Seperti sebelumnya, Arga menunggu Fani di depan sekolah. Arga melambakan tangannya ke arah Fani. Arga mengerutkan keningnya, melihat jaket yang di pakai oleh Fani, sepertinya Arga tau milik siapa jaket itu.
"Punya siapa Fan?" Tanya Arga sesaat setelah Fani sudah berada di hadapannya sambil menunjuk jaket yang di gunakan Fani.
"Punya gue." Saut Rangga tiba-tiba sudah berada di belakang Fani. Tidak ketinggalan Dara mengikuti langkah Rangga yang panjang.
Tanpa membalas ucapan Rangga, Arga mencoba membuka jaket yang Fani pakai. "Baju gue sobek. Nanti gue masuk angin naik motor lo." Ucapan Fani menghentikan tangan Arga yang baru membuka resleting jaket.
"Sobek kenapa?" Tanya Arga, kini tangannya sibuk melepaskan hoodie nya.
"Ada sedikit masalah, nanti gue ceritain. Gak usah di buka, gue pake ini aja." Fani meminta Arga tidak membuka hoodie yang di pakenya. Tapi Arga telah melepaskan hoodie nya. Dan langsung membuka jaket yang di pakai Fani.
"Lo harus cerita, kenapa bisa sampe sobek gini." Pinta Arga. Arga mendapati bahu Fani yang tak tertutupi seragamnya. Kulit putihnya terlihat jelas. Membuat Arga tidak tahan untuk mendekatkan kepalanya pada bahu Fani yang tak tertutupi oleh kain, Arga menciumnya, dalam. Fani bergejolak dengan tindakan tiba-tiba Arga. Seperti biasa Fani berdiri mematung. Jantungnya berdekat lebih kencang 5x lipat. Mukanya terlihat memerah. Fani berusaha mengendalikan perasaannya yang saat ini sedang meronta-ronta.
Rangga yang melihat kelakuan sepupunya langsung menarik lengan Arga agar berhenti melakukan hal konyol di depan sekolahnya. "Apa yang lo lakuin. Ini di depan sekolah." Kata Rangga kesal.
Dara menggeleng melihat tingah Arga yang implusif. Dan melihat Fani yang tak melakukan apa pun, membuat Dara semakin gereget. Kenapa sahabat gue bisa suka sama cowok kaya gitu sih. Batin Dara.
Arga tersenyum melihat reaksi Fani, Arga mengusap lembut kepala Fani, lalu memakaikan hoodie miliknya pada Fani. "Lo pake ini aja." Ucap Arga setelah selesai memakaikan hoodie ke badan Fani. Fani hanya menjawab dengan anggukan kecil.
"Ni punya lo." Arga melemparkan jaket pada Rangga. Kemudian memakaikan helm pada Fani.
"Lo berdua mau ngapain di sini aja?" Tanya Arga. Melihat Rangga dan Dara masih berdiri di dekatnya.
"Kita berdua akan ikut lo dan Fani." Jawab Dara tegas. Tidak meminta persetujuan. "Ayo cepet Gah, ambil motor lo." Rangga berlari kecil menuju parkiran mengambil motornya.
"Gak. Gak akan. Lo berdua gak bisa ikut!" Tolak Arga.
"Gak apa-apa Ga. Kan jadi makin rameh." Fani menyetujui kedua sahabatnya ikut.
Arga diam sejenak. Berpikir. Tidak ada salahnya Rangga ikut. Ada yang harus Arga tunjukan pada Rangga. "Oke." Kata Arga mengiyakan.
Arga menyuruh Fani naik motornya setelah melihat Rangga sudah keluar dari parkiran sekolah dengan motornya. "Pegangan yang kuat kalo lo gak mau jatuh Fan." Ujar Arga sembari menarik kedua tangan Fani agar memeluknya erat. Lalu melesat pergi tanpa menunggu Dara naik ke motor Rangga. Dan akhirnya Rangga jadi ngebut tidak mau kehilangan jejak Arga.
"Sial." Pekik Rangga.
Jauh mengikuti Arga yang gak tau arah dan tujuannya kemana, Rangga berusaha menyalip Arga. Tapi Arga menambah kecepatan motornya. Membuat Rangga tertinggal di belakang. Rangga juga menambah kecepatan motornya, mengikuti laju motor Arga yang jauh di depan.
Gak lama Arga membelokkan motornya di sebuah lapangan basket kosong. Tidak orang di sana. Di sekitarnya banyak pepohonan yang rindang. Di bagian pinggir lapangan ada tempat duduk berundak-undak. Arga membantu Fani turun dari motor. Menuntun Fani duduk di tempat duduk penonton. Arga mengambil bola basket di sudut lapangan. Melemparnya ke arah Rangga. Rangga langsung menangkapnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
FANISA
Teen FictionMenceritakan gadis remaja kelas 3 SMA yang mulai jatuh cinta pada cowok yang di nilai jelek oleh kedua sahabatnya. Fanisa namanya. Dari cinta pertamanya ini Fani pelan-pelan belajar cinta. Bagaimana rasanya terbang karna cinta. Dan bagaimana rasanya...