Part 7 : Perdebatan Unfaedah

9 1 0
                                    

"Makasih Mah, Pak, suguhan makan malamnya !"  Ucapku setelah selesai membereskan meja makan dan mencuci piring kotor.

Berbeda dengan Mas Rian, dia malah mampir ke suatu tempat dan menemukan sesuatu yang membuat nya girang.

" Wihhhhh !! Mah kapan beli yogurt susu Lembang ?" Teriakan itu berasal dari dapur.

" Kebiasaan kamu mah, tiap kesini buka kulkas terus ngambil makanan !" Ketusku saat melihat Mas Rian membawa sebungkus yogurt yang belum di buka segel nya.

Komentar yang terlontar dari mulutku sontak membuat mertuaku tertawa.

" Biarin, lagian ngambil di rumah orang tua sendiri nama nya bukan nyuri " jawabnya sambil terus mencoba untuk membuka segelnya.

" Kalo gak bilang sebelum ngambil, nama nya nyuri !"

" Ini baru mau bilang yey " lagi-lagi dia mencoba membela diri.

Mertuaku hanya tersenyum melihat perdebatan unfaedah kami.

" Mana ada ngambil dulu baru bilang " aku mencoba untuk membuat nya kalah dalam perdebatan. Tapi dia terus mengelak dan membuatku kehabisan kata-kata.

" Yang belanja dulu terus baru bayar juga udah banyak tuh " jawabnya yang membuat ku kesal.

" Auahhh " ketusku.

" Udah sana bawa aja semuanya. Masih ada sebungkus lagi kan ?" Tanya Ibu mertuaku.

Bukan menjawab pertanyaan dari Ibu nya, Mas Rian malah kembali membuatku kesal.

" Dengerin tuh, malah disuruh bawa semua nya !" Ledek nya dan mencoba duduk kembali di sampingku. Tapi aku memalingkan wajah dari nya dan duduk sedikit menjauh.

" Terus aja geserin kursi nya sampe pojokan " ujarnya lagi. Dan aku tak menghiraukan ucapan nya itu.

" Udahan ribut nya. Tingkah kalian kaya anak kecil aja " ucap Ayah dan tak berhenti menertawakan kelakuan anak dan menantunya.

" Tetangga depan pada kemana Mah, kok tumben sepi ?" Aku masih dengan duduk menyamping agar wajah Mas Rian tak tertangkap pandangan ku.

" Bu Heni sama yang lain nya ikut anter pindahan anak nya Bu Iis "

" Mamah juga di ajak, tapi jauh ke Banten " jelasnya lagi.

" Aku berkunjung di saat yang tepat " gumamku dalam hati.

" Emang anak nya dapet suami orang Banten ya Mah ?" Tanyaku kepo.

" Katanya sih menantu nya mau buka usaha di sana ."

Aku masih ingin bertanya sesuatu pada Ibu mertuaku, tapi ucapanku tiba-tiba di sanggah Mas Rian.

" Uss..!" Tanyaku terhenti.

" Terus aja ngeghibah " celetuk nya.

" Siapa juga yang ngeghibah, orang cuma nanya yey !"

" Iya kan Mah ?"

Aku mencoba mencari pembelaan dari Ibu mertuaku. Dan beliau hanya tersenyum, mungkin sudah mendapat firasat kalau kami akan berperang kata kembali.

" Kalo ngomongin orang namanya berghibah, pamali tau !" Nesehatnya yang secara tidak langsung memulai perselisihan kami.

" Tapi gak ngomongin yang jelek-jelek tuh !" Ujarku tak mau kalah.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 15, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Cucu Untuk MerekaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang