Page 2

4 2 0
                                    

.

.

.

.

.

"

Wah calon besan sudah datang" Mario menyambut tetangga lamanya dengan hangat.

Hah? calon besan? batin mereka.

Pria itu terkekeh memeluk sahabatnya. Mario melepas pelukan mereka dan beralih pada gadis cantik berwajah imut tapi sayang sifatnya cuek, sahabat nya sering menceritakan tentang perkembangan gadis ini.

"Kamu sudah besar ya sekarang" Mario mengusap rambutnya pelan.

Gadis itu tersenyum hangat sebelum berhamburan ke pelukan Mario, "Zura kangen Papi" ucapannya mampu membuat Orion kaget.

Dia manggil Papi? emang nya dia siapa?

Mereka melepaskan pelukan rindu, Mario kemudian menatap putranya memberi kode untuk menghampirinya.

"Rion ini Zura" Papi Mario memperkenalkan gadis dihadapannya sekarang.

Orion menatap dalam gadis ini, seperti pernah melihatnya pikir Orion. Ah gadis ini- gadis yang kemarin ia temui di rumah sakit! tapi kenapa dia disini?

"Gausah natap gue kaya gitu" Zura yang ditatap seperti itu risih.

"Eh- dia ngomong Pi!" Orion sangat antusias ketika gadis ini berbicara.

Mario mengangkat sebelah alisnya, "Ya emang kamu pikir dia gabisa ngomong apa?" ia hanya mampu geleng-geleng kepala dengan tingkah anaknya.

"Zura kenalin gue Ori-"

"Udah tau"

Orion mengerucutkan bibirnya, sebal sekali!

Zura tersenyum menatap Orion, menggemaskan pikirnya. Ternyata laki-laki kecil yang cengeng sudah tumbuh besar seperti sekarang, ah rindu sekali.

"MASYAALLAH PAPI" teriak Orion histeris "Senyumannya manis banget, Ion meleleh" badan Orion lemas seketika yang ditahan oleh Kevin yang kebetulan ada dibelakangnya.

"Ck lebay"

"Apasih Vin kan emang manis senyuman nya" Orion mencubit pinggang Kevin namun pria itu tidak merasakan apa-apa.

"Zura ikut aku yuk" antusias Orion membuat hati Zura menghangat.

"Cih aku" cibir Arjun.

"Diem deh!" Orion segera menarik tangan Zura menuju lantai atas, tujuannya saat ini melihat langit dengan teleskop di balkon.

Mereka berdua duduk di ayunan yang ada di balkon, Orion sibuk menatap langit sedangkan Zura sibuk menatap wajah damai Orion.

"Kenapa lo begitu suka bulan?" gadis yang bersamanya saat ini bertanya kenapa ia sangat menyukai bulan.

"Lo perhatiin baik-baik" gadis itu melihat kemana arah telunjuk lelaki ini mengarah.

"Cantik banget" pujinya saat menyadari ada beberapa bintang membentuk konstalasi disekitar bulan yang bersinar terang malam ini.

"Gue suka apapun yang ada di langit termasuk bulan dan bintang, mereka semua terlihat sangat cantik bukan?" gadis itu mengangguk membenarkan ucapan lelaki disampingnya.

"Keadaan langit malam ini sama kaya lo, cantik" hanya beberapa kata yang mampu membuat Azura diam tak berkutik.

"Haha bisa ae lo" Azura tertawa hambar menganggap perkataan Rion hanyalah gurauan belakang.

MemoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang