[💣] Ch 09,5 - Reality (Pt. 2)

111 26 2
                                    

Author Naration P.O.V.

"Saya tidak mengerti apa yang kalian katakan... Bukankah jika kalian mendobrak pintu seperti ini kalian sudah melanggar hukum rumah sakit?" kata (Y/n) sambil tersenyum ramah. "Aku sudah memberikan mereka Izin" kata Ibunya itu yang mendadak datang. "Bukankah, ini adalah hal yang baik (Y/n)? Kau akan menjadi objek penelitian yang akan dikenal oleh banyak orang loh" ucapnya kepada (Y/n).

"Bukankah akan lebih baik jika kau membantu negara untuk memecahkan masalah medis? Bagaimana jika ada seorang lain yang menderita hal yang sama sepertimu? Bukankah lebih baik kita menemukan obatnya terlebih dahulu?" kata Idris sambil mencari simpati publik.

(Y/n) yang mendengarkan perkataan Idris itu benar-benar hilang respect dengannya karena... Dirinya itu dianggap sebagai objek, bukan sebagai subjek. Perkataannya yang merupakan pisau bermata dua, hal itu tentu saja membuat beberapa orang mengira bahwa ibunya itu merupakan gadis yang memikirkan nyawa manusia.

(Y/n) tersenyum, "Ah... Maaf, Ibu.. Saya tidak pernah mendengar kalau Ibu menyuruh saya menjadi topik percobaan atau penelitian... Dan saya juga tidak tahu kalau saya menderita skizofrenia atau semacamnya? Kalau begitu... Apakah bisa dibilang ini adalah pemaksaan?" ucap (Y/n) dengan senyum licik.

Karena saat itu kondisinya sedang tidak stabil, Ibunya itu menampar pipi (Y/n). "Nona!" ucap Lancelot dengan kaget. (Y/n) memegangi pipinya, "Bu, sakit! Apa ibu mau memperlihatkan sisi buruk Ibu di depan publik?" kata (Y/n) yang kini meneteskan air matanya.

Hal itu membuat Idris sadar kalau ia sendiri sedang dijebak, 'Kalau begitu... Biarkan kau merasakan ini, Penjahat' batin (Y/n). "Lancelot, bisakah kau memberikan bukti kalau saya tidak diberitahu oleh Ibu untuk berpartisipasi soal penelitian ini?" tanya (Y/n) kepadanya. Lancelot mengangguk, dia mengeluarkan rekaman black box yang ia kantongi di sakunya. "HENTIKAN! Aku tidak pernah melakukan hal yang seperti itu! Mereka lah yang memutar balikkan fakta!" kata Ibunya itu yang kini mengandalkan kemampuan actingnya.

'Begitukah, Bu? Awalnya aku benar-benar ingin... Memaafkanmu,' batin (Y/n). Kemudian (Y/n) menganggukan kepalanya kepada Lancelot.

Lancelot mengangguk dengan tegas dan mulai memasukkan black box ke dalam radio. Namun sebelum itu, Yuliana yang cekatan dia menahan tangan Lancelot untuk memasukkan blackbox ke dalam radio. Dia mengambil Black Box nya dan melihat ke arah dalamnya. Namun karena dirinya itu terlalu dongkol... Black Box yang ia pengang hanyalah kotak yang berisi pengapus,

(Y/n) tersenyum karena Ibunya itu memakan umpannya dengan baik... Padahal sebenarnya?

Dia sendiri yang memasukkan Blackbox ke radio kecil yang sekarang ia miliki.

//Flashback with 3 R.d. Person P.O.V.

"Lancelot, apakah aku boleh meminta tolong?" tanya (Y/n) setelah mendengarkan kebenaran dari Lancelot. "Sihlakan, Nona" ucap Lancelot kepadanya. (Y/n) tersenyum, "Terimakasih, ya.." ucap (Y/n) yang berterimakasih kepadanya. "Buat apa Nona, saya akan belum melakukan apa-apa?" tanya Lancelot dengan sedikit bingung. "

"Terimakasih sudah setia kepada Ibuku... Terimakasih banyak" ucap (Y/n) kepadanya. "Dan terimakasih juga Tuan mau membantuku nantinya" Lancelot mengangguk dengan ramah. "Sudah sepantasnya saya lakukan, Nona" balasnya.

"Kalau begitu... Karena aku tidak tahu kapan Ibu bergerak... Apakah aku boleh minta tolong kepadamu untuk menyiapkan semacam perekam suara?" kata (Y/n) padanya.

"Hm? Maksud anda black box?" tanya Lancelot. "Black Box? Bukannya itu hanya ada untuk pesawat?" tanya (Y/n) dengan bingung. "Biar saya jelaskan, Nona... Black Box ini juga biasanya dipakai tidak hanya di pesawat... Jadi wajar jika anda merasa bingung" katanya kepada (Y/n). "Ah... Begitu ya, terimakasih sudah memberitahuku Lancelot" ungkap (Y/n) sambil berterimakasih.

[UNITED MEMORIES] | Wish You Be Mine, Darling | Todoroki x Fem/ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang