk aku, padahal kamu sosok pertama yang aku harapkan datang menjadi sandaran pada saat itu."
"Maafin aku bi."
"Aku udah muak dengan semua alasan-alasan kamu itu, kalau kamu pilih wanita itu silahkan, biar aku yang mundur. itu kan kemauan kamu? bebas dari kekangan." tutur bianca dan memapah sahabatnya yang terduduk lemas dengan muka lebam yang cukup parah untuk berdiri.
"Sekarang kamu pulang. dan obatin luka kamu itu."ucap bianca dan pergi meninggalkannya.
"bi, sejauh apapun aku pergi, kamu akan selalu menjadi rumah tempatku pulang." teriaknya
bianca meninggalkan Janu yang masih mematung di tempat, di bawah derasnya hujan, dengan sudut bibir yang robek akibat pukulan dari sang lawan tadi, ia menatap kepergian gadis itu dengan nanar, benar-benar hancur, ia melihat gadis yang telah bersamanya dari kecil serapuh itu, dan dia membencinya.
Janu Alaric Barradhika
Bianca Deltara AdissonTokoh lain nyusul yaa, seiring berjalannya cerita...
kira- kira siapa ya temen yang di maksud di atas ?kenapa janu sampe marah besar gitu🤔🤔
KAMU SEDANG MEMBACA
My Love Destiny
أدب الهواةBianca Deltara Adisson sempurna menurut pandangan orang lain, tentu. apa yang ia tidak miliki?previlage, teman ,kepintaran , ketenaran semua ada pada dirinya, tapi satu yang masih sulit ia dapatkan. yaitu, cinta yang tulus. "Entah plot twist apa, a...