PART 7# 🕰️

14 4 0
                                    


                          MEMBERONTAK

"UDAH STOP! KANA ORANGNYA!"

Tiba-tiba saja Fara berteriak yang langsung membuat semuanya terdiam dan menatap orang yang Fara maksud. Sedangkan Kana bingung sendiri dengan apa kata Fara.

"Kenapa gue?" Tanyanya pelan.
"Liat ini." Fara menunjuk tutup peti mati itu yang baru saja ia buka.
Terlihat di balik tutup peti mati itu tulisan sebuah nama berwarna merah besar yang tak lain membentuk nama 'KANA!"

Semuanya tercengang.

Kana sedikit menghindar saat Ravin dan Aksa hendak menarik kedua tangannya.
"Nggak! Gue gak tau apa-apa! Sumpah gue gak tau!" Suara Kana, Shara hanya terdiam tak percaya.

Kana berbalik menuju pintu, tapi tubuhnya menabrak tubuh Elvano yang menghalangi jalan keluar.
"Maafin gue Kana." Lirih Elvano, lalu menggenggam erat kedua tangan Kana. Gadis itu berontak dengan mata yang berkaca-kaca.
"Vano lepasin! Gue juga gak tau kenapa nama gue ada disana!" Mohon Kana, namun mereka malah mendekatkan Kana pada peti mati itu.

"Jadi ini harusnya Kana, lo yang mati." Ucap Fara.
"Gue mohon lepasin gue!" Rontanya.
Shara mulai terisak dan berucap.
"Kenapa sekarang ada tulisannya? Waktu gue dimasukin ke petinya itu gak ada tulisan apa-apa."
"Fara, lo yang nulis itu?!" Elvano bertanya ketus, sedangkan Kedua tangan Kana masih dipegang erat oleh Aksa dan Ravin.

Mereka berdebat tepat di samping peti mati yang terbuka itu.

"Nggak mungkin! Ini darah asli coba aja lo cek sendiri!" Bantah Fara.
Elvano menyentuh tulisan itu, dan memang benar. Itu adalah darah asli.
"Ini beneran darah asli." Ucap Elvano setelahnya.
"Vin lepasin gue." Pinta Kana pada Ravin.
"Kenapa? Lo mau lari?" Tanya Aksa.
"GUE TAKUT! BUKAN GUE!"
"Kenapa harus takut?" Tanya Ravin.

Di tengah keributan.
Orang-orang misterius itu masuk mendobrak pintu kabinnya dengan keras.

"BRAK!"

"KALIAN BERANI MASUK KESINI!"

"BUGH!"

Orang itu meninju Elvano hingga tersungkur, lalu bersama-sama menyerang mereka.
"Vano!" Kana lari menolong Elvano.
Sedangkan Aksa dan Ravin sudah adu jotos dengan beberapa dari orang-orang itu.

"AAAAA!"

"BRAK!"

Satu dari mereka mendorong Fara keras hingga membentur dinding dan membuat pisau pisau itu berjatuhan, nyaris saja ada yang menancap di kepala Fara jika gadis itu tidak menghindar.

Fara memukul orang itu dengan kayu yang ia bawa yang justru membuat orang itu semakin marah dan hendak menerkamnya, tapi ada Elvano yang menendang orang itu dari belakang hingga tersungkur.

Fara lari bersama Shara, tapi ada yang menghalangi pintu keluarnya!
Orang itu bangkit kembali sambil mengambil sebilah pisau yang berjatuhan tadi.

"JLEB!"

Kana menghalangi, bukannya Elvano tapi malah dirinya yang tertusuk pisau itu dibagian perut. Sekejap darah mengalir keluar membasahi bajunya.

Elvano marah dan membalas tindakan orang itu, Kana mundur.
"Kana!" Shara dan Fara menolongnya.
Tapi Elvano malah dikeroyok oleh dua orang- eh bukan, tiga orang!
"Itu bantuin Vano!" Tunjuk Kana pada Vano yang sudah terlihat lemah dengan wajah yang lebam.
Namun belum juga menolong Vano, satu dari orang-orang itu menyerang mereka.

"AAAAAA!"

"BUGH!"

Aksa menendang satu orang yang meninju hingga tersungkur jauh.

"BRAK!"

Elvano terkapar lemah, wajahnya siap diinjak oleh orang misterius itu kalau saja Kana tidak mendorongnya dengan sekuat tenaga.

"AAAAAA!"

Kali ini Kana tersudut, tidak ada yang menolong karena semuanya sibuk dengan lawannya masing-masing.
Tapi ia sudah menggenggam sebilah pisau, namun belum siap untuk menggunakannya.
Jantungnya berpacu sangat cepat dengan rasa sakit di perutnya yang semakin menjadi.

Dan saat orang itu hendak menampar Kana, ia hanya menodongkan pisau itu ke depan hingga tanpa sengaja menembus telapak tangan orang bertopeng itu yang hendak menamparnya. Tapi detik berikutnya, orang itu mengangkat tubuh Kana dan melemparnya tepat ke arah jendela.

"CRANG!"

Kacanya pecah berhamburan.
Darah menetes dimana-mana.
Ravin dan Aksa sibuk sendiri, terlihat sudah ada satu orang yang terkapar sekarat di belakang mereka.
Sedangkan Vano berusaha berdiri menolong Kana.

"BRAK!"

Shara membentur tembok dengan sangat keras! Kayu yang ada ditangan Fara berhasil direbut dan ganti memukuli mereka.

Orang itu kembali menghampiri Kana, terlihat sangat marah. Ia mencekik Kana hingga terangkat ke udara!

"JLEB!"

Dari belakang, Vano menusuk punggung orang itu menggunakan lebih dari satu pisau yang ia ambil di lantai.

"BRAK!"

Kana dijatuhkan lagi, orang itu balik menyerang Vano tapi lebih dulu ditinju hingga menghantam lantai keras.
Ia langsung menduduki orang itu dan menusuk-nusuk wajahnya dengan penuh emosi!

Dan ternyata, Aksa dan Ravin juga babak belur. Mereka kalah begitu juga dengan Shara dan Fara.
Kana hanya menutup matanya, enggan melihat pemandangan dihadapannya yang sangat mengerikan.
Sampai akhirnya kepala Vano dipukul hingga terbaring lemah oleh orang yang tadi menyerang Fara.

"UDAH CUKUP!"

Teriak seseorang yang juga berjubah hitam mengenakan topeng yang sedari tadi hanya berdiri di sudut ruangan tanpa ikut campur.
Terdengar dari suara beratnya, dia adalah laki-laki.

Terlihat Kana dan teman-temannya terbaring lemah. Lalu orang-orang itu mengikat mereka semua di kursi yang berjejer, kecuali Kana.
Tangan dan kaki gadis itu diikat dan dimasukkan ke dalam peti mati.
Tapi masih belum ditutup, kini tersisa lima orang yang masih hidup berdiri melingkari peti mati itu. Yang empat lainnya terlihat terkapar dilantai. Mungkin ada yang sudah tewas.

Kana tak bisa teriak karena mulutnya juga diikat, ia menangis.
Orang-orang bertopeng itu bergiliran meminum cairan merah yang dioper dalam satu gelas yang sama.
Tapi detik berikutnya, mereka yang meminum cairan itu sekarat dan kejang-kejang, mulutnya mengeluarkan busa berwarna merah. Mereka mati keracunan.

Tapi ada satu lagi dari mereka yang masih berdiri tidak meminum minuman itu. Dia adalah orang yang sedari tadi tidak ikut campur dalam aksi perkelahian bahkan hingga bunuh-membunuh. Dengan lantang orang itu berucap.

"Cerita yang seharusnya bukan kayak gini."

Lalu pria itu melepaskan ikatan di mulut dan kaki Kana tapi tidak dengan tali yang mengikat tangan gadis itu.

"Maaf Kana, gue gak bermaksud buat bunuh lo." Ujarnya.
Kana berdiri dan keluar dari peti mati itu.
"Lo siapa?" Tanya Kana, masih dengan tangan yang terikat. Sedangkan kelima temannya hanya diam menyaksikan.
Pria dihadapannya itu membuka topeng yang dikenakannya pelan sambil berucap.

"Gue jadiin lo sasaran yang salah untuk membuktikan kebenarannya tanpa harus gue yang mengungkap."

Dan saat sudah dibuka, ia membuang topeng itu asal.

Semuanya terkejut.
Pria itu tidak asing bagi mereka.

"Bang Davin." Tutur Kana pelan pada orang itu yang ternyata adalah kakaknya Ravin.
"Tapi ternyata orang yang dimaksud diem aja." Lanjut Davin sambil tersenyum miring.
"Siapa orangnya?" Tanya Kana dan semua teman-temannya kecuali...

"Ravin."

🕰️🕰️🕰️













Ada Apa Dengan Waktu ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang