Prolog

38 5 1
                                    

Seorang laki-laki sedang duduk di kursi yang tersedia di stasiun kereta api sembari memakan roti bakarnya itu, 'tak lupa dengan penyambung suara yang tercantol di telinga kanan nya, ia menepakkan kakinya seiring dengan irama musik yang sedang terputar. Ia menghapus jejak makanan yang tersisa di sudut bibirnya dengan selembar kain putih kecil yang disimpan di dalam kantong celana. Laki-laki itu bernama Jigme, lebih tepatnya Jigme Nugroho, laki-laki kelahiran Denpasar yang sekarang sedang menjatuhkan bokongnya pada salah satu kursi di kereta. Jigme seorang mahasiswa berjurusan sastra bahasa Indonesia, dan penulis lepas, kesehariannya hanya menulis, menulis, dan menulis.

"Penumpang yang kami hormati, tujuan selanjutnya Stasiun Gambir," ucap sang announcer yang terdengar dari pengeras suara kereta api. Ia membuka laptopnya dan mulai membiarkan jari-jari nya menari di atas keyboard laptop, sembari, masih, mendengarkan lagu dari penyambung suara.

Kursi Jigme berada di barisan ke empat paling depan, dengan dua kursi tersedia, dan yang satu sudah Jigme tempati, seorang laki-laki dengan tentengan tas yang tidak terlalu besar di tangan kirinya, berhenti tepat di depan Jigme, ia menempatkan dirinya di samping Jigme, "tadi saya salah gerbong," ucapnya, seakan tahu apa yang Jigme pertanyakan saat melihat dirinya. Jigme mengangguk dan membiarkan laki-laki itu merapikan barang kepemilikannya.

"Nama saya Madharsa," laki-laki itu mengenalkan dirinya, ia berucap tanpa melihat ke arah Jigme, "kamu?" lanjut laki-laki bernama Madharsa itu, satu detik, dua detik, tiga detik, masih belum ada balasan dari lawan bicara, ia menolehkan pandangan dan baru tersadar, Jigme sedang menggunakan earphone di telinga kiri dan kanannya, dengan pandangan yang 'tak lepas dari layar laptop. Tak berniat melanjutkan obrolan, Madharsa menutup matanya dan pergi ke alam mimpi, ia tertidur.

"Jigme," ucap Jigme memperkenalkan dirinya kepada orang yang sedang terlelap itu.

Perjalanan dari Jakarta ke Yogyakarta menggunakan kereta api, memakan waktu cukup lama, sehingga Jigme bisa dengan leluasa menulis. Setelah satu setengah jam, Madharsa terbangun, ia mengusap matanya dan berdeham, Jigme menyodorkan air putih kepada dirinya, yang ia terima. Setelah menelan beberapa tegukan air, ia menutup botolnya dan mengucapkan terima kasih.

"Nama saya Madharsa," Madharsa mengulangi perkenalannya, karena yang ia tangkap, Jigme tidak sempat mendengar perkenalannya.

"Saya tahu," balas Jigme, tanpa melihat ke lawan bicaranya.

"Mas kenal saya? Dari mana?" tanyanya, penasaran.

"Tadi kamu bilang,"

"Jadi mas dengar? Kenapa tidak jawab!?" Madharsa menahan malunya dengan menutup mukanya menggunakan kedua telapak tangan, saat tau Jigme sudah mendengarnya.

"Kamu tertidur, Dharsa," Ucap Jigme sambil melihat ke arah dirinya, Madharsa menatap manik mata kepunyaan Jigme dan memutuskan kontak matanya setelah beberapa detik, "gak tau ah," entah Madharsa kesal atau salah tingkah itu hanya ia dan tuhan yang tau.

"Kamu tidak tanya nama saya? Nama saya Jigme," ucapnya sambil tersenyum kepada Madharsa. Madharsa hanya diam, tak berniat membalas, sedangkan Jigme masih senantiasa tersenyum.

Setelah perkenalan singkat tadi, mereka lanjut berdiam-diam an, Jigme yang masih sibuk dengan laptopnya dan Madharsa yang sedang bengong. Hingga suara perut Madharsa berbunyi, membuyarkan lamunannya. Jigme menangkap Madharsa yang sedang mengobrak-abrik tas nya itu, mungkin mencari makanan. Dikeluarkan lah sekotak susu pisang dari tas miliknya, dan ia mulai menyeruputnya.

"Memang kenyang hanya minum susu?" tanya Jigme, sambil menyodorkan kotak berisikan bola-bola nasi ayam dengan balutan rumput laut.

"Gak usah mas, kenyang kok," tolak Madharsa mentah-mentah, sedangkan Jigme membuka kotak itu dan tetap menyodorkan kepada manusia yang tengah menyeruput susu.

"Makan aja,"

"Yaudah kalau mas maksa."

Jigme melirik Madharsa yang sedang menyantap makanannya dengan tenang, ia terkekeh saat mengetahui bola-bola nasi itu tersisa satu, padahal awalnya berisi lima keping bola-bola nasi. Setelah dilahap habis makanan milih Jigme, ia menyodorkan air minum dan kain putih untuk menghapus jejak makanan di bibir dan tangannya, yang tanpa sadar diterima oleh Madharsa.

"Lho mas, kok gini?" Madharsa bertanya, setelah tersadar akan perbuatannya.

"Gini gimana?" Jigme bertanya balik, sambil tertawa pelan. "Kalau maksud kamu, kamu yang ngabisin makanan saya, berarti iya."

Madharsa memukul pelan lengan atas Jigme sambil memisuh-misuh tidak jelas, yang tapi di dengarkan oleh Jigme. Jigme menyentuh tangan milik Madharsa, memerintah untuk berhenti memukulnya, ia kesakitan.

"Tapi enak loh mas, mas bikin sendiri?" Madharsa bertanya perihal bola-bola nasi yang baru saja ia makan.

"Iya."

Madharsa menganggukkan kepalanya tanda ia paham, yang ia herankan manusia disampingnya ini bangun jam berapa untuk menyiapkan bekal yang akhirnya dimakan oleh orang asing? Tidak ingin pusing memikirkan jawabannya, Madharsa kembali melanjutkan tidurnya, karena jujur saja, Jakarta-Jogja memakan waktu selama tujuh setengah jam lamanya.

Jigme yang masih sibuk dengan laptopnya, tersentak saat kepala Madharsa kini sudah ada di atas pundaknya, ia menghela nafas, dan bergumam "lengan saya bakal pegel semua, setelah ini." Waktu yang tersisa kurang dari dua jam lagi, dan penumpang kereta itu akan sampai pada tujuan; Yogyakarta.

Selama sisa perjalanan, Jigme masih menulis dilaptopnya dengan beban di atas pundak, ia kini tengah mencari buku tulis yang ia bawa, dan menuliskan sesuatu.

Madharsa terbangun, dengan posisi kepala yang masih berada di pundak Jigme dan pemandangan Jigme yang sedang merapihkan barang-barangnya, tanda ia sudah siap untuk pergi, sehingga Madharsa mengikuti pergerakan laki-laki itu; merapihkan barang-barangnya.

Kereta berhenti pukul sebelas malam, dan penumpang kereta itu langsung turun saat kereta sudah berhenti, begitu pula Jigme. Madharsa yang sedang beres-beres 'tak sengaja menjatuhkan selipat kertas pada lantai kereta api, ia mengambilnya dan menyimpannya didalam kantung celana.

Madharsa berjalan keluar dari stasiun, sambil membaca surat yang tadi ia 'tak sengaja jatuhkan. Ia memberhentikan taxi yang lewat didepannya, dan menyenderkan tubuhnya pada kursi taxi sambil tersenyum.

Resep bola-bola nasi

Nasi Minyak wijen Kecap asin Mayo Ayam/ikan Rumput laut

Campur nasi dengan minyak wijen, kecap asin, dan mayo. Panggang ayam atau ikan hingga kecoklatan. Terakhir, balut nasi yang sudah di campur dengan ayam atau ikan dengan rumput laut.

08XX XXXX XXXX

Telfon saya kalau kamu kesulitan,

Jigme.

Kanvas & KuasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang