Terimakasih sudah mampir di cerita 'Secret Imam'
Tolong tandai typo
*
*Sahna dkk berangkat Pukul Delapan pagi, dan kini akhirnya mereka sampai di Pondok pesantren Al Kholiq setelah setengah jam perjalanan.
"Assalamualaikum warohmatullah hiwabarokatuh!" salam Sahna dkk kecuali Sena.
Sahna tersenyum kala melihat sang Umi yang menghampirinya dengan senyum lebar, "Waalaikumsalam warohmatullah hiwabarokatuh. Ayo masuk-masuk," ramah sang umi Lea mempersilakan mereka.
Sahna dkk mengangguk, kemudian satu persatu mereka menyalimi punggung tangan Umi Lea. "Gimana kabar, Umi?" tanya Ara lembut.
"Alhamdulillah sehat ... kalian juga gimana kabarnya?" tanya Umi Lea.
"Kami alhamdulillah sehat, Umi. Sepertinya, Abi sedang tidak ada di rumah?" ucap Ara seraya celingak-celinguk.
"Ho'oh! Abi kemana, Mi? Tumben pagi hari libur nggak keliatan?" celetuk Sahna di anggukin yang lain.
Umi Lea tersenyum, "Abi pergi ke kebun pesantren bersama beberapa Kang Santri dan Ustadz, untuk mengecek sayuran disana." jelas Umi Lea.
Tak lama kemudian salah satu pengurus ndalem datang membawa es teh untuk mereka.
"Terima kasih, Mbak!" ucap Sahna dkk.
"Sama-sama, Ning dan Mbak-Mbaknya." ucap Mbak Santri itu berlalu menuju dapur kembali diikuti juga Umi Lea.
Diba menatap sekiling ruang tamu tersebut yang terlihat minimalis, "Kok gue nggak lihat Gus Ibran?" celetuknya mrmbuat Senan menatapnya tajam.
"Iya juga ya?" sahut Sahna lalu meneguk abis es teh itu.
"Na? Gue pengen mangga di belakang Asrama Santri Putra dong ... " rengek Sena.
"Ide bagus!" antusias Sahna membuat ketiga sahabatnya menatap heran kearahnya.
"Kan Sena nggak usulin ide, Na?" bingung Diba di angguki Ara dan Sena.
"Kuy kita kesana!" seru Sahna lalu bangkit, baru saja ia ingin melangkah, namun tiba-tiba saja ...
"Ekhem!" dehem seorang pemuda yang tak lain adalah Ibran yang sedang menuruni tangga dari lantai dua menuju ruang tamu.
Sahna menyengir lalu menyalimi punggung tangan Ibran. Ibran tersenyum tipis lalu mengecup puncak kepala sang Adik.
Lihatlah ekspresi para sahabatnya? Ketiganya benar-benar terpesona dengan perilaku manis Ibran yang terlihat begitu menyayangi sang Adik.
"Abang tidak akan membiarkanmu memanjat pohon itu. Kalo Adek mau, noh di kulkas banyak." ucap Ibran.
"Tapi, Sahna maunya yang langsung di ambil dari pohonnya, Bang ..." rengeknya.
Ibran tersenyum tipis seraya mengusap puncak kepala Sahna, "Jangan ngebantah, Dek ..."
Sahna membuang napas lalu mengangguk. "Yaudah, Abang tinggal dulu. Assalamualaikum warohmatulah hiwabarokatuh." salamnya sebelum pamit undur diri.
"Waalaikumsalam ... " jawab Sahna, bahkan Sena pun reflek mengucapkan itu.
Diba menepuk pelan mulut Sena, "Lupa lu kristen?"
Sena menepuk jidat kala sadar yang di ucapnya barusan sedangkan Diba sudah tertawa ngakak, berbeda dengan Ara yang tersenyum melihat interaksi dua sahabatnya itu.
"Kalian mau mangga?" tawar Sahna.
"Mau!" seru Diba dan Sena.
***

KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Imam (Lengkap)
Teen FictionSEDANG DI REVISI Oma Iren menyembulkan kepala ke jendela lalu menatap sebal pengendara itu yang menghentikan motornya kala mendengar suara klakson. "WOY! MINGGIR SEMPRUL! MALAH NGALANGIN JALAN GUE LU! KAGAK TAU APE CUCU TERSEYENG GUE SEKARAT!" pekik...