Part 5 : Tahu Bulat

18 0 0
                                    

" Mirrr....!"

Suara itu berasal dari teras depan.

" Bentar Mahh !"

Ku bersihkan busa pembersih cuci piring dari tanganku.

Ckrekkkkk..

Saat pintu terbuka, kulihat ibu mertuaku membawa beberapa ikat buah rambutan dan entah apalagi yang ada di dalam kresek hitam besar .

" Nih buat kamu, tapi ati-ati rambutan nya banyak semut " sembari menyodorkan bungkusan yang sejak tadi di jinjing nya.

" Banyak banget Mah " ucapku sembari mengintip apa saja isi nya.

" Tadi Bapak sengaja beli banyak, katanya yang itu sengaja udah di pisahin buat kamu ".

Ayah dan ibu mertua ku memang baik, hanya saja terkadang ibu mertua selalu membahas soal cucu di waktu yang kurang tepat, seperti kejadian kemarin.

" Tolong sampein makasih sama Bapak ya Mah !"

" Iyah ntar Mamah bilangin . Kamu gak akan ikut ke rumah ?"

" Kalo sekarang aku belum beres cuci piring mah ."

" Rencana nya abis ini mau bikin puding juga, paling nanti pulang Mas Rian aku main ke rumah " ucapku lagi.

" Ya udah, nanti sebelum di masukin kulkas, buang dulu semut-semut nya" perintahnya yang di susul dengan anggukan kepalaku.

" Ya udah mamah pulang dulu, kamu ati-ati di rumah " pesan nya seraya berlalu pergi.

Tempat tinggal dan rumah mertuaku hanya terhalang dua blok saja, tapi aku hampir jarang berkunjung ke rumahnya.

**†*†**

Apel, jeruk, mangga, rambutan. Itu semua buah yang ayah mertua beli untukku.
Beliau memang terlihat menyayangiku.

Mungkin karena aku menantu perempuan satu-satu nya, karena kakak laki-laki yang usia nya hanya berbeda dua tahun dengan Mas Rian masih belum menikah.

" Kebetulan yang sangat luar biasa " gumamku dalam hati saat tiba-tiba terlintas untuk menambahkan buah mangga dalam pudding yang akan aku buat.

" Sambil nunggu semutnya kabur semua, mending aku lanjut lagi cuci piring ."

Belum sempat melakukan niatan tadi, tiba-tiba nada dering ponsel ku terdengar sampai ke dapur. Aku pun segera mengambilnya dari kamar ku.

" Mamah " pungkas ku saat melihat nama kontak di panggilan masuk.

" Hallo nak !" Suara itu terdengar setelah aku menjawab panggilan nya.

" Iyah mah, ada apa ?" Tanya ku tanpa bertanya dulu bagaimana kabar ibuku. Bukan karena aku anak yang durhaka, tapi itu karena hampir setiap hari kami berbalas pesan.

" Tadi kata nya mau ngirimin resep bikin onde-onde " suara itu terdengar seperti anak kecil yang sedang merajuk.

" Udah aku kirim kok ."

" Tadi waktu mamah kirim pesan minta resep, langsung aku bales " jawabku dengan penuh keyakinan.

" Belum ada, karna itu mamah telpon kamu, soalnya mamah mau bikin nya hari ini " terangnya lagi.

" Bentar mah !" Pintaku sembari mengecek kotak pesan masuk.

" Oh iyaahhh mah, udah aku ketik pesan nya, tapi gak aku klik tombol kirim " akhirnya aku pun nyengir kuda.

Cucu Untuk MerekaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang