Chapter 3

8 2 0
                                    

Rambut Fani yang tergerai sebahu tertiup angin malam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rambut Fani yang tergerai sebahu tertiup angin malam. Udara terasa begitu dingin. Fani mengusap-usap tangannya yang tak memakai lengan panjang. Fani hanya memakai kaos oblong lengan pendek dan celana jeans high waist. Mata Fani memandang jauh kedepan. Melihat pancaran cahaya dari seluruh arah.

Dari arah belakang Fani di kagetkan oleh tangan yang memegang kedua bahunya. Sembari berbisik di telinga Fani. "Dingin yaa." Orang itu memakaikan jaket untuk Fani.

Fani tersenyum. "Lo ga pake?"

"Gue tahan dingin ko." Jawab orang itu. Kemudian duduk di sebelah Fani. "Suka gak tempatnya?"

Fani mengangguk masih tersenyum. "Kapan-kapan gue mau ajak nyokap gue kesini. Pasti seneng." Ujar Fani terus melihat pemandangan malam di depannya sambil tersenyum, lalu melihat cowok di sebelahnya yang mengajaknya ke tempat itu.

"Ajak gue juga. Kita kesini bertiga yaa." Kata cowok itu sembari merapihkan rambut Fani yang tertiup angin ke belakang telinga.

Fani hanya menjawab dengan senyuman. Lalu kembali menyibukan dirinya dengan pemandangan malam yang begitu indah.

Anehnya Fani sama sekali gak risih dengan skinship yang di lakukan Arga. Padahal mereka baru kenal. Fani gak ngerti apa ini karna dia suka dengan Arga atau dia nyaman di perlakukan seperti itu dengan Arga. Saat Arga menyentuhnya, seperti ada sengatan di jantung Fani, tiba-tiba jantung derdegup dengan kencang dan aliran darahnya terasa mengalir dengan cepat.

"Fan." Panggil Arga menghentikan pandangan Fani ke depan, Fani langsung melihat ke sang pemilik suara. "Jadi pacar gue yaa." Arga langsung to the point.

Udara dingin seketika menjadi hangat setelah mendengar perkataan Arga. Fani mematung, otaknya tidak bekerja. Mulutnya mendadak bisu. Gak tau harus menjawab apa.

Arga gemas melihat reaksi Fani lalu mengelus lembut rambut Fani "Boleh lo pikirin deh, tapi gue gak suka nunggu lama."

Fani meminum minuman yang di pesannya. Menetralisir kekacauan di otaknya. Sebelumnya memang banyak yang menyatakan cinta pada Fani. Fani dengan mudah menolak atau mengabaikan pernyataan cinta. Tapi sekarang kasusnya beda, sekarang Fani juga punya perasaan yang sama dengan orang yang menyakatan cinta. Fani juga bingung harus berkata apa. Hatinya sudah berteriak yes gue mau. Tapi mulutnya mendadak menjadi bisu.

"Seandainya kita ketemu lebih cepet." Kata Arga membuka kesunyian. Fani masih gak bergeming. Tatapannya kini jauh menerawang di kemerlap lampu di bawah sana.

"Fan, jujur deh sama gue. Lo sampe mau ikut gue ke sini jauh-jauh kenapa? Lo ngerasa nyaman kan sama gue? Bukan karna lo ga enak nolak karna gue sepupu sahabat lo kan?" Tanya Arga lagi.

Lama Arga menunggu jawaban dari Fani. Tapi Fani ga membalas jawaban Arga, membuat Arga gemas kenapa cewek yang di sampingnya ini tidak menanggapinya.

"Gini deh. Rasain yaa Fan. Apa yg lo rasain. Lo ga boleh boong sama gue." Arga membelokkan kursinya menghadap Fani, kemudian menarik kursi Fani agar menghadapnya, hingga mereka berhadapan. Fani bingung apa yang akan di lakukan Arga. Dan tiba-tiba Arga memeluk Fani. Seketika aliran darah Fani terasa begitu cepat dan panas. Fani mematung lagi untuk yg kedua kalinya. Tak melakukan apa pun. Hanya diam dalam pelukan Arga.

"Rasain Fan, lo nyaman atau malah risih?" Bisik Arga di telinga Fani. Dan itu membuat Fani tersadar yang di lakukan Arga saat ini padanya. Fani langsung mendorong Arga dari tubuhnya.

"Ngapain sih lo?" Tanya Fani bingung dengan muka yang saat ini memerah.

"Apa yang lo rasain?" Arga menatap mata Fani dalam-dalam seolah menggali jawaban dari mata Fani.

"Gue juga suka sama lo." Jawab Fani yakin, Fani membalas tatapan Arga. Arga tersenyum puas dengan jawaban Fani.

"Jadi sekarang lo milik gue." Kata Arga otoriter. Fani mengerutkan dahinya. Apa yang di maksud Arga milik gue.

***

FANISATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang