Hari ini mereka berencana akan hangout dirumah milik Jigme, lebih tepatnya rumah orangtua Jigme.
Orangtua Jigme meninggalkan rumah di Yogyakarta kepada Jigme, dan tinggal di Jakarta dikarenakan pekerjaan ayahnya yang mengharuskan kedua orangtuanya pindah.
Jigme menjemput Madharsa dari kos-kosan nya, setelah ia selesai ngampus.
Madharsa membuka pintu mobil Jigme, ia memeluk Jigme saat ia sudah duduk di kursi penumpang.
"Kamu ganti parfum?" Tanya Jigme, masih memeluknya.
"Iya, cocok gak? Biasanya aku pakai yang fresh, jadi agak beda kalau pakai yang soft," jelas Madharsa mengenai parfumnya, memang iya, Madharsa lebih menyukai menggunakan parfum dengan wangi yang fresh seperti citrus, kali ini ia menggantinya dengan vanila.
"Cocok, saya suka," balas Jigme, sambil melepas pelukan keduanya.
Selama Jigme menyetir, tangan kirinya menggenggam tangan Madharsa, ia mengelus nya menggunakan ibu jari, sesekali menciumnya.
"Mas, fokus nyetir dulu. Nanti kalau udah sampe, mas boleh kok pegang tangan aku," ucap Madharsa, sambil menarik tangannya dari genggaman Jigme.
Madharsa berkata demikian saat mereka sedang berhenti di lampu merah, sehingga Jigme punya kesempatan untuk mencuri kecupan di pipi Madharsa. Ia melajukan mobilnya kembali saat lampu lalu lintas sudah menunjukan warna hijau.
Madharsa? Jangan ditanya, dia sedang menahan senyumnya yang dari tadi tidak bisa di sembunyikan.
Sesampai di kediaman milik Jigme, Madharsa melepaskan sepatu dan menaruh nya di rak sepatu.
Rumah Jigme, jika dilihat lebih terlihat seperti perpustakaan ketimbang rumah. Banyak rak-rak berisikan buku-buku tebal yang di susun rapi. Sisanya, seperti rumah pada umumnya.
Jigme menyuruh Madharsa untuk duduk di sofa, selagi dia menggunakan kamar mandi.
Madharsa masih mengamati isi rumah Jigme. Ia mengitari ruang tamu itu, melihat figura-figura dengan foto kecil Jigme dan kedua orangtuanya.
Ada foto dimana, Jigme sedang wisuda, ada pula foto Jigme bermain catur bersama ayahnya. Jigme kecil lucu, dengan poni di atas alis dan pipi yang bulat. Madharsa menyimpulkan foto-foto ini diambil saat Jigme bersekolah dasar.
Jigme keluar dari bilik mandi, yang letaknya ada di dekat dapur. Ia menjatuhkan dirinya di sofa berwarna hitam itu, sambil melihat Madharsa yang masih mengitari ruang tamunya, Madharsa mengambil satu buku dari rak buku, dan bertanya pada Jigme apakah ia boleh melihat buku itu, yang jelas Jigme iyakan.
Yang Madharsa ambil adalah buku tahunan sekolah milik Jigme saat ia berada di kursi SMP.
Madharsa menempatkan dirinya di samping Jigme, dengan tangan Jigme yang merangkul pundaknya. Ia mencari halaman yang ada Jigme didalamnya. Jigme menggunakan batik biru tua dan vest berwarna putih dengan logo sekolahnya di bagian dada kirinya, yang ia yakini adalah seragam sekolahnya. Gaya rambut Jigme saat SMP sudah tidak seperti mangkuk lagi, namun rambut yang tercukur rapih, dengan polesan gel rambut yang menata rambutnya, jangan lupakan kacamata kotak milik Jigme yang bergantung di hidungnya.
"Kamu kayak kutu buku," ucap Madharsa spontan saat ia melihat penampakan Jigme di buku tahunan sekolahnya.
Jigme tertawa, "kalau sekarang?" Tanyanya.
Madharsa memperhatikan wajah Jigme, membuat raut muka yang tampak berpikir keras, yang jelas di sengajakan.
"Masih sama, ah."
"Oh ya? Kata ibu, saya tambah ganteng lho."
"Pede banget."
Jigme tertawa kencang, ia baru lihat sisi ini pada diri Madharsa.
Ponsel Jigme bergetar, menandakan seseorang menelponnya. Ia melihat ada nomor 'tak dikenal yang menelepon, sehingga ia menekan tombol merah yang ada di layar ponselnya.
"Eh mas, bentar," Madharsa memegang lengan Jigme yang hendak memasukkan ponselnya di saku celana.
"Ada apa?" Tanya Jigme.
"Aku mau pinjam ponsel mas, boleh?"
"Boleh," bales Jigme, dan menyerahkan ponselnya pada Madharsa.
Madharsa menaruh buku tahunan sekolah Jigme disampingnya, dan menerima ponsel Jigme. Ia menyalakan ponselnya dan melihat kearah Jigme.
"Tuh kan bener," ucap Madharsa saat ia melihat wallpaper ponsel Jigme.
"Lucu ya kamu."
"Lucu dari mana? Aku lagi tidur malah di fotoin."
Si pelaku hanya tertawa. Wallpaper yang Jigme pakai adalah foto Madharsa, saat ia tertidur di kereta, dan bersandar pada pundak Jigme.
Ia mengutak-atik ponsel Jigme dan mencari kontak telepon, ia penasaran, dinamakan apa dirinya oleh Jigme.
'Dharsa Dharma'
"Kenapa Dharsa Dharma?" Tanya Madharsa pada Jigme, mengenai kontak dirinya yang dinamai Dharsa Dharma.
"Karena kamu memenuhi syarat Dasa Dharma."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kanvas & Kuas
Romance[DISCONTINUE] "Saya sedih?" tanyanya pada laki-laki di hadapannya itu. Sang lawan bicara menatap laki-laki itu dan berkata "kamu biru, mas." Cerita yang amat singkat, tentang kamu yang mau mengajariku warna dengan mengutarakan perasaanku, dengan k...