•••Jaehyun diam.
Mark menatap lelaki yang lebih tua 2 tahun darinya itu dengan tatapan penasaran, apa mungkin Jaehyun bisa merasakan jika matenya jauh dari jangkauannya.
entahlah, jika mereka belum terikat terkadang mereka hanya bisa mencium aroma pheromone satu sama lain jika di satu tempat yang sama.
"huh" Jaehyun menatap Mark tersenyum miring dan terkekeh, pria itu malah tertawa geli mendengarnya, Mark mengerutkan dahi. tidak ada yang lucu dari ucapannya, lalu mengapa Jaehyun tertawa begitu lepas.
bahkan wajah pria itu sampai memerah begitupun telinganya, Jaehyun tertawa hampir mengeluarkan air mata.
tampak tersendat sendat dengan nafasnya yang memberat akibat tawanya yang tak bisa berhenti, si februari memeganggi perutnya.
"astaga perutku sakit sekali, karna tertawa" keluh Jaehyun tawanya mereda walau pria itu masih tertawa pelan terdengar kekehan kecil di akhir ucapannya.
lalu Jaehyun benar benar berhenti tertawa dan menopang dagu menggunakan punggung tangannya dengan siku yang di letakkan diatas meja kerja, menatap Mark dengan senyum manisnya, memperhatikan raut Mark yang kebingungan.
"kau kenapa Mark?" tanya Jaehyun, dengan sebelah tangan yang melambai di depan wajah Mark, mencoba menyadarkan anak itu, Jaehyun kembali bertopang dagu setelahnya.
"Hyung . . ."
"hm?" Gumam Jaehyun.
"kau, tak merasa bersalah sedikit pun?" ujar Mark serius.
dia merasa Jaehyun seharusnya menyadari jika pria itu sudah keterlaluan, bukan maksud Mark ingin membela Jeno atau pun dia ingin Jeno benar, tetapi Jaehyun seolah tak kapok setelah apa yang terjadi.
alis Jaehyun terangkat, apa maksud Mark. memangnya apa yang salah dari dirinya sehingga ia harus merasa bersalah.
"apa maksudmu Mark"
"kau tak menyesal dengan apa yang terjadi pada dirimu Hyung. kau tak merasa kehilangan atau sedih sedikitpun"
"hati nuranimu dimana Hyung, kau keterlaluan" ujar Mark.
"apa yang membuat diriku harus kehilangan dan bersedih. Mark" Jaehyun terlihat santai, ia melihat Mark yang sekarang sangat emosional.
"calon anakmu sudah tidak ada, seharusnya kau terlihat menyesal walau sedikit. tapi selama ini aku tak pernah melihat dirimu bersedih dan kehilangan".
"aku tau jika sedih itu tidak perlu berlarut larut, namun untuk masalah ini aku sama sekali tidak melihat dirimu memikirkannya. bagaimana dia sudah tumbuh dan berkembang di perutmu".
"ku yakin dia sudah bisa bergerak, kau tak menyayanginya"
Mark menunduk sembari meremat pakaiannya, dia jadi se lemah ini memikirkan nasib Jaehyun saat di rumah sakit lalu mendengar pernyataan menohok tentang janin itu.
Jaehyun melirik Mark yang berbicara melantur.
"kau menangis?"
"kenapa kau menjadi cengeng, hanya masalah itu?"
"t-tapi Hyung, itu anakmu setidaknya sedikit saja kau menyayanginya"
"hei dia sudah mati, untuk apa di ingat kembali itu hanya sebuah gumpalan daging tak berguna, sekarang kau seharusnya senang melihat diriku kembali normal, bisa melakukan aktifitas seperti biasa".
"kau sudah kelewat batas Hyung, kau tak memikirkan Jeno. dia benar benar menyayangi anak itu, bahkan Jeno- Jeno rela berkorban untukmu. dia bukanlah Alpha yang baik hanya saja dia masih mau bertanggung jawab"
"dia ingin jadi ayah, dia begitu bahagia tapi kau menghancurkannya" lirih Mark.
pandangan Jaehyun menajam, jadi apa ini semua salahnya, bayi itu hadir karna kesalahan, bayi haram yang tidak pernah ia inginkan namun kenapa semuanya seolah olah hanya berfokus dan mendukung kelahiran bayi itu, padahal mereka tau disini Jaehyun tersiksa, tidak ada yang memikirkan perasaanya juga?
"lalu kau ingin aku mengandung lagi begitu, hhh aku akan mencari Alpha yang lebih berguna daripada Jeno, mendapatkan seongok bayi itu mudah, jadi kau tak perlu bersedih lagi"
"kau akan mendapatkan keponakan sebentar lagi tapi aku tak janji" Jaehyun menggidikan bahunya, entahlah dia hanya ingin membua Mark diam dan tak membahas Jeno lagi, Jaehyun bisa menggandung bayi Alpha lain. karna dirinya bukan milik siapa siapa.
Mark mendongak dan menggelengkan kepala "maksudku bukan begitu kau berkata seperti itu seolah olah kau tidak bersalah, tapi kau telah berdosa sebab kau memang ada niat untuk membunuh mahluk kecil tak berdosa itu" jawab Mark.
Jaehyun menggeram.
"Diamlah! jangan membuang waktu hanya untuk membahas hal tak berguna seperti ini, lebih baik kau kembali bekerja!" final Jaehyun, sudah cukup dia tidak ingin melanjutkan pembicaraan yang memancing Mark sampai berlinang air mata itu, cih sejak kapan Mark menjadi sensitif mengenai hal sepele ini.
lantas Mark memundurkan kursi yang dia duduki dan bangkit dari sana, meninggalkan ruangan Jaehyun, dan sekarang ruangan Jaehyun menjadi sepi kembali, atmosfer di dalam sini seakan menekan dada, membuat nafasnya memberat.
lelaki februari itu menatap dengan raut wajah yang tak bisa diartikan, ada tangan tak kasat mata yang meremas hatinya, rasanya bercampur aduk, antara senang dan aneh.
telapak tangannya ia bawa untuk mengusap perutnya yang sudah rata kembali, disana masih terdapat luka operasi, Jaehyun menurunkan pandangan menatap tangannya yang mengusap perut.
"kau sudah mati, jangan membuat luka untuk orang lain, hiduplah dengan tenang. di dalam sini bukan tempat ternyaman mu dan aku bukanlah orang yang tepat untuk menjagamu" gumam Jaehyun.
•••
KAMU SEDANG MEMBACA
sexy captain 🔞 ; Nohyun
FanfictionMpreg aparatur negara yang menyandang jabatan captain harus merasakan kehidupan anehnya. bxb nohyun jeno jaehyun