0.3

33 5 0
                                    

• • •

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

• • •

Arlan mengendarakan motornya sampai kedalam pekaranga rumah yang terlihat sangat mewah dan besar bahkan jika di liat liat itu bukan seperti rumah namun seperti mansion.

dia memarkirkan motor di dalam garasi yang cukup besar yang terdapat di bagian samping rumahnya. Ketika sudah yakin jika motornya dengan kondisi aman dia berjalan kedalam rumah tersebut.

"Assalamualaikum, Arlan ganteng anaknya Nyonya Abigail dan Tuan Arseno udah pulangggg nii"

Terdengar gemaan dari suara Arlan yang memenuhi rumah besar itu.

"Sepi amat dah ni rumah"

Tak lama berselang setelah mengucapkan kata itu, muncul seorang perempuan paruh baya yang masih sangat cantik.

"Eh anak bujang Bunda udah pulang" ucap Abigail, yang tak lain dan tak bukan Bunda dari seorang Arlan sambil mendekati putranya yang tengah melepas jaketnya miliknya.

"Udah dong, Ayah mana bun?" Tanya Arlan sambil menyalami tangan kanan bundanya.

"Biasalah lah, lagi selingkuh tuh di belakang rumah."

Arlan yang mengerti apa maksud bundanya hanya bisa mengangguk.

"Yaudah Arlan mau ke Ayah dulu ya bun"

"Iya gih sana, tapi jangan ikut ikutan ya. sadarin Ayah kamu kalo ga sadar sadar sembur aja pake air garem"

Arlan hanya mengacungkan jempol sebagai jawaban lalu berjalan ke halaman belakang rumahnya.

Sesampainya Arlan disana, dia melihat punggung seorang laki laki jangkung yang tengah berjongkok melakukan sesuatu.

Arlan melihat orang tersebut bagaikan mendapatkan mukjizat, seketika senyumannya merekah ketika dia memiliki ide untuk menjahilinya.

Arlan menempelkan wajahnya di pintu kaca yang membatasi bagian dalam dan luar rumahnya. Alhasil wajah pemuda tersebut tampak jelek jika di lihat dari depan.

"Ayo Raju makan yang banyak biar makin semok" ucap laki laki paruh baya yang tengah memberi makan Ayam jago miliknya.

Merasa sedang di awasi dari belakang laki laki paruh baya tersebut menoleh, dan sontak kaget dengan apa yang dia lihat.

"ASTAGFIRULLAH. Kamu mau Ayah cepet cepet jadi singkong ya?!"

"Hahahaha maap yah, Arlan cuma bercanda."

Arlan mendekati Ayah nya yang tengah mengusap ngusap dadanya tersebut akibat terkejut dengan penampakan anaknya yang dia lihat barusan.

"Belum pernah ayah susuk pake duri pohon kaktus kamu ya, untung anak kalo bukan udah ayah sembelih waktu lebaran idul adha tahun kemarin."

"Jahat amat sama anak sendiri, lagi Ayah ngapain disini? kasian Bunda di anggurin gitu. Coba di apel in pasti enak" jawab arlan sambil menyalami tangan kanan Ayahnya.

"Bunda mu lebay, padahal baru ayah sentuh pagi tadi"

"Heh, kaga baik ngomong gitu pak di depan anak yang pikirannya masih polos. sepolos bayi yang baru berojol"

"Heleh, sok sok an polos kamu." Ucap sang ayah lalu meninggalkan Anaknya di halaman belakang.

"Kejem pisan, anaknya di tinggal di mari dewekan. Gandeng orang mah biar sosweet."

* (Kejem pisan :: kejam/jahat banget)"

Arlan menoleh menatap hewan peliharaan yang di sebut Bundanya sebagai selingkuhan Ayahnya.

"Apa lu Raju? Mau ngajak gua baku hantam hah?!"

Tentu ayam itu tidak membalas dan hanya berkokok mengabaikan Arlan yang tengah mengoceh sendirian.

"Sombong banget lu jadi ayam, gua sate baru tau rasa lu." Ujar arlan kepada Ayam peliharaan Ayahnya tersebut.

Setelah mengoceh ngoceh sendiri Arlan berjalan memasuki rumah meninggalkan halaman belakang rumahnya.

•••••

Sesampainya dia didalam kamar miliknya, Arlan langsung memilih untuk mandi terlebih dahulu karna tubuhnya terasa lengket akibat keringat.

Beberapa menit setelah suara air yang terdengar, seorang pemuda muncul dari balik pintu kamar mandi sambil menggosok gosok rambutnya dengan handuk.

"Ahhh seger, gila berasa hidup lagi gua"

Lalu dia merebahkan tubuhnya di atas kasur miliknya yang cukup besar, mungkin muat untuk 2/3 orang.

Beberapa menit Arlan hanya menatap langit langit kamarnya, seperti tengah berfikir akan sesuatu.

Lamunannya terhenti ketika suara notifikasi dari headphone menyadarkannya.

Grup sesolid

[Aji menambahkan gea"]

Arlan pun tersenyum membaca notifikasi tersebut, mengingat ketika Aji meminta nomor Gea di kantin.

Flashback on ;

"Hoi, bagi no lu dong"

Arlan, aska, bahkan Gea menatap bingung Aji, bagaimana bisa sikapnya berubah drastis seperti ini.

"Apa? Gua cuma minta no lu cebol, mau gua masukin ke grup kita bertiga"

"Hah? Buat apaan gua masuk ke grup lu bertiga?"

"Buat ikut lari maraton." ucap Aji asal.

"Idi ogah gua lari lari, cape tau kaga?"

Sekarang Arlan, Aska dan Aji yang di buat cengo dengan jawaban Gea, perempuan itu membawa candaan Aji dengan serius? Wah bodohnya melebihi Aji ini mah.

"Ck, ya intinya bagi aja no lu sini." Paksa aji meraih headphone Gea yang terletak di atas meja kantin.

"Anjing, hp gua balikin woi!"

"Nah udah, lagi lama si lu."

Aji mengembalikan headphone kepada sang pemilik, Gea mengambil headphone miliknya lalu mengelap headphone nya dengan 5 lembar tisu basah.

"Wahh gelo, lu pikir gua apaan? Sampe segitunya"

"Lu tu najis mughallazah, jadi harus di bersihin sampe bersih, kalo kaga yang ada gua rabies"

"Anjing, masa gua di kira anjing sama ni anak anjing"

"Bahahahah baru kali ini gua liat seorang Aji kalah" ledek arlan

Aska hanya terkekeh mendengar perdebatan tersebut.

________________________

Gimana ceritanya?
Terus baca yaa sampe jadi wenak wokwokwok
Jangan lupa kritik dan saran di komen ya, kalo ada yang typo bantu komen yoo
.
.
.
.
Thank you udah baca.

ARLANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang