"Rangga." Panggil Tania, langsung menghampiri Rangga yang sedang duduk sendiri di pinggir lapangan basket. Di tangannya sudah ada botol air mineral dingin yang baru di belinya di kantin barusan. Tania memberikan botol air mineral itu pada Rangga. Rangga menolak dengan menunjukan botol minum yang di bawanya. Tidak merasa malu sudah di tolak, Tania ikut duduk di samping Rangga.
"Mau olahraga yaa." Tania membuka pembicaraan.
"Iyaa. Lo ngapain disini?" Tanya Rangga tau Tania keluar kelas saat jam pelajaran, mata Rangga tak lepas dari kerumunan teman-temannya yang sudah berada di tengah lapangan.
"Izin bentar." Tania beralasan.
"Alah bolos aja lo banyak alesan." Sambar Dara, langsung berdiri di dekat Rangga, Fani tidak terlihat karna sedang di kamar mandi, mengganti kaos olahraganya.
"Apaan sih lo dateng-dateng cari ribut." Tania sewot.
"Lo yang ngapain deket-deket Rangga." Dara gak mau kalah. Dara yakin dirinya akan menang melawan Tania karna ada Rangga di dekatnya.
"Gue balik kelas yaa Gah. Nih di minum." Ujar Tania menaruh botol air mineralnya di kursi yang sebelumnya di dudukinya. Lalu pergi meninggalkan Rangga dan Dara.
"Kan dia tuh cemen banget kalo di depan lo. Beraninya kalo gak ada lo doang." Dara mengambil botol air mineral pemberian Tania lalu membuangnya di tempat sampah.
"Gak usah di ladenin yaa Ra kalo dia cari gara-gara. Nanti gue yang coba ngomong sama Tania langsung." Kata Rangga berdiri siap-siap melakukan pemanasan. Dara hanya mengangguk, lalu celingukan mencari Fani dari tadi belum nongol juga.
"Lama banget si Fani, ngapain sih." Gerutu Dara.
"Tuh anaknya dateng." Tunjuk Rangga ke arah Fani yang berlari kecil menghampiri mereka.
"Tau gak lo." Dara langsung siap-siap menceritakan yang terjadi sebelumnya pada Fani.
"Udah nanti lagi ceritanya. Tuh udah mau mulai." Rangga mengingatkan lalu berjalan ke tengah lapangan. Tidak menghiraukan perkataan Rangga, Dara tetap menceritakan yang terjadi sebelum pada Fani. Fani yang juga penasaran tetap mendengarkan cerita Dara sembari pemanasan. Membiarkan Rangga yang meninggalkan mereka.
"Fani Dara ngapain di situ. Sini pemanasan dulu." Teriak Pak Hari guru olahraga dari tengah lapangan. Di susul suara ricuh siswa cowok yang meledek Fani dan Dara. Mereka berdua langsung berlari masuk dalam barisan.
***
Dara dan Fani berjalan ke toilet wanita. Sebagian siswi lainnya sudah berganti seragam dan berhamburan ke kantin. Keadaan d toilet juga sudah sepi. Hanya ada beberapa orang saja. Fani berganti baju duluan, bergantian dengan Dara. Karna yang kosong hanya satu. Dan yang lainnya terisi. Saat Dara sedang ngobrol dengan Hana teman sekelasnya tiba-tiba saja ada yang menjambak rambut Dara dari belakang. Dara kehilangan keseimbangan, karna tarikannya begitu kencang, Hana teman sekelas Dara langsung memegangi tangan Dara agar tidak jatuh.
"Apaan sih lo." Dara langsung menoyor bahu pelaku yang gak lain adalah Tania.
"Lo ngapain sih idupnya ganggu gue sama Rangga terus." Bentak Tania balik menoyor bahu Dara.
"Eh gak tau malu. Sadar dong Rangga gak suka sama lo!" Dara menaikan suaranya. Fani yang mendengar ribut-ribut mempercepat ganti bajunya dan langsung keluar.
"Lo lagi lo lagi." Ujar Fani setelah melihat siapa penyebab kegaduhan.
"Gue tuh gak akan gangguin kalian berdua kalo kalian gak cari masalah sama gue." Ujar Tania menunjuk Dara dan Fani bergantian.
Melihat keadaan semakin memanas, Hani cepat-cepat berjalan keluar toilet. Lalu berlari ke kantin mencari Rangga yang sudah lebih dahulu ke kantin. Dengan nafas yang tersengal-sengal karna berlari dari toilet ke kantin yang jaraknya lumayan jauh, Hani menepuk pundak Rangga.
"Tania... Toilet." Ujar Hani. Seperti mengerti apa yang di ucapkan Hani, Rangga tanpa babibu langsung berlari ke toilet, meninggalkan Hani yang belum menyelesaikan kalimatnya.
Benar saja dugaan Rangga, satu detik saja Rangga telat masuk toilet itu sudah di pastikan tangan Tania mendarat di wajah mulus milik Fani.
"Tania! Turunin tangan lo." Bentak Rangga di ambang pintu toilet wanita. Tania kaget melihat Rangga. Lalu langsung mendekat ke arah Rangga.
"Rangga ini gak seperti yang lo kira." Tania mencoba berdalih.
"Ikut gue." Ujar Rangga masih dengan nada yang tinggi, menarik tangan Tania agar mengikutinya. Rangga membawa Tania ke area belakang sekolah yang sepi.
"Jadi apa mau lo?" Rangga menatap mata Tania tajam.
"Mau gue yaa lo Rangga. Gue suka sama lo. Gue cinta sama lo. Apa lo gak bisa liat cinta tulus gue ini?" Jawab Tania seraya meraih tangan Rangga, tapi dengan cepat di tepis Rangga.
"Oke. Gue minta maaf sama lo karna gue belum pernah secara pribadi ngasih tau ke lo perasaan gue. Jadi gue sekarang minta sama lo, lo denger baik-baik yaa Tania. Gue gak suka sama lo, apalagi cinta." Ujar Rangga penuh dengan penekanan. "Jadi sekarang udahin semua tingkah ke kanak-kanakan lo. Lo selalu nyakitin sababat gue. Gue gak suka."
Tania menghela nafas, tidak bisa mencerna perkataan Rangga barusan. "Maksud lo gimanan Gah?"
"Gue gak bisa jadi pacar lo. Gak akan bisa Tania. Karna gue gak suka sama lo."
"Apa sama sekali gak ada harapan buat gue Gah?" Tanya Tania pelan. Matanya mulai berkaca-kaca. Rangga menjawab dengan gelengan kepala. Tania menundukan kepalanya, air matanya keluar membasahi pipinya. Rangga sebenarnya gak tega membuat Tania menangis. Tapi menolak Tania adalah cara terbaik agar Tania tidak lagi menindas kedua sahabatnya. Rangga mendekati Tania lalu menepuk-nepuk bahunya pelan. Menenangkan.
"Gue minta maaf. Gue harap lo ngerti." Suara Rangga melembut. "Gue pergi duluan ya." Rangga meninggalkan Tania yang masih terisak.
"Masih ada harapan buat Gah, buktinya lo mau pegang bahu gue." Ujar Tania lirih, menenangkan dirinya sendiri bahwa masih ada kesempatan untuknya agar Rangga jatuh cinta padanya. Tania menyeka air matanya.
***
Rangga memandangi Fani dari tempat parkir sekolahnya, matanya tak lepas dari sosok Fani. Terlihat Fani dengan senyum yang mengembang berlari kecil mendekakti Arga yang sudah duduk di motornya menjeput Fani di depan sekolah. Ada rasa tak suka di hati Rangga. Ada rasa tak terima. Ada rasa sakit. Sepertinya satu kata yang cukup menjelaskan itu semua, yaitu cemburu. Rangga cemburu melihat Arga dan Fani bersama. Sudah lama Rangga menyukai Fani dalam diam. Rasanya Rangga tidak mampu meyakinkan dirinya sendiri untuk mengungkapkan perasaannya pada sahabatnya itu. Belum lagi Rangga takut pengakuannya itu akan merusak persahabatannya. Jadi diam adalah keputusan terbaik bagi Rangga. Tapi setelah melihat Fani dan Arga, Rangga jadi tidak terima. Perasaannya jadi gak karuan. Ada rasa egois ingin mengungkapkan perasaannya. Fani harus tau, batin Rangga.
"Liatin apaan lo?" Suara Rudi teman sekelas Rangga mengagetkan Rangga.
"Mau tau aja lo." Jawab Rangga buru-buru menyalakan mesin motornya. Gak mau Rudi tau kalo dirinya sedang melihat ke arah Fani. "Duluan yaa." Rangga melajukan motornya keluar sekolah. Fani dan Arga sudah tidak terlihat.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
FANISA
Teen FictionMenceritakan gadis remaja kelas 3 SMA yang mulai jatuh cinta pada cowok yang di nilai jelek oleh kedua sahabatnya. Fanisa namanya. Dari cinta pertamanya ini Fani pelan-pelan belajar cinta. Bagaimana rasanya terbang karna cinta. Dan bagaimana rasanya...