Part 4 : Belanja

11 0 0
                                    

Suasana di swalayan malam ini cukup ramai oleh para pengunjung. Semua keperluan mandi, memasak, sampai makanan ringan tersusun rapi di setiap deretan.

" Dari tadi muter-muter tapi keranjang masih kosong, sebenernya kamu mau beli apa aja sih ?" Tanyanya dengan nada sedikit kesal.

" Minyak goreng, sabun mandi, minyak wangi, pasta gigi, detergen, cemilan, skincare, bumbu dapur, pewangi pel " jawabku nyrecos.

"Ehmmm apa lagi ya mas, kok aku lupa, tadi di rumah inget kok apa yang mau di beli " timpal ku lagi.

" Kamu bilang mau beli minyak ?" Tanyanya sedikit ngegas.

" Iya lah, emang kenapa " aku mulai sedikit heran.

" Tadi udah lewat rak yang penuh sama minyak goreng, masa sebanyak itu kamu gak liat, ada merek a, merek b, merek z juga ada " kini giliran dia yang nyerocos.

" Aku liat kok mas " jawabku datar sambil terus berjalan melewati lorong bagian alat mandi.

" Ya terus kenapa tadi kamu gak ambil ? " Tanyanya mulai greget.

" Kalo aku ambil sama aja aku nyuri dong " jawabku yang semakin membuat dia emosi.

Aku dan Mas Rian memang sering ribut. Tapi bukan ribut mempermasalahkan urusan rumah tangga, melainkan saling berbalas gurauan.

" Gak apa-apa kamu ambil aja yang banyak, biar mas di tangkep polisi "

" Maksud massss, kenapa tadi gak kamu ambil dulu minyak nya waktu kita ngelewatin rak minyak, ntar pulangnya pasti mas bayar, bukan nyuruh ambil terus kabur " timpalnya lagi.

" Aku becanda kok, lagian aku juga tau maksud mas itu bukan nyuruh aku buat ngerampok minyak " jawabku sambil menyikut lengan nya pelan.

"Mas juga tadi becanda kok " nyengir kuda.

" Lahh terus kenapa tadi gak kamu giwing itu minyak nya ?" Tanyanya lagi.

" Aku kan mau keliling nyari beras dulu "

jawabku sambil celingak celinguk mencari lorong yang di penuhi tumpukkan beras dan seperti nya kali ini jari dia mulai gatal ingin mencubit karena kesal akibat ulahku.

" Kalo minyak nya ntar ketindih sama beras terus jadi pecah gimana hayoooo ??" Ulah usil ku kembali beraksi, ku pencet hidung nya yang mancung.

" Iyah juga yah ."

" Tapi kan bisa kita atur-atur lagi posisinya biar minyaknya gak ketiban karung beras "

" Perempuan emang aneh, ada jalan beraspal malah milih jalan yang terjal "

ucap nya lagi, sedangkan aku terus berjalan agar segera menemukan barang yang aku cari sejak tadi.

******

Entah berapa lama kami berada di tempat ini. Akhirnya semua kebutuhan yang aku cari sudah terpenuhi. Kami pun memutuskan untuk segera membayar semua barang yang aku beli.

" Kok pembalut gak kamu ambil ?" Tanya nya saat kami melewati rak khusus perlengkapan wanita saat menstruasi.

" Nanti aja dulu, mudah-mudahan aja asparagus nya berhasil " jawabku dengan penuh harap.

" Kapan ya mas kita belanja gini bawa anak di masukin troli kayak gitu ?" Tanyaku saat melihat sepasang suami isteri yang melintas di depan kami dengan seorang balita yang duduk dalam troli belanjaan.

" Kapan ya mas kita belanja gini bawa anak di masukin troli kayak gitu ?"   Tanyaku saat melihat sepasang suami isteri yang melintas di depan kami dengan seorang balita yang duduk dalam troli belanjaan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

" Maaf yah sayangggg, itu anak apa belanjaan? Masa mau kamu di naikin ke troli " tawa garing nya mulai terlihat.

" Ya udah naik stroller aja " jawabku cemberut.

" Kita kan naik motor, nanti stroller nya mau di taro di mana sayangg " jawabnya setengah membuka mulut.

" Auah gelap " jawabku ketus.

" Terang gini di bilang gelap " timpalnya.

*****

Semua barang yang kami beli sudah di bayar. Tadinya kami memutuskan untuk langsung pulang, tapi itu gagal karena Mas Rian masih ingin mengajakku makan malam.

" Di lantai atas ada food court, kita makan malam di sini aja " ajaknya sambil melihat- lihat ke lantai atas .

" Tunggu bentar, mas mau titip dulu barang belanjaan nya " timpalnya.

Aku menyetujui ajakan nya, dan kebetulan aku sudah mulai merasa lapar karena sebagian tenaga ku sudah terpakai untuk berkeliling tadi.

" Kamu mau makan apa ?" Tanyanya saat kami sudah berada di tempat tujuan.

" Samain aja tapi kamu pasti gak mau " jawabku yang sedang memperhatikan sekeliling.

" Jangan di samain, ntar aku gak bisa nyicip makanan lain "

Setiap kali makan di luar, kami memang selalu memesan menu yang berbeda, dan saling mencicipi makanan yang di pesan satu sama lain.

Kalau ada rasa makanan yang menurutku kurang pas, dia selalu mengalah dan menukar menu miliknya dengan punyaku.

Suasana cukup ramai, hanya tinggal beberapa meja saja yang masih kosong. Dan pandanganku berhenti di salah satu meja yang berada di sebrang.

Terlihat ada satu keluarga, dengan dua orang anak. Anak perempuan sekitar usia tujuh tahun yang duduk di sebelah ayah nya, dan anak laki- laki masih balita duduk di lahunan ibunya.

" Tuhan, kapan aku bisa ngerasain kayak gitu ? Mas Rian duduk dengan anak pertama kami dan aku memangku si kecil " gumam ku dalam hati.

" Udah Mas tulll..... " ucap Mas Rian yang tiba-tiba terhenti.

" Tul apa mas ?" Tanyaku penasaran dan kulihat Mas Rian tengah menatapku.

" Tadi mas liat kamu malah bengong ."

" Liatin apa sih ?" Tanya nya lagi, dan dia mulai mencari-cari sesuatu yang membuatku setengah melamun.

" Aku gak liatin apa-apa kok " aku coba mengelak, tapi sepertinya dia sudah menemukan apa yang dia cari. Pandangan nya menatap ke arah meja yang ku pandangi tadi.

" Mas tau kok apa yang sekarang kamu rasain ."

" Gak apa-apa kalo sekarang di meja ini kita hanya duduk berdua, ya siapa tau nanti bisa bertiga atau berempat ."

" Kalo bersebelas mas repot harus nyewa food court nya " ucapnya yang mencoba menghiburku.

Aku pun mulai tertawa kecil di buatnya. Ini lah suami yang begitu pengertian, bisa memahami isi hati pasangan nya meskipun kita tidak mengungkap kan apa yang ada dalam pikiran.

Cucu Untuk MerekaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang