"Fanisa!!!" Teriak wanita puruh baya seraya menarik selimut yang menutupi tubuh putri nya itu. Tapi sang putri seperti tak mendengar teriakan mamah nya sedikit pun tak bergerak dari posisi tidurnya.
Tersadar pasti putrinya tidak akan bangun, wanita itu kemudian langsung memeluk anaknya, memeluk seerat-erat nya. Benar saja, sang anak berusaha melepas pelukan mamah nya.
"Aaaahh, please mah ini kan hari minggu. Fani butuh istirahat mah!" Rengek Fani. Fani sudah dalam mode on. Mamah nya belum melepaskan pelukannya.
"I need you're help honey!" Mamah nya menciumi anaknya.
Fanisa Mutiara. Biasa di panggil Fani. Seorang pelajar kelas 3 SMA. Anak semata wayang dari Wulandari. Wulandari adalah orang tua tunggal. Papah Fani meninggal dunia saat Fani berumur 15 tahun.
Fani merengek memohon membiarkannya untuk istirahat lebih lama lagi. Tapi Mamah nya benar-benar dalam pendiriannya.
"Bangun sayang, ayo anter Mamah."
"10 menit lagi yaa Mah." Rengek Fani
"No, liat sekarang udah jam 10." Mamah Fani menunjuk jam di dinding.
Fani nyerah. Dia duduk di bibir kasur sambil melihat Mamahnya yang masih berdiri di hadapannya. Mamah nya tersenyum, kemudian memberikan segelas air kepada putrinya. Dan Fani meminumnya.
"Mamah tunggu yaa." Kata Mamah Fani sambil berjalan keluar kamar Fani. Fani mengangguk.
***
"Fani berangkat yaa mah." Fani mencium Mamah nya yang sedang merapihkan barang-barang belanjaannya di dapur.
"Oke jangan malam-malam yaa."
"Okee. Bye mah." Fani berlari keluar rumah.
Hari ini setelah mengantar Mamah nya ke pasar, Fani ada janji meeting bareng temen-temen ndaki gunung nya. Yak! Fani seorang pendaki gunung. Liburan sekolah Fani selalu di sibukan dengan ndaki gunung. Gak ada bosennya. Gak ada capek nya. Dengan naik gunung Fani bisa melepas stress nya. Liburan sekolah kemaren ini Fani dan teman komunitas ndaki nya mendaki gunung ciremai. Jadi setelah ndaki biasanya mereka selalu evaluasi apa aja yang kurang atau harus di perbaiki.
"Hai belum mulai kan?" Sapa Fani kepada teman-temannya. Fani langsung duduk di sebelah wanita cantik berpempilan anggung, Dara namanya.
Dari 7 orang, hanya ada 2 wanita di komunitas naik gunung mereka, Fani dan Dara. Ada Bima sebagai leader. Rangga, Septian, Riza, dan Asep.
Dara tersenyum menyambut kedatangan sahabatnya.
"Apa ga sekalian datengnya pas mau bubar aja Fan?" Ledek Riza sembari mengisap dalam rokoknya.
"Tadinya juga mau nya gitu." Jawab Fani sambil cengengesan.
"Oke kita mulai yaa." Sang leader memulai rapat. Semua menjawab "Oke!!!"
Gak kerasa waktu udah menunjukan pukul 5 sore. Rapat sudah berjalan satu setengah jam. Dara menyenggol lengan Fani. Fani yang dari tadi ngelamun tersadar dari lamunannya.
"Lo dengerin bima kan?" Tanya Dara
"Eh ada apaan sih?" Fani kebingungan, sembari menggaruk-garuk kepalanya yang sebenarnya tidak terasa gatal.
"Emang nih gue perhatiin juga dari tadi si Fani kaya ngelamun aja. Ngelamunin apaan sih Fan?" Celetuk Septian
"Gue? Ah gak ko." Fani geleng kepala. Tidak membenarkan perkataan Septian.
"Ah masa sih, si Bima dari tadi nanya tuh sama lo. Lo diem aja." Ujar Septian lagi.
"Iyaa Fan, gue liat jg lo banyak ngelamunnya. Ngelamunin apaan sih?" Tanya Rangga penasaran.
"Iya Fan napa sih? Ga biasanya. Biasanya lo yang paling banyak masukan." Tambah Riza
"Jangan mojokin Fani dong, dia kan jadi bingung. Cerita ke gue ajaa Fan, kenapa Fan kenapa?" Bela Dara sembari merangkul Fani.
Fani bener-bener bingung kenapa jadi semua orang mau tau apa yang terjadi pada dirinya. Tapi setidaknya Bima dan Asep tidak ikut bicara. Fani berpura-pura tidak terjadi apa-apa. "Ayo Bim lanjutin." Ujar Fani.
"Eh bentar, di tanyain juga lu kenapa?" Sela Septian masih penasaran.
"Iya ih si Fani di tanyain." Kata Riza berdiri dari duduknya mendekati Fani yang kini semakin bingung ada apa dengan teman-temannya ini, kenapa kepo banget. Riza duduk di sebelah Fani. Septian juga beranjak dari duduknya, mendekati Fani, Septian duduk di sebelah Dara. Jadi saat ini Fani di tengah-tengah orang yang sangat ingin tau kenapa dirinya melamun di tengah rapat tadi.
"Jadi ini rapatnya gue tutup dulu ya guys, kita semua mau denger cerita dari Fani kan." Bima bersuara. Septia dan Riza mengangguk tanda setuju. Rangga juga mengiyakan.
"Tapi apa gak sebaiknya kita bangunin si Asep tuh, dia udah pergi kemana aja tuh di dalam mimpinya." Rangga menunjuk Asep yang sedang tidur nyenyak di pojok ruangan.
Riza berjalan mendekati Asep, mengguncang kursi yang di pakai Asep untuk tidur sekuat tenaga. Seraya berteriak "Sep, gempa sep gempa." Asep terperanjat dari tidurnya. Sontak ruangan di penuhi suara tawa. Asep berdiri bengong melihat teman-temannya tertawa. Dan dia sadar, dirinya sedang di kerjain.
"Lu kesini numpang tidur aja lu sep." Sindir Septian tak berhenti tertawa.
"Ganggu aja lu." Kesal dengan Riza. Asep kembali ke posisinya hendak kembali tidur. Tidak ingin melihat Asep tidur lagi, Riza langsung menarik Asep duduk di sebelah Fani.
"Mending lu duduk sini. Si Fani mau cerita." Ujar Riza sambil menepuk-nepuk pundak Asep. Asep mau gak mau akhirnya menerima. Lalu menoleh ke Fani yg sedang senyum-senyum melihat tingkah Asep dan Riza.
"Mau cerita apaan lu? Kalo ga penting awas yaa lu." Ujar Asep pada Fani, yang merasa tidurnya lebih penting.
"Eh gue gak mau cerita apa-apa ko." Fani membela diri. Tapi langsung ciut saat melihat tatapan teman-temannya yang mengintimidasi. Fani mengusap mukanya dengan kedua telapak tangannya sembari bersandar di sofa. Apa yg harus gue ceritain. Keluh Fani dalam hati.
"Cerita ke gue aja Fan. Kalo lo ga bisa cerita di sini." Dara mengusap-usap bahu Fani menenangkan sahabatnya.
Fani menghela nafas. Berharap yang akan di katakannya ini tidak membuat kaget teman-temannya. "Iam in love." Kata Fani menahan malu.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
FANISA
Teen FictionMenceritakan gadis remaja kelas 3 SMA yang mulai jatuh cinta pada cowok yang di nilai jelek oleh kedua sahabatnya. Fanisa namanya. Dari cinta pertamanya ini Fani pelan-pelan belajar cinta. Bagaimana rasanya terbang karna cinta. Dan bagaimana rasanya...