𝟏𝟗

1.5K 292 20
                                    

•••

Jangan lupa vote dan komen yang banyak!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jangan lupa vote dan komen yang banyak!

•••

"Apa yang papa sembunyikan?" Mata Elan memicing saat ia memasuki ruang kerja Faren dan melihat pria itu tergesa-gesa memasukkan berkas ke dalam map, seolah Elan tidak boleh mengetahui hal itu.

Pintu yang memang tidak tertutup dengan rapat, membuat Elan langsung masuk ke dalam. Niat awal ingin menyerahkan dokumen yang harus di tanda tangani oleh Faren, tapi melihat papanya yang aneh membuat Elan merasa ada sesuatu yang di sembunyikan.

"Ah, tidak ada, itu hanya berkas tidak penting." Jawab Faren setelah menormalkan mimik wajah.

Elan berpikir itu tidak mungkin jika hanya berkas biasa, lagi pula jika berkas biasa Faren tidak akan menutup-nutupi.

"Oh ya, ada apa kamu kemari, son?" Tanya Faren mengalihkan topik, takut jika Elan tetap menanyakan soal tadi.

Tidak ingin memusingkan diri, Elan segera menyerahkan dokumen yang harus di tanda tangani oleh Faren.

"Ada dokumen yang harus segera papa selesaikan, karena partner meminta agar cepat mengurus kerja sama ini."

"Oke, terimakasih." Faren menepuk pundak anak sulungnya. Semenjak jabatan Elan di perusahaan menjadi manajer, Faren sudah tidak terlalu terbebani, karena kemampuan Elan yang sudah meningkat, memudahkan Faren untuk meminta tolong.

"Kalau begitu Elan pergi dulu ya, pa, mau olahraga." Pamit Elan setelah menyampaikan pesan.

"Ya ya, pergilah, jangan jadi pemalas seperti dua adikmu itu." Setelah mengatakan itu, Elan susah hilang dari pandangan pria sibuk dengan pemikirannya.

"Untung saja dia tidak bertanya lebih lanjut. Jika iya, apa yang harus aku jawab." Monolog Faren sambil memijat pelipisnya karena merasa pusing dengan masalah kali ini.

"Apa yang telah ku perbuat hingga menjadi seperti ini, ya tuhan." Pria itu, yang dikenal dengan sifat tegas dan keras kepala, kini menitihkan air matanya. Entah apa yang akan terjadi kedepannya jika semua mengetahui isi dari map yang memiliki logo rumah sakit tersebut.

•••

"Hai adik kakak yang cantik." Elan datang menghampiri Ara yang sedang memainkan iPad di genggamannya dan menghujani ciuman di kedua pipi sang adik.

"Kakak jangan cium-cium, geli." Setelah meletakkan iPad di meja, Ara menjauhkan wajah Elan yang masih saja mencium kedua pipinya.

"Kenapa di usap?" Tanya Elan tidak duka saat melihat adik kecilnya mengusap bekas ciuman yang di berikan.

Mengabaikan Elan yang masih tidak terima akan tindakan yang di lakukan. Ara malah cuek dan kembali fokus kepada iPad di pangkuannya.

Kesal karena di abaikan, Elan langsung mengangkat tubuh mungil Ara ke dalam gendongan. Bukan seperti menggendong bayi, melainkan seperti memanggul karung beras.

BERBEDA [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang