Empat

29 4 0
                                    

★★★

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

★★★

Caka menyentuh luka di bibirnya, dan bilang itu bukan apa-apa, tapi ekspresinya seperti kesakitan.

"Ehem ehem." seseorang dari kawannya Caka seperti sedang meledek.

Caka hanya tersenyum sedikit, aku hampir tidak pernah melihat Caka tersenyum di dekatku. Aku merasa seperti bertemu Caka saat SD, saat aku mulai suka sama Caka. Eh apa sih, Nal.

"Okeh, jadi ini maksudnya apa?" tanyaku karena bingung.

"Nanti dijelasin, sekarang kamu ikut dulu aja." Kata Angga.

"Kemana?" Kataku.

"Ke... Kemana Ka?" Angga malah tanya balik ke Caka.

"Ke rumah hantu!" ujar Caka.

"Serem banget."

"Udah udah, ayo!" Ajak Caka.

"Eh bentar, tadi desi kan jatoh! Sekarang dimana? Keadaannya gimana? Gapapa kan Desi? Dia sama siapa sekarang?" Aku tiba-tiba keinget Desi.

"Iya makanya, hayu." ucap Caka.

"Ya ayo!" Ngegas dong! Biar seru.

"Wah, Ka. Nala mau dibonceng Lu tuh." ujar Angga.

Caka langsung naik motorku, dan bilang,

"Nantangin nih! Ang nih bawa motor gua" Caka melemparkan kunci motornya pada Angga.

OMG! ini serius nih? Mimpi apa aku semalem. Tapi aku harus tetep cool Gak boleh keliatan seneng. Harus jual mahal Nal, cuma dibonceng doang,
Kemudian aku naik ke motorku,

"Nal, bawain helm Caka ya." kata Caka.

"Kenapa ga dipake aja?"

"Sakit."

Aku bawa helm Caka, kemudian kamipun pergi, entah kemana.  Ditengah perjalanan, Caka membelokkan kaca spion kirinya ke arah wajahku. Sehingga aku bisa melihat wajahnya dari sini.

Ternyata masih ganteng juga ya Caka. Ish apa sih, aku langsung memalingkan wajahku dari pandangan kaca spion itu.

Tak lama, kami sampai di salahsatu warung yang berada di dalam gang sempit. Disana nampak sudah ada Desi, Dimas dan kawannya-kawannya. Akupun turun dari motor, dan langsung menghampiri Desi.

Tiba tiba Ririn keluar dari arah warung sambil membawa ember kecil berisikan air hangat,

"Loh Rin? Ada disini juga?" tanyaku.

"Ada dong, duduk dulu Nal." ucap Ririn.

Kemudian Ririn ngompres Desi yang ternyata sikutnya memar karena terjatuh tadi. Saat berbincang dengan mereka berdua, terlihat di depan sana, Caka, Dimas dan kawan yang lainnya dihampiri rombongan Anak SMA lain. Seperti sedang ada ketegangan diantara mereka. Kami bertiga pun melihat mereka dengan keheranan,

About Nala [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang