Page 1

10 2 0
                                    

.

.

.

.

.

Seseorang berlari di lorong rumah sakit dengan tergesa-gesa. Beberapa kali ia meminta maaf karena tidak sengaja menyenggol beberapa orang yang berada di lorong rumah sakit.

"Hei hati-hati dong" Ibu-ibu itu mengomel saat dirinya tak sengaja tersenggol oleh gadis ini.

"MAAF BU GA SENGAJA" teriaknya di sela-sela berlari dan sesekali melihat ke arah belakang.

Banyak orang yang menatap aneh pada gadis ini, kenapa berlarian di lorong rumah sakit? pikir orang-orang yang menatapnya.

BRAK!

Pintu dibuka kasar oleh seorang gadis dan menatap semua orang dihadapannya dengan pipi yang memerah dan pelipis yang di banjiri keringat.

"Hehe maaf salah kamar" ia menutup pintu dengan perasaan malu, mau ditaro dimana mukanya saat ini.

Sedangkan penghuni kamar yang melihat gadis itu salah tingkah tertawa, Suara gelak tawa mereka di dengar oleh gadis itu dan pergi merasa malu.

"Akhh malu banget" gerutunya sepanjang koridor rumah sakit.

Setelah melihat nomor kamarnya gadis itu masuk dan menghampiri sang Bunda, "Kenapa sayang?" tanya wanita paruh baya pada putrinya.

Gadis itu hanya menggeleng dan duduk di sofa yang ada didalam ruangan. Ia lelah berlarian di rumah sakit ini.

Ceklek

Pintu ruangan terbuka yang menampilkan Pria berpakaian dokter dan stetoskop yang tergantung dilehernya.

"Kamu kenapa Zura?" Pria itu duduk di samping putrinya.

"Ayah" rengekan Zura membuat Zian ayahnya terkekeh.

"Kenapa hm?" Zian mengelus rambut kecoklatan putrinya.

Zura menceritakan kejadian yang memalukan tadi yang membuat semua orang yang ada di ruangan tertawa melihat wajah cemberut Zura.

"Ih ayah jangan ketawa" mendengar rengekan anak gadisnya Zian berhenti tertawa.

"Lagian kamu ga merhatiin nomor ruangannya" Zena Bunda Zura geleng-geleng kepala karena cerita anaknya.

"Ya namanya lupa," Zura menjeda ucapannya memperhatikan sekitar "Oh iya si kembar sama abang kemana?"

"Kantin, susulin sana ayah mau berduaan sama bunda" Zian mengusir anaknya secara halus.

"Udah tua, inget ya Yah Bun Zura gamau nambah adek lagi cukup si kembar yang terakhir" Zura menatap ayahnya tajam.

"Biarin wle" Zian membalas tatapan anaknya mengejek.

Zura keluar menyusul ke tempat saudara nya berada. Saat di perjalanan ke kantin dia dipanggil oleh orang yang tak ia kenal.

"Lo yang salah masuk kamar tadi kan?" tanya laki-laki disampingnya ini.

Zura menoleh menatap wajah tampan nan imut itu tanpa berkedip. Tatapan nya terhenti ketika laki-laki itu mencubit hidungnya.

"Apaan sih lo!" Zura mengelus hidung nya yang sudah ia pastikan memerah.

"Habisnya lo bengong aja, gue tau kok gue ganteng"

"Gausah kegeeran lo" Setelah mengatakan itu Zura meninggalkan laki-laki ga jelas itu.

MemoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang