PART 8# 🕰️

10 3 0
                                    

                              KEMBALI ?

"Ravin."

"BANGSAT LO! Gue udah keluar dari sekte gila ini!" Umpat Ravin.
Davin melangkah menghadap adiknya yang masih terikat di kursi itu.

"Lo inget apa kata bokap kan? Sekali masuk, selamanya gak akan bisa keluar. Itu salah lo karena mau masuk kedalam sekte pemuja iblis yang dikira bisa memberikan kekayaan, kehormatan dan hal lainnya yang gue nggak tahu. Dan itu semua harus dibayar dengan tumbal nyawa keluarga kan?!..."

Davin diam sebentar sebelum melanjutkan ucapannya. Ravin hanya terdiam sedangkan yang lainnya mendengarnkan.

"Gue juga sama kayak kalian, rasanya kayak ditarik mundur lagi oleh waktu. Awalnya gue juga bingung kenapa sampai akhirnya gue sadar. Sedari kecil, bokap selalu ngajak gue dan Ravin masuk ke sini tapi gue selalu kabur dan gak mau. Gue lebih suka sama nyokap di rumah. Pas lulus SMP, bokap bawa nyokap gue buat dijadiin tumbal tapi akhirnya dia juga mati. Terus sekarang lo menghindar setelah tau giliran lo buat mati!"

"ENGGAK! LEPASIN GUE!" Ravin berontak.

"Gue sayang banget sama nyokap, lo tau gimana rasanya hidup gue tanpa dia?! Dan setelah papah numbalin mamah terus lo mau numbalin gue?! Gue sengaja kabur ke luar kota waktu itu biar lo gak bisa nangkep gue. Tapi sekarang, saat semuanya terulang. Gue sengaja gak pergi keluar kota. Gue sengaja ngikutin kalian ke hutan ini dan nyamar jadi salah satu dari mereka. Gue bunuh yang jadi pemimpinnya diam-diam." Tujukmya pada orang-orang itu yang sudah mati keracunan.

"Gue yang sengaja racunin mereka karena itu takdirnya mereka mati, dan sekarang lo juga harus mati!" Davin menatap adiknya tajam.

"ENGGAK!" Ravin berontak, tapi itu membuatnya jatuh bersama kursi yang terikat dengannya itu.

Dengan cepat Davin melepaskan ikatan Ravin tapi adiknya itu malah berusaha lari. Davin menyeretnya mendekati peti mati itu tapi Ravin malah memukulnya.
Alhasil terjadilah saling adu jotos sampai Davin mendorong adiknya paksa masuk ke dalam peti mati itu masih dengan tas yang digendong.
Lalu segera menutup dan menguncinya cepat.

"BUKAAA!"

Terdengar teriakan Ravin dari dalam sana.
Kana merasakan matanya yang berkaca-kaca.
Iya melihat Davin yang menghampirinya untuk melepaskan ikatan di tangannya dan berucap.
"Sekali lagi gue minta maaf sama lo."

Detik itu juga, pintu masuk kabin itu terbuka pelan. Menampilkan cahaya putih yang sangat terang sehingga tidak terlihat pemandangan yang seharusnya ada di luar sana.

"Apa itu jalan kita untuk kembali?" Tanya Fara.
"Mungkin." Jawab Aksa.
"Cepat masuk kesana, mungkin itu jalan kembalinya." Ujar Davin.
"Kana lepasin kita." Ucap Aksa.
"Tolong buka lagi petinya, terus kita bisa kembali bareng-bareng sama Ravin juga." Pinta Kana, tapi Davin menolak.
"Kalo Ravin keluar lagi, cahayanya juga pasti ilang." Ucap Davin
"Tapi--"
"Udah sana lepasin ikatan temen-temen lo dan kembali."
"Lo juga bisa kembali lagi bang." Ucap Fara.

Namun Davin malah menggeleng dan berucap.
"Gue gak mau balik lagi."
"Kenapa?" Tanya Kana.
"Karena gue udah tau masa depan gue tanpa orang yang gue sayang itu gak enak." Jawab Davin.
"Tapi lo masih bisa mengubah masa depan lo jadi lebih baik lagi."
"Mamah udah gak ada, gue juga bingung sama diri gue sendiri. Jadi untuk siapa gue nyiapin masa depan?"

Davin membuka pintu lain yang ada di belakangnya lalu melangkah keluar, saat Kana ingin mengikuti tapi Elvano berucap.
"Kana lepasin kita."
Kana pun melepaskan ikatan Elvano.

"LEBIH BAIK GUE MATI DISINI!"

Mendengar Davin berteriak di luar sana, Kana langsung beralih ke luar kabin menyusul Davin.
Elvano melepaskan ikatan teman-temannya.

"ENGGAK JANGAN BANG!"

Kana berteriak kencang sambil lari mengejar Davin. Tapi sepertinya dia telat, Davin sudah lompat terjun bebas masuk ke dalam jurang itu dimakan gelap bersama kunci yang ada di genggaman tangannya.
Kana terduduk lemah, ia menangis disana.

"Udah Kana."

Dia mendengar Elvano yang terucap di belakangnya, lalu saat ia membalikkan badannya. Aksa, Fara, Shara dan Elvano sudah berdiri beriringan menghadapnya.

"Mungkin emang ini yang seharusnya terjadi." Suara Fara.
"Gak ada yang perlu ditangisi." Tambah Aksa
Elvano maju menghapus air mata Kana yang jatuh.
"Maafin gue ya." Ucap cowok itu halus.
"Gue juga minta maaf." Sambung Aksa.
"Gue juga, maaf Kana." Suara Fara dan Shara, lalu mereka saling berpelukan seperti teletubbies.

"Kita harus cepat, cahayanya semakin redup." Ujar Shara.
"Iya, gue gak mau terjebak disini terus." Tambah Fara.
Kana mengangguk, lalu mereka berjalan dengan cepat masuk ke kabin itu lagi. Meski berat meninggalkan Ravin, tapi akhirnya mereka melangkah keluar melewati pintu masuk itu. Melewati cahayanya yang jadi pemisah antara ruang dan waktu.

🕰️🕰️🕰️

Ada Apa Dengan Waktu ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang