PART 3# 🕰️

24 6 0
                                    

                 MENCARI JALAN KELUAR

Saat Kana tiba di kafe, yang terlihat disana hanya Shara dan Elvano.

"Selamat pagi tuan putri." Sapa Elvano.
"Pagi juga tuan putra." Balas Kana lalu duduk di sebelah Shara.
"Ehem, kenapa lo pake seragam?" Tanya Shara.
"Lo juga tau kan orang tua gue itu gak ngizinin gue kalo bolos."
Elvano dan Shara hanya mengangguk pelan.

"Yang lain kemana?" Tanya Kana.
"Tau tuh, belum dateng juga." Jawab Elvano.
"Semalam gue sempet nyari tahu di buku diary gue, tapi nggak ketemu. Gue masih bingung sama apa yang terjadi." Jelas Kana.
"Coba sini gue liat, lo nulis tentang waktu kita kemping kan?". Tanya Shara yang dibalas anggukan kepala oleh Kana sembari menyerahkan buku diary-nya yang ia ambil di tas.

Shara membuka buku diary itu, mencari deretan halaman tahun 2017, tepatnya bulan Juli.
"Nih, kita kemping itu tepat tanggal satu Juli." Ucap Shara.
"Dan itu bentar lagi kan?" Tanya Elvano.
"Ya, sekarang tanggal 29 Juni."
"Kita nyampe di sana itu siang, terus istirahat sampai sore dan baru bikin tenda. Gila lo nulisnya se-detail ini ya!" Seru Shara.
"Iya dong, gue gak akan pernah bisa ngelupain kejadian terburuk dalam hidup gue. Karena itu yang bikin kita bubar." Monolog Kana.

Mereka semua ingat kejadian hari itu, saat malam mereka istirahat di tenda, yang tiba-tiba ada sekelompok orang misterius berjubah hitam menghampiri mereka dan mengganggu mereka. Mencoba menyeret salah satu dari mereka hingga Shara yang kena karena tertinggal jauh di belakang. Dan sejak diketahui Shara mati dan hilang, hubungan persahabatan mereka jadi renggang lalu bubar.

"Sini gue liat." Pinta Elvano, Shara langsung menyerahkan buku diary itu pada cowok disebelahnya.
Kana sempat ingin melarang karena takut Elvano membaca baca halaman yang lain. Karena di sana juga tertulis semua rasa yang ia rasakan pribadi. Karena sejauh ini, hanya Shara yang sudah membaca buku diary-nya itu.

Tampak Elvano yang membolak-balik halaman buku itu, hingga akhirnya mulutnya bersuara membacakan apa yang tertulis disana.

"Aku lebih suka mengagumimu dari jauh dalam diam. Daripada kau tahu lalu menjauh dan sulit digenggam. Karena berada disampingmu saja sudah cukup merealisasikan harapan yang tak bisa digapai. Meskipun itu semua masih dalam lingkar persahabatan. Terimakasih, tawamu adalah candu terindah bagiku. El, 4 Oktober 2015."

Kana hanya diam mendengarnya, sampai akhirnya Elvano bersuara lagi.

"Lo udah lama suka sama gue?"

"Apaan si itu bukan lo!"

"Tapi inisialnya kan El, gue."

"Enggak, banyak orang yang inisialnya El, dan teman laki-laki gue bukan lo doang."

"Dan juga teman laki-laki lo yang inisialnya El cuma gue doang."

"Ehem-ehem, ada yang lagi debat debat so sweet nih." Ketus Fara yang baru saja tiba disana.
"Sini balikin, gue gak ngizinin lo baca baca privasi gue." Tukas Kana, namun Elvano menolak.
"Bentar." Tolaknya sambil membuka-buka halaman lain.
"Vano balikin dong!"
Sampai akhirnya buku diary Kana itu diambil oleh Aksa yang juga baru datang.
"Yah, lo mah gak seru." Tukas Elvano.
"Nih." Aksa menyerahkan buku itu pada si pemilik.
"Makasih Aksa."
"Sama-sama Aska."

"MORNING GUYS! WHAT'S UP EVERYONE?!"
Baru aja muncul, Ravin langsung teriak mengejutkan seisi kafe yang kebetulan masih sepi.

"Udah siang kali nungguin lo lama." Tukas Fara.

"Heh, lo juga baru dateng kan?" Tanya Ravin.

"Tapi lo kan yang nyuruh kita kumpul."

"Udah sini duduk, kita diskusi. Kayak gak tau Ravin aja kalo ngaret lama." Usul Elvano, lalu lengkap sudah. Mereka berenam duduk melingkar satu meja.

"Kasian yang punya kafe kali, nongkrong doang gak mesen." Celetuk Aksa.
"Yaudah sana lo mesen." Timpal Ravin.
"Gue mau jus melon aja." Ucap Shara.
"Gue sama pizza yang besar ya, sini biar gue yang pesenin." Ujar Fara.
"Jangan bilang kalo nanti udah abis suruh gue lagi yang bayar, biasanya kan gitu." Tutur Aksa.
"Enggak lo tenang aja, sekarang gue lagi banyak duit kok." Balas Fara.
"Sama minumnya samain aja." Ujar Elvano.
"Pizzanya juga satu lagi, biar gue yang tambahin." Tambah Aksa lagi.
"Widiih lagi pada tajir melintir nih!" Puji Ravin.
"Pala lo melintir!"
"Maklum, mau ganti bulan dapet uang saku lagi."
"Hahaha bener lo."

Mereka tertawa bersama.

"Ini nih, gue kangen banget susana kayak gini."
Mendadak tawa mereka sirna mendengar Kana berbicara seperti itu. Dan Kana berucap lagi.
"Mungkin kalian gak ngerasain ya, gimana sepinya saat kita udah bubar. Gue mau kita tetap bareng-bareng lagi, gak ada yang mati dan tetap bersahabat kayak gini, bisa?"
Perlahan semuanya saling tatap.
"Bisa."
"Gue juga mau."

"Iyaya, kenapa kita jadi banyak ngomong kayak gini? Sok akrab banget, padahal kan kita udah gak sahabatan lagi." Tutur Fara.
"Mungkin itu karena Shara, kita liat dia ada di antara kita lagi itu bikin kita enggak ngerasa bersalah dan jadi deket kayak dulu." Papar Aksa.
"Kita kan bestai."
"Apaan si lo!"

"So, apa yang harus kita ubah?" Tanya Shara.
"Itu, seperti apa kata Kana tadi." Jawab Elvano.
"Tapi kemping itu?" Tanya Aksa.
"Gue ngerasa itu penyebab kita bubar." Suara Fara.
"Yaudah kita gak usah kemping aja." Usul Ravin.
"Setuju." Balas Kana.
"Tapi, sampe kapan kita ada disini?" Tanya Elvano.
"Di kafe ini?"
"Bukan, maksudnya di tahun ini."
"Iya juga tuh, ini rencananya kita gak kemping terus abis itu gimana? Mau terus ngulang disini sampe tahun 2021?" Tanya Aksa.
"Gue bingung." Sahut Shara.
"Ada apa sih sama waktu?!" Tanya Fara.
"Udah lah, kita liat aja nanti kalo kita gak kemping gimana." Ujar Kana.
"Oke."

Setelah itu tampak seorang pelayan wanita datang menghampiri meja mereka.
"Ada yang mau pesan?" Tanyanya.
"Iya nih, pesan dua pizza jumbo sama jus melonnya enam." Pesan Fara dengan pandangan yang tak teralihkan sedikit pun dari layar ponselnya.
"Mmm-permisi mbak, itu Hp merek apa ya?" Tanya sang pelayan.
"Bagus, saya selalu beli Hp keluaran terbaru dan gak pernah ketinggalan, tapi kok liat yang itu beda ya?"

"Oh ini Hp baru aja keluar pas tahun baru 2021 kemaren, banyak banget yang beli." Ujarnya sembari menunjukkan ponselnya itu. Si pelayan mengambilnya dengan raut wajah heran, ia melihat-lihat desain ponselnya sambil terdiam tak percaya.

"Kenapa mba? Bagus ya?" Tanya Fara.
"Ini beneran keluaran tahun 2021?"
"Iya mba, kita semua juga pake Hp itu ya kan? Jangan bilang lo gak beli Hp yang lagi ngetren ini?" Tanyanya pada teman-temanya.
"Gue beli kok." Ucap Ravin sambil menunjukkan ponselnya.
"Gue juga." Tambah Aksa, lalu bersama Kana dan Elvano mereka memperlihatkan ponsel mereka yang satu merek cuma beda warna, kecuali Shara.

Pelayan itu semakin terdiam tak percaya, mulutnya sedikit menganga, lalu detik berikutnya.

"BRUGH!"
"CRAK!"

"HP GUEEE!" Fara berteriak saat pelayan itu jatuh bersama Hp nya yang juga menghantam lantai cukup keras.
"Dia kenapa?" Tanya Shara.
"Mbaa, njirr kok pingsan si?" Bingung Ravin.
"Lo sih ngomong Hp itu segala, ini kan masi 2017!" Jelas Aksa.
"Lohh kan dia yang nanya, ini benerkan keluaran tahun 2021." Balas Fara.
"Mbaa, dia syok kali ya?" Suara Kana.
"Bangun mba, pesanan kita gimana ini?" Tanya Elvano.

🕰️🕰️🕰️

Ada Apa Dengan Waktu ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang